Untuk Kamu yang Sedang Berjuang Melupakan Mantan

“Kita tidak pernah tahu seperti apa rasanya tinggal di surga atau neraka. Kita hanya bisa mengandaikannya dengan hal-hal yang dekat dengan kita, seperti hubungan cinta. Menjalani hubungan yang bahagia itu mungkin bisa diibaratkan dengan surga, sedangkan putus ibarat mengetuk pintu neraka.

Dia yang dulu pernah datang menawarkan cinta, entah saat ini di hati siapa. Hidupmu menjadi abu-abu, tak berwarna layaknya dulu. Hatimu gelap. Tak hanya karena ditinggalkan penghuninya yang lama, namun juga karena si penghuni pergi sambil membawa cahaya.”

Advertisement

Putus cinta memang bukan perkara sederhana. Seberapapun kita tak menghendakinya, kita akan dipaksa bersikap lapang dada. Namun, tidakkah butuh kekuatan demi bisa merelakan mantan dan melanjutkan hidup sendirian? Saat masih sulit berdamai dengan diri sendiri, bukankah mustahil untuk menemukan pengganti?

Dalam artikel kali ini, Hipwee ingin sejenak mengajakmu meredam gejolak hati. Menikmati saat-saat sendiri dan merelakan dia yang tak lagi ada di sisi. Meyakinkanmu untuk segera memantapkan hati; melupakan dia yang memilih pergi, dan bersiap memacak diri untuk menyambut cinta yang baru lagi.

Putus Cinta Adalah Bencana yang Tak Kamu Harapkan Datangnya. Namun Seperti Korban Bencana yang Lainnya, Kamu Akan Kuat Ketika Bisa Menerima.

ketika putus cinta, tak ada pilihan selain mau menerima

ketika putus cinta, tak ada pilihan selain mau menerima via www.sincerelykinsey.com

Siapa sangka, hubungan yang tampaknya baik-baik saja ternyata menyimpan bara. Dia sebenarnya tak suka meladeni sifatmu yang ia nilai manja. Dia diam-diam lelah akan sikapmu yang ia anggap tak dewasa. Kamu pun nyatanya tak benar-benar mau menerima pasanganmu apa adanya. Kamu tak nyaman dengan sifatnya yang emosional, tutur katanya yang kasar, atau sikapnya yang enggan memberi perhatian. Meski merasa tak puas pada pasangan, toh kalian tak berusaha saling mengingatkan.

Advertisement

Sekalipun sudah bersama dalam jangka waktu yang lama, hubungan kalian sebenarnya tak sehat dan tak bahagia. Sadar tak sadar, kalian mempertahankan hubungan hanya karena status. Tak ada niat dan keinginan untuk memperbaiki keadaan. Akhirnya, saat tak lagi sanggup memendam semuanya, kalian baru tersadar bahwa hubungan yang terlanjur cedera tak akan bisa kembali membaik seperti semula. Tak ada pilihan selain melapangkan hati agar siap menerimanya.

Hatimu Pasti Terasa Nyeri. Tapi, Mengikhlaskan Dia Pergi Adalah Caramu Mengobati Diri Sendiri

ikhlas, caramu mengobati sakit hati

ikhlas, caramu mengobati sakit hati via www.loverofsadness.net

Apapun alasannya, lumrah jika momen putus cinta terasa begitu perih adanya. Cinta memang bisa membuatmu bahagia, tapi dia pula yang sanggup membikin hatimu terluka. Kalian yang biasanya selalu berdampingan, kini harus saling menjauh dan meninggalkan. Tak lagi bisa bergandengan tangan, berbagi pelukan, atau mencurahkan kasih sayang dan perhatian. Segala harapan yang pernah kalian tumpuk berdua pun kini harus rela dikubur dan dilupakan begitu saja.

Namun, meski putus cinta demikian membuatmu kelimpungan, bukankah tak ada yang bisa kamu lakukan selain mengikhlaskan? Toh memaksakan hubungan yang sudah terlanjur gagal justru akan terasa semakin menyakitkan. Dan bagaimana pun, perkara perasaan adalah ihwal yang tak bisa dipaksakan. Saat kalian sama-sama mantap untuk berpisah atau dirinya yang memilih pergi jauh melangkah, damaikan hatimu dengan memilih pasrah dan berserah.

Advertisement

Kamu Pun Layak Meyakini. Tak Ada yang Harus Disesali, Kamu Pun Tak Butuh Dikasihani

tak ada yang harus disesali

tak ada yang harus disesali via hindisadshayari2014.blogspot.com

Setelah putus cinta, ada kalanya kamu merasa hidupmu tak benar-benar berharga. Kamu akan sering-sering mengingat cerita-cerita di masa lalu sambil sibuk menyalahkan dirimu. Berusaha berpikir dan menganalisa apa yang sudah terjadi lalu sibuk berandai-andai sendiri.

“Ah, seandainya dulu aku tak punya sifat manja atau sedikit saja bisa bersikap dewasa, mungkin sekarang dia masih ada di sini…”

Hey, bukankah segala yang sudah terjadi selayakanya tak perlu disesali? Apakah sesal yang kamu rasakan bisa dengan ampuh mengubah keadaan? Tentunya tidak. Di saat ini, kita cukup percaya pada perasaan dan hati, lalu biarkan semuanya berjalan secara alami. Di saat-saat terendah dalam hidupmu, kamu pun tak boleh mengasihani diri sendiri. Momen ditinggalkan tak seharusnya membuatmu berkecil hati atau merasa tak layak dihargai. Toh, kandasnya hubungan bukanlah semata-mata lantaran kealpaanmu. Kesepakatan untuk putus bisa jadi akumulasi dari berbagai hal yang tak memuaskan dalam hubungan.

Tak Ada Gunanya Mengutuki Keadaan. Maafkan Segala Hal yang Tak Berjalan Sesuai Harapan

tak ada gunanya mengutuki keadaan

tak ada gunanya mengutuki keadaan via imgarcade.com

Memang, kita tak punya kuasa untuk mengendalikan semuanya. Gagalnya hubungan dengan pasangan bisa jadi sudah kehendak semesta. Selain hanya bisa berusaha menerima, kita tak lagi perlu mempertanyakan segala sesuatunya. Bagi kita yang hanya manusia biasa, harapan yang tak sejalan dengan kenyataan tentu sudah lumrah adanya.

Sikap tak mau menerima kenyataan dan justru mengutuki keadaan adalah kesia-siaan. Keras kepala berusaha memperbaiki hubungan atau memaksakan mantan kekasih kembali dalam pelukan justru akan membuatmu kelelahan. Demi hidup yang lebih mendamaikan, ringankan langkahmu dengan mulai memaafkan. Maafkan dirimu sendiri, maafkan dia yang tak lagi ada di sisi, dan maafkan keadaan yang membuatmu merasakan pahitnya sakit hati.

Jangan Merasa Sudah Membuang Waktu dengan Sia-Sia. Kamu Hanya Harus Kembali Menggeluti Apa yang Kamu Suka

kembali geluti kesukaanmu

kembali geluti kesukaanmu via girlswithcameras.tumblr.com

“Tak ada gunanya aku pernah berusaha, jika akhirnya hubungan yang dijalani harus kandas juga…”

Saat kamu sudah bisa benar-benar ikhlas menerima kenyataan, kamu tak akan menganggap masa lalumu sebagai kesia-siaan. Bagaimana pun cinta yang pernah singgah dihatimu akan selalu layak untuk diperjuangkan. Bukankah dia yang dulu mendampingimu memang pernah jadi satu-satunya kebanggaan? Tidakkah dia yang membuat hidupmu terasa jauh lebih membahagiakan?

Namun, jika dahulu dan sekarang keadaannya sudah berubah 360 derajat, bukan berarti kamu boleh menghujat. Terimalah kegagalan di masa lalu sebagai caramu menghargai perjalanan hidup dan cintamu. Ketika cinta selalu datang sepaket dengan kemungkinan gagal, hubungan dan momen putus cinta hanyalah perkara bagaimana kita menjalaninya.

Sebelum putus cinta membuat hidupmu demikian berantakan, bukankah kamu pernah menjalani hidup yang membahagiakan? Tidakkah kamu pernah jadi sebaik-baiknya manusia yang menikmati hidupnya? Temukan kesenanganmu, geluti hobimu, dan akrabi kembali renjanmu. Hidup tak layak diakhiri setelah kandasnya hubungan. Kamu harus selalu punya cara untuk merayakan kehidupan.

Kenangan Tak Harus Dibuang Atau Disimpan Rapat. Ada Kalanya Dia Memang Layak Diingat.

kenangan layak diingat sebagai penyemangat

kenangan layak diingat sebagai penyemangat via www.popularphotographybiz.com

Berapa banyak kecupan yang dia daratkan di keningmu? Berapa banyak pelukan yang dia bagikan denganmu? Berapa banyak waktu yang sudah kalian tandaskan bersama sejak dulu? Sebagai pasangan, kalian punya sekian kenangan yang pastinya tak mudah dilupakan. Momen-momen kebersamaan yang tak akan lekang dari ingatan.

Putus bukan berarti “haram” mengingat tentang dia. Bukan berarti pula kamu boleh memanjakan dirimu dalam lamunan tentangnya. Hubungan yang gagal sebaiknya dimaknai sebagai pengalaman. Kamu layak mengingat kenangan baik dan buruk tentang hubungan kalian dengan seimbang. Dengan begitu, kamu tak akan bersikap impulsif minta balikan lantaran teringat kenangan-kenangan bahagia. Kadang, ingatan tentang momen perselisihan atau pertengkaran lah yang bisa jadi pelajaran berharga.

Biarkan Dirimu yang Asli Bersinar dan Bahagia. Percayalah, Ada Cinta yang Lebih Baik yang Menunggumu di Luar Sana

masih banyak cinta di luar sana

masih banyak cinta di luar sana via videllscience3.blogspot.com

Cinta itu misteri. Perkara mencintai dan dicintai adalah teka-teki yang baru akan terjawab setelah kita tuntas menjalani. Siapakah pasangan yang hanya mendampingi untuk sementara? Siapa pula yang sudah tertakdirkan dan akan mendampingimu sampai tua? Apakah kisah dengan mantanmu memang benar-benar berakhir, atau kelak kalian akan bertemu dan bersatu lagi? Entahlah. Kamu jelas tak kuasa melihat nasib dan takdirmu di masa depan.

Tapi, percayalah bahwa kegagalan tak boleh membuatmu patah arang. Yakinlah masih banyak cinta-cinta lain yang akan segera datang. Saat ini kamu hanya perlu menikmati hidupmu sendiri. Berbahagialah dengan cara-caramu sendiri meski tanpa seorang pasangan yang mendampingi. Bukankah untuk bisa kembali mencintai kamu harus tuntas berdamai dengan diri sendiri? Bersenang-senanglah dan biarkan cahaya dalam dirimu yang semula redup kini bersinar kembali.

Jika Kelak Kamu Kembali Jatuh Hati, Jangan Pernah Merasa Memiliki Agar Dirimu Tak Perlu Kehilangan Sekali Lagi

jangan merasa memiliki agar tak kehilangan

jangan merasa memiliki agar tak kehilangan via favim.com

“Jika tak ingin kehilangan, maka jangan pernah merasa memiliki dengan berlebihan.”

Kadang, perasaan yang begitu kuat dan cinta yang demikian hebat membuatmu terlalu melekat. Yup, kamu merasa memiliki dia yang memang sangat kamu cintai. Lantaran takut kehilangan, kamu ingin mengikatnya kuat-kuat dan mendekatkan dirimu demikian lekat. Kamu lupa bahwa cinta yang sebenar-benarnya seharusnya membebaskan. Cinta tak boleh memaksakan atau membuatnya tertekan. Hal inilah yang seringkali tanpa disadari jadi penyebab kandasnya hubungan.

Maka, jika kelak pintu hatimu kembali terbuka, ingatkan dirimu untuk tidak mencintai dengan buta. Jangan pula memaknai cinta sebagai hal yang niscaya. Cinta yang kamu rasakan selayaknya dibarengi dengan logika agar segala sikap atau keputusan yang kamu ambil kelak tak membuatmu kecewa – untuk kedua kalinya.

Tak seorang pun berhak berkata bahwa putus cinta itu perkara sederhana. Sedih, kecewa, atau bahkan marah lantaran merasa diabaikan itu sangat wajar. Tapi, sampai kapan kita bertahan dalam kondisi yang menyedihkan? Tidakkah lebih baik menata kembali hidupmu dengan bertegar hati dan merelakannya pergi?

“Untukmu yang saat ini sedang berjuang, semoga selalu punya kekuatan dan mendapatkan kebahagiaan…”

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka kopi, puisi, band beraliran folk, punya hobi mikir dan pacaran di bangku taman.

CLOSE