Tujuh Menit Tentang Kamu, yang Sampai Kini Masih Terus Lekat di Kepalaku

Hai,

Advertisement

Aku sedang menebak-nebak. Kira-kira apa yang sedang kamu lakukan di sana. Sekarang sudah tujuh menit menjelang tengah malam. Dan mata ini tak juga terpejam. Seandainya kita berdua masih saja bersama nampaknya aku tak akan terlalu cemas memikirkan apa yang tengah kamu lakukan di luar sana. Karena hari ini masih tersisa tujuh menit, biarkan aku sedikit bercerita kepada angin malam mengenai kehidupan kita selama ini dalam irama setiap menit yang tersisa.

Menit pertama. Aku melihatmu untuk pertama kali dan demi Tuhan kamu sungguh sebuah kesempurnaan yang tak terkira.

M

Menit pertama, kita berjumpa via www.elle.com

Kita berdua bertemu karena kupikir memang Tuhan yang menyuruhmu untuk menemuiku. Entah mengapa aku merasa bahwa kita berdua memang diharapkan untuk bersama. Dan dengan segala cara akhirnya kebersamaan kita mulai bermakna. Perlahan aku sadar jika sosokmu yang selama ini mengganggu ternyata juga membutuhkanku.

Aku melihat kita berdua menghabiskan hari dan pelukan bersama-sama. Aku melihat kita berciuman untuk yang pertama kalinya. Dan aku juga melihat diriku tersenyum gila tanpa alasan dan terus-terusan berkata sendirian, “This is something big. This is going to ruin me.”

Advertisement

Menit kedua. Kita mulai merasa bahwa kita berjalan ke arah yang sama, ke arah yang semua orang pasti pernah mengalaminya.

Menit kedua, kita jatuh cinta

Menit kedua, kita jatuh cinta via www.pinterest.com

Aku melihat sedikit percikan api namun tak begitu berarti. Nampaknya kita berdua terlalu bahagia dan tak mampu lagi untuk menjaga kepala agar tetap pada tempatnya. Aku membaca surat-surat manis yang pernah kamu kirimkan dan aku melihat sosok pria yang selalu berusaha untuk membahagiakan, pria cerdas yang begitu indah untuk dilupakan begitu saja.

Rintik detik yang begitu cepatnya berlalu membuatku tersadar bahwa sebenarnya kita berdua belum siap untuk menyambut segalanya bersama-sama.

Menit ketiga. Mulai kulihat perubahanmu yang terlalu kentara. Betapa sekarang kita mulai berbeda

Advertisement
Menit ketiga, kita berpisah

Menit ketiga, kita menemui persimpangan via www.pinterest.com

Nyatanya keterpaksaan ini hanya mampu kujalani seorang diri. Aku melihat sebuah tanda tanya pada hal-hal sederhana yang sebenarnya tak perlu untuk diperdebatkan, menjadi sebuah masalah yang begitu hebat.

Entah apa yang sedang terjadi pada dirimu, kurasa hanya kamu yang tahu. Mungkin ini sudah menjadi bagianku untuk pergi dan berlalu.

Menit keempat dan kelima. Ada perempuan baru yang menemukanmu di saat yang tepat. Saat dia mengecupmu, apakah dia merasakan jejak bibirku yang selama ini lekat?

Menit keempat dan kelima, kau bersamanya

Menit keempat dan kelima, kau bersamanya via www.pinterest.com

Adakah yang lebih menyiksa? Kurasa tidak.

Terlepas dari apa yang pernah kita perjuangkan, nyatanya ia kini lebih membuatmu bahagia dari apa yang seharusnya kulakukan. Kita selalu saja berusaha untuk saling membuktikan bahwa kesalahan-kesalahan ini benar adanya tanpa mempedulikan bahwa ada hal yang lebih pantas untuk dipertahankan.

Untukmu yang kini mengisi hatinya; terima kasih karena memberiku alasan untuk melalui menit keempat dan kelima dengan bijaksana.

Menit keenam. Kuucapkan selamat tinggal pada harapan-harapan kita. Barangkali kita memang tak baik bersama

Menit keenam, kalian mulai nyaman bersama-sama

Menit keenam, kalian mulai nyaman bersama-sama via www.pinterest.com

Air mata memang tak pernah minta ditumpahkan meskipun kepedihan sangat terasa. Namun hati ini selalu saja memaksa untuk memecah bendungan kesabaran. Air mata memang tak pernah meminta untuk dikeluarkan meskipun suasana sangat memaksa. Namun hati tetap saja tak mampu untuk menahan desakan luka yang sebenarnya tak pernah benar-benar ada.

Melihat harapanku pupus begitu saja tak pernah mudah adanya. Dan melihatmu bersamanya membuat luka ini makin menganga. Setelah menit ini berlalu, aku akan berjanji padamu untuk selalu belajar melepas asa.

Menit ketujuh. Aku bisa saja tak lagi ada di sana. Tapi yakinlah aku selalu ada

Menit ketujuh, kamu akan kurelakan

Menit ketujuh, kamu akan kurelakan via www.pinterest.com

Terlepas dari segala luka, perasaan, dan pertanyaan yang tak akan pernah terjawab, aku melihat adanya warna yang selama ini kulihat hanya ada pada senja sekarang mulai tergurat di wajahmu. Cerah dan menyala. Warna yang selama ini tak pernah ada ketika kita bersama kini mulai terlihat.

Ingin rasanya aku ikut berlari bersamamu, berteriak agar kau kembali, memeluk tubuhmu agar kau selalu tahu aku ada di sini. Namun bahasa yang tersisa dariku hanyalah rasa. Entah bagaimana caranya agar rasa ini bisa bersuara ketika raga tak lagi ada.

Aku hanya ingin merengkuhmu. Memberitahumu bahwa aku akan selalu ada.

Dentang jam untuk yang ke duabelas kalinya semakin memaksaku untuk melepasmu. Aku berjanji tidak akan pernah menangis lagi. Satu-satunya rasa yang tersisa hanyalah kata-kata yang terlanjur melekat. Dan kali ini aku tak akan mengucapkannya seperti sebuah perpisahan, namun bukan juga sebagai perjumpaan, namun lebih sebagai kesadaran.

Hari sudah resmi berganti. Dan saatnya aku mulai menata hati.

Kemudian aku sadar, bahwa tujuh menit ini begitu singkat untuk kita berdua.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ailurophilia.

CLOSE