6 Alasan Ini Membuatmu Bangga Menjadi Anak Seorang Pedagang

Kamu anak seorang pedagang? Bukan seorang saudagar? Ataupun bukan terlahir sebagai anak seorang pegawai negeri sipil? Tenang! Itu bukanlah suatu mimpi buruk bagimu. Tak usah berkecil hati. Sebaliknya, jika kamu anak seorang pedagang, saya akan menantang mu untuk meluangkan waktu sehari untuk membantu ibu bapakmu berdagang. Dengan merasakan sendiri bagaimana caranya berdagang dari orang tuamu, kamu juga akan mendapatkan banyak pelajaran yang bisa kamu petik. Dan inilah ke 6 alasanmu mengapa harus bangga menjadi anak seorang pedagang.

1. Kamu belajar bagaimana caranya untuk bersabar.

Ya, sabar dalam menghadapi para pembeli yang kebanyakan adalah emak-emak berdaster, yang terkadang suka tak sabar menunggu antrian, suka bertanya ini dan itu, suka menawar barang dagangan dan ingin cepat-cepat dilayani. Selain itu, kamu juga bisa belajar bersabar manakala barang dagangan yang kamu jual ternyata tidak laku di pasaran.

2. Kamu belajar bagaimana caranya sopan santun

Ya, dengan belajar menjadi seorang pedagang, setidaknya kamu harus belajar bersopan santun dan menjadikan pembeli layaknya seorang raja, kenapa? Karena jika kita melupakan itu semua, maka pembeli tidak akan merasa nyaman, dan tidak akan mau kembali lagi untuk membeli barang daganganmu. Tidak percaya? Cobalah melakukan survey kecil-kecilan, dengan membandingkan toko yang menjual barang lengkap dan murah tapi pelayannya tidak sopa, tidak ramah, dan tidak menyenangkan, dengan toko yang menjual barang dengan harga yang relatif lebih mahal, tapi dengan pelayanan yang ramah dan menyenangkan. Hasilnya pasti toko dengan pelayanan yang ramah itulah yang akan menempati ruang di hati para pelanggannya.

3. Kamu belajar bagaimana bersikap jujur.

Inilah prinsip penting yang bisa kamu dapatkan. Kamu belajar bagaimana bersikap jujur, menimbang dengan takaran yang pas, menjual barang dagangan dengan tidak membohongi pembelinya, serta menjauhi riba. Jadi, meskipun mungkin kamu akan mendapatkan keuntungan yang lebih jika kamu mengurangi takaran timbangan mu atau membohongi pembeli mu, tapi kamu tidak akan merasakan keberkahan dalam tiap langkahmu. Dan sikap jujur ini bisa kamu terapin di kehidupan sehari-harimu.

4. Kamu belajar bagaimana bersyukur.

Ya, dengan proses bertemu pembeli yang berasal dari latar belakang yang beragam, kamu akan belajar bersyukur bahwa kehidupan yang kamu jalani sekarang, mungkin lebih baik dibanding mereka. Kamu akan belajar bersyukur, bahwa kamu memiliki orangtua yang rela berjuang pagi hingga sore ataupun malam, memerah keringatnya, demi membuat anak-anaknya bahagia, bisa mendapatkan penghidupan yang layak, dan bisa bersekolah. Dari sini, kamu akan belajar banyak untuk mensyukuri kehidupan yang kamu jalani sekarang.

5. Kamu belajar rajin.

Gimana enggak rajin, sebagai seorang pedagang yang mempunyai banyak saingan, kamu tentu dituntut untuk bangun pagi. Kenapa? Karena Tuhan membagi-bagikan rezekinya di waktu pagi. Kalo kesiangan sedikit saja, pelanggan kamu yang bangunnya lebih pagi, pasti mencari pedagang lain yang sudah siap melayani di pagi hari. Pernah mendengar kalimat ini? "Bangunlah pagi-pagi, agar rejekimu tidak dipatok ayam" (read : karna ayam saja bisa bangun lebih pagi, masa kamu enggak?)

6. Kamu belajar ilmu kehidupan, bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu yang pasti.

Karna dengan berdagang, kamu pasti tidak akan tau bagaimana nasibmu pada hari itu. Entah hari ini jualanmu laku, esoknya merugi, atau sebaliknya, atau bahkan lebih baik dari itu, semuanya unpredictable. Inilah bedanya dengan pegawai, yang sudah pasti mendapatkan gaji yang rata-rata sama pada setiap bulannya.

Tapi dari sinilah tantangan yang sebenarnya, karena meskipun apa yang didapatkan belum pasti, tapi kamu terus dituntut untuk berusaha apapun kondisinya, apapun hasilnya. Dari situlah kamu akan belajar bahwa kehidupan yang kamu jalani pun, tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang kamu harapkan, dan kamu harus siap menghadapi itu semua.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Nutritionist & Volunteer