5 Tips Mengatasi Baby Blues Pasca Lahiran. Mama Muda Wajib Baca!

Pasca lahiran, seorang wanita tidak hanya berubah label menjadi ibu, tetapi juga mengubah dunianya.

Sharing kali ini bertujuan untuk saling menguatkan bagi ibu-ibu di manapun berada, yang sedang mengalami baby blues, baik pada anak pertama maupun yang kesekian, kamu tidak sendirian.

Pasca lahiran, seorang wanita tidak hanya berubah label menjadi ibu, tetapi juga mengubah dunianya. Memasuki fase mengurus bayi dengan hormon yang belum stabil, ditambah dengan kesehatan yang belum pulih, juga harus menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan yang harus stand by untuk menjaga bayi mungil yang baru saja lahir. Berkutat dengan masalah ASI, pola tidur, hingga banyak lagi.

Salah satu hal yang biasanya dialami oleh sebagian besar wanita pasca melahirkan adalah baby blues. Keadaan dan kondisi di mana emosi tidak stabil, perasaan campur aduk, merasa ingin menyerah saja. Aku juga mengalami hal ini setelah melahirkan anakku Xaliwa. Sepulang dari rumah sakit, bayi menangis, asi seret tapi berniat asi eksklusif, jahitan yang masih denyut-denyut, semua bercampur aduk. Tapi, kita harus terus bangkit dan tidak boleh berlarut-larut dalam keadaan ini.

Awalnya aku berpikir, ah masa sih aku kena baby blues? Kayaknya nggak mungkin deh, toh kehadiran si kecil sudah diidam-idamkan. Ternyata tidak demikian, Mom. Baby blues tetap hadir dan menjadi sepenggal cerita dalam perjalananku menjadi seorang ibu. Baby blues yang kualami berlangsung sekitar 2-3 minggu. Setelah itu, aku sudah kembali sehat lagi dan bisa fokus mengurus bayiku tanpa drama ala-ala dan airmata, hehehe.

Berikut tips yang aku rangkum untuk mengatasi baby blues, berdasarkan dari pengalamanku pribadi dalam hal berteman dengan baby blues.

1. Komunikasikan yang kita rasakan

Ngobrol dengan Pasangan

Ngobrol dengan Pasangan via https://pixabay.com

Advertisement

Ini sangat penting, mengingat kembali bagaimana kacaunya perasaanku setelah melahirkan anak pertamaku. Aku tiba-tiba nangis ke suami tengah malam, karena anakku kuning dan asiku belum lancar. Banyak hal-hal tak berfaedah yang masuk kedalam pikiranku, tapi berusaha kutepis. Aku mengeluarkan segala unek-unek dan perasaan ke suami, menceritakan semuanya. Aku capek karena harus menyusui 3 jam sekali, kurang istirahat, sedangkan suami tidur aja. Ada yang suaminya begini?

Lagi-lagi kamu nggak sendirian, Moms. Kusampaikan keinginanku untuk ditemani saat menyusui, suami pun bangun setiap aku menyusui dan aku merasa lebih baik. Akhirnya aktivitas menyusui yang menakutkan dan melelahkan berubah menjadi sesuatu yang lebih menyenangkan.

2. Libatkan keluarga

Pentingnya Keluarga

Pentingnya Keluarga via https://stocksnap.io

Pasca lahiran, aku dan suami sepakat untuk tinggal dirumah orang tuaku, karena aku anak pertama dan baru melahirkan anak pertama juga. Maka aku merasakan sekali pentingnya peran keluarga, terutama suami dan orang tua dalam masa pemulihan setelah melahirkan. Mamaku memasak dan membantu menggendong si kecil ketika aku mandi, dan mendukung pemberian asi eksklusif kepada bayiku. Hal ini penting menurutku, karena ada masa-masa bayi rewel tengah malam, emosi belum stabil, ada mama yang bisa bantu gendong dan menenangkan bayi bergantian.

Advertisement

Kalau sudah memiliki kakak/abang, orang tua/saudara bisa membantu untuk mengurus dan menjaga si kakak selagi ibu fokus mengurus si baby baru. Kalau tidak sempat masak? Beli sajalah. Daripada urusan bayi terbengkalai dan mengakibatkan perasaan semakin tidak karuan.

3. Berdoa dan ikhlas

Genggaman Ibu

Genggaman Ibu via https://stocksnap.io

Karena berubahnya siklus dan pola kehidupan setelah memiliki bayi, kadang terbersit fikiran kalau bayi ini sedang merenggut kebebasanku. Tidak ada me time, tidak ada kencan, penampilan awut-awutan. Kuncinya satu, berdoa dan ikhlas. Aku menuliskan hal-hal positif yang kudapat setelah melahirkan, tentang betapa beruntungnya aku diamanahi menjadi seorang ibu, tentang betapa pentingnya kehadiranku untuk anakku, tentang betapa keluarga tidak bisa digantikan dengan apapun.

Akhirnya ikhlas itu datang. Self-healing sendiri. Akhirnya, penerimaan itu datang. Kita akan terbiasa untuk menerima keadaan dan menyesuaikan tanpa perlawanan. Teruslah berdoa, meminta petunjuk dan semoga diberikan kekuatan, kesabaran dalam mengemban tugas yang baru, yang mulia sebagai seorang ibu.

Advertisement

4. Luangkan waktu me-time dan quality-time

Quality Time Itu Perlu

Quality Time Itu Perlu via https://stocksnap.io

Hal paling hilang setelah punya anak adalah waktu untuk bersantai, leyeh-leyeh, atau waktu berdua dengan suami. Aku merasakan bagaimana bosannya dirumah, mengurusi bayi, dan merasa terkekang. Aku komunikasikan hal ini pada suami, dan bersepakat untuk punya me-time dan quality time berdua sama suami, karena si kecil belum bisa dibawa keluar jauh-jauh.

Bahkan hal remeh seperti pergi ke swalayan, makan mie ayam atau muter-muter naik motor sudah bisa membuat hati ini lebih enakan dan nyaman. Betapa pentingnya ibu menyusui memiliki perasaan yang bahagia agar asi mengalir deras, bukan?

5. Perbanyak waktu bersama bayi

Waktu Bersama Bayi

Waktu Bersama Bayi via https://stocksnap.io

Mengatasi perasaan yang tidak karuan karena baby blues, aku berusaha melawannya dengan memperbanyak waktu bersama bayi. Mengurusnya sendiri dari mulai dia bangun tidur, mandi, menyusu, usahakan semua kegiatan itu dilalui bersama sang ibu. Semakin banyak waktu yang kita lewati bersama dia, semakin akan bersyukur kita.

Coba pandangi lekat-lekat raut wajah bayi mungil yang tengah dititipkan kedalam kehidupan kita. Maka, perasaan gundah dan tidak karuan itu akan berangsur membaik. Melihat dia tumbuh dari hari ke hari, akan senantiasa menambah rasa sayang kita terhadap anak dan pelan-pelan mengkikis baby blues itu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Dreamer. Reach the world by writing good things.

CLOSE