11 Bulan Bersamamu, Kusebut Itu Mimpi Panjang…

 

Aku tak pernah serakah dengan perhatian, aku begitu nyaman dengan perhatian yang kau beri, aku nyaman dengan semua yang kau lakukan bersamaku, meskipun akhirnya aku berkata daam hati, “sikapmu tak bisa kudefenisikan”. tapi apa daya aku hanya bisa pasrah berjalan di jalan yang bahkan tak kutau arah tujuannya!!

 <>1. Bulan pertama : kusebut itu suatu “modus”

Aku menyebut itu modus, karena cara pertamamu untuk bisa berkenalan denganku cukup unik. Berawal dari engkau melihatku sangat fasih menggunakan bahasaku, kau beralasan memintaku untuk mengajarimu agar bisa begitu fasih sepertiku.

Dengan sosmed yang pada umumnya digunakan anak-anak jaman sekarang kita berkomunikasi, dilanjut dengan sosmed pribadi kita semakin membahas banyak hal.Masih dengan pembahasan yang menurutku begitu alay tapi aku terus meresponmu,dengan segala gombalan manis darimu, akupun terus membalas.

Terkadang aku lupa bahwa masih ada hati yang mengisi hatiku, tapi hadirmu mulai membuatku terpana. Meskipun niat dan caramu mencari tau tentang alamat sosmed ku masih menjadi satu misteri bagiku namun aku berkata kau berhasil mengenaliku. Dan sampai saat ini masih terbesit tanya di hatiku “Apa sebenarnya motivasimu untuk mencari tahu tentangku?”.

<>2. Bulan Kedua dan ketiga : Kau mulai menunjukkan pesonamu

Tanpa perlu waktu yang panjang, kau terlihat sangat mudah untuk memasuki seluk beluk kehidupanku, sepertinya hal yang bagi orang lain sangat susah malah bagimu sangat mudah membuatku merasa nyaman, sedikit kau terlihat jahat karena kau tak peduli orang lain yang juga menaruh hati padaku.

Tapi sama denganmu aku juga tak mempedulikan mereka, karena sedikit kerapuhan yang kurasakan. Bahkan dengan hal kecil sekalipun kau bisa membuatku merasa terbang ke langit ke tujuh, merasakan belaian angin yang begitu membuatku terpesona. Dan aku mulai berkata “aku sayang kamu”.

<>3. Bulan Keempat : Aku berencana untuk melupakanmu

Mungkin terkesan seperti akhir cerita, tapi sesungguhnya ini adalah awal cerita, kau yang selalu punya seribu cara untuk mengubah tangisku menjadi tawa membuat aku mulai merasa kau berbeda dengan mereka yang kerap membuatku menangis.

Kau tak pernah bisa melihatku bersedih, pasti kau langsung melakukan hal yang bisa melenyapkan kesedihanku dan terkubur sampai ke lapisan tanah ke tujuh. Tapi mengingat masih ada hal yang belum terselesaikan aku mulai tersadar bahwa kau yang walaupun selalu ada buatku tapi harus kulupakan, aku harus kembali padanya yang sebelum kau dia selalu kubanggakan.

Kala itu kau mengantarkanku untuk kembali ke kampung halaman, bagiku itu adalah moment pertama yang sangat menyedihkan, karena aku berfikir aku harus melepasmu karena dia yang pernah mengikat janji bersamaku. Di atas bus yang menghantarkanku ke airport, dengan air mata yang berlinang aku berkata “maafkan aku”.

<>4. Bulan Kelima : Niat melupakanmu malah berubah menjadi kata “aku bahagia bersamamu”

Niat awal untuk melupakanmu ternyata berubah haluan dikarenakan dia yang telah menyia-nyiakanku. Tanpa kau sadari sedikit demi sedikit kau membantuku untuk mengobati goresan luka di hatiku. Dan tanpa kau sadari juga aku semakin merasa tak membutuhkan orang lain , sikapmu yang selalu memanjakanku membuatku merasa berharga di matamu, kau selalu mengalah dengan segala keegoisanku, kau selalu menomorduakan kebahagiaanmu hanya demi kesenanganku.

Aku mulai melihat hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain tapi bisa kau lakukan. Dan kemudian aku berkata : “aku salut denganmu”.

Hari terus berganti, dan tak satu haripun kita lalui tanpa saling mengetahui dan memberi kabar, kau selalu memanfaatkan liburanmu untuk bertemu denganku, kau sering mengajakku untuk bermain agar aku bisa menghilangkan kejenuhanku, tawa lepas pun tak bisa tertahan saat aku sudah bersamamu, pernah aku berdoa dan memohon kepada Tuhan agar bahagia itu menjadi milikku seutuhnya. Setiap kali bersamamu aku selalu berbisik dalam hati: “jangan pernah berpaling dariku”

<>5. Bulan Keenam : Ada rasa sedih yang berkecamuk dalam jiwa

Hal yang tak pernah terlintas di benakku, ketika engkau jujur bahwa kau memiliki seseorang yang mengisi hatimu. Saat itu aku masih bingung apa yang harus kulakukan, melepaskanmu atau tetap bersamamu.

Tapi sifat egoisku tetap bertahan, aku tak peduli dengan keadaan itu meskipun ada rasa sedih dalam hati, tapi aku mengacuhkannya, yang kupikirkan hanyalah “aku bahagia bersamamu”, aku meminta maaf kepada Tuhan dan meminta ijin agar aku bisa menikmati bahagia itu walau sebentar saja.

<>6. Bulan Ketujuh : Kau masih tetap disini

Apapun yang terjadi, aku tak menghiraukannya, aku hanya berpikir bahwa kalau selalu memiliki cara untuk menyenangkanku, banyak tempat yang kita kunjungi, meninggalkan segala kenangan yang indah tiada dua, memang sederhana tapi sangat bermakna.

<>7. Bulan Kedelapan : Rasa ingin meninggalkanmu kembali muncul

Aku melangkahkan kaki ke negeri seberang, berharap aku dapat menikmati libiuranku disana, berharap aku dapat membawa cerita indah pulang ke Indonesia, tapi ternyata itu hanyalah sebatas harap, tepat di mall terbesar di Negara itu, aku membaca timelinemu yang kau tujukan pada dia yang selalu kau bilang ada di hatimu.

Rasa yang tadinya begitu bahagia berubah menjadi sesak karena harus menahan deraian air mata, sungguh aku cemburu dengan itu. Hal itu membuatku tidak lagi menikmati liburanku yang masih tersisa beberapa hari lagi.

Sepulang ke Indonesia aku berniat untuk mengakhiri semua yang selama ini kusebut dengan nama “bahagia”, tapi kembali lagi aku tidak sanggup melakukannya, bagaimana mungkin aku sanggup ketika aku menangis karena kesedihan yang tak bisa lagi diungkapkan dengan kata-kata bisa kau ubah menjadi tawa yang bersinar yang selalu kau sebut “tertawa lepas”. Dan aku kembali dengan egoisku, menghiraukan semua apa yang orang lain katakan, aku hanya berkata dalam hati “yang penting aku bahagia”, egois bukan??

<>8. Bulan kesembilan: Kusebut ini kebahagiaan semu

Meskipun aku sering berpikir tentang bahagiaku, tetapi terkadang akal sehatku juga bekerja, aku berfikir bahwa aku memang jahat telah merebut waktumu dan segala yang kau miliki dari dia yang seharusnya mendapatkan itu.

Terkadang tanpa kau sadari dibelakangmu aku sering menangis memelukmu dan berbisik “Tuhan kenapa bahagia ini tidak bisa menjadi milikku?”, semuanya mulai terlihat begitu semu, seakan aku ingin pergi jauh bersamamu agar tidak ada orang yang protes terhadap apapun yang kita lakukan, dan ingin membuat bahagia itu utuh permanent menjadi milikku.

Tapi aku kembali tersadar bahwa itu tidak mungkin, aku hanya bisa bertanya “sampai kapan semua ini akan bertahan?”. Terkadang aku terlihat sangat bodoh dengan semua sikapku yang juga selalu menuruti maumu, aku mengetahui banyak hal tentang masa lalumu. 

Aku mendengar banyak hal tentangmu dari orang lain yang terlebih dahulu mengenalmu, mereka sering memintaku untuk melepasmu saja, tapi sama sekali semua itu tidak mempengaruhi rasa ini, hatiku selalu berkata “aku gak peduli dengan masa lalu, aku hanya peduli dengan masa kinimu dan berharap juga dengan masa depanmu?”. Sangat bodoh kan???

<>9. Bulan Kesepuluh : Perhatianmu semakin tak bisa didefenisikan

Masa-masa paling bahagia, dan membuatku merasa sangat istimewa, saat kau memperlakukanku seolah hanya aku yang ada dalam kehidupanmu, semua hal yang kumau kau turuti sekuat yang kau bisa, banyak hal yang sudah kau korbankan untukku. Kau tidak tahu bahwa aku pernah merasa bahwa kau sangat berarti bagiku. Aku sering bertanya dalam hati “apa makna dari semua yang kau lakukan ini?”, dan sampai saat ini aku juga belum menemukan jawabanya, sampai aku tak bisa lagi bertanya padamu.  

<>10. Bulan Kesebelas : Airmataku membangunkanku dari mimpi panjang itu

Saat aku begitu bahagia, saat orang-orang percaya bahwa kau satu-satunya orang yang bisa membuatku tersenyum ceria seperti itu, saat itu pula airmataku menetes sampai tak bisa dibendung. Aku terbangun dari mimpi panjangku, dan akhirnya aku tersadar bahwa aku mulai menyukaimu, aku sebut suka bukan cinta karena aku tidak tau apa itu cinta, akhirnya semua rasa itu memaksaku untuk melepaskanmu, melepaskan bahagiaku yang selama ini kugenggam erat.

Aku harus membiarkanmu pergi, agar kau kembali bersamanya. Inilah kesedihan terdalam yang pernah kurasakan, kenagan manis yang pernah kita lalui selalu membuatku tak bisa berhenti terisak-isak. Biarlah semua kenangan itu menemaniku, biarlah “push” yang pernah kau beri memelukku dalam tidurku, biarlah aku bersedih dan menangis. Tapi kau harus bahagia, karena suatu saat aku juga akan bahagia dengan jalanku walau tak kau temani lagi, bulan itu resmi berganti dan aku harus melepasmu. Aku harus kuat seperti yang selalu kau katakan. Bahagialah terlebih dahulu, dan aku akan menyusul.

Aku juga berjanji suatu saat akan kuat, aku akan menyatukan kepingan hatiku yang sudah berserakan agar menjadi utuh kembali,meskipun saat ini hanya tersisa airmata yang selalu setia bersamaku, tapi aku yakin kau sudah bahagia ketika membaca ini, jangan menoleh ke belakang, lanjutkan langkahmu dengan pasti.

Tapi untuk terakhirkalinya ijinkan aku mengatakan “aku sangat…sangat..dan sangat menyayangimu” aku berdoa kita terlahir kembali untuk bisa bertemu di dunia yang baru tapi yahh abaikanlah mimpi yang takkan pernah terwujud itu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE