7 Hal Luar Biasa Dari Ngadas Yang Membuat Saya Malu Pernah Pongah

Orang Tengger, begitu familiar nama ini di telinga saya, tetapi ketika otak mencari kepingan gambar yang sesuai untuk menggambarkan mereka, saya tidak bisa menemukan apa-apa. Maklum saja, saya ini bukan anak gunung, saya tidak hobi hiking. Travelling tanpa sponsor itu nyaris seperti mimpi untuk saya. Jalan-jalan itu butuh uang, Bung! Ya .. yang sebenarnya sih saya punya, tetapi sedang dialokasikan untuk hal yang berbeda.

Jadi, kalau nge-trip per-definisi kalian adalah rentetan adegan hura-hura sembari mencari spot foto keren untuk dipampang di jejaring sosial, apalah saya yang hanya calon nutrisionis minim biaya–yang mencoba tangguh berada di tengah-tengah masyarakat pelosok yang dinamika kehidupannya serba luar biasa.

Dua bulan menetap di sana, menjadi bagian dari mereka. Seperti alien yang terperosok di bumi, saya benar-benar belajar banyak hal baru dari mereka; dari penduduknya juga dari alamnya. Inilah tujuh pelajaran yang membuat sifat jemawa terbabat habis di sana.

 <>1. Adat Itu Identitas
Festival Nyadran

Festival Nyadran via http://instagram.com

Saya amati lekat-lekat orang-orang di sekitar saya. Sedikit gemas bertanyalah saya dalam hati, "Kenapa sih mereka tidak memakai jaket saja seperti saya?"

Setelah bertanya pongah, sedetik kemudian perut saya mulas karena efek kedinginan--"Padahal saya kan sudah pakai jaket ya?" tanya saya dalam hati yang disambut oleh kenihilan jawaban.

Sehari dua hari saya mencoba menerima saja keunikan mereka, hingga saya beranikan diri untuk bertanya--tidak lagi di dalam hati.

"Karena ini adat kita, Mbak. Orang Tengger pakainya ya kaweng ini supaya hangat, sudah terbiasa."

Kain yang dikalungkan di leher dan badan adalah ciri khas orang tengger Bromo yang dipakai bukan tanpa alasan. Memakainya juga tidak sembarangan. Kain ini disebut kaweng untuk wanita dan sarung untuk pria, yang oleh Orang Tengger dipakai untuk menepis hawa dingin dan kering Ngadas. Sarung dan kaweng ini lebih fleksibel dari jaket modern, ketika menggendong anak dan membawa beban berat sarung ini bisa diposisikan sedemikian rupa agar menutupi tubuh dari dinginnya terpaan angin Ngadas sembari beraktifitas.

"Pakai jaket sih bisa Bos, tapi tumpuk tiga ya!"

Selain adat unik dalam hal pakaian, warga Ngadas juga mempunyai tradisi untuk selalu menghabiskan apa yang dihidangkan oleh si empunya rumah ketika bertamu. Hidangan bukan pajangan, jika itu dihidangkan, makan dan minumlah hingga habis. Tidak menyentuh hidangan berarti tidak menghargai usaha si empunya tempat sewaktu membuatnya. Jika boleh tidak bereufisme, tidak memakan atau meminum itu adalah penghinaan.

"Mas kalau tidak dihabiskan minumannya, besok waktu ke sini lagi tidak akan saya buatkan minum."

Seketika tegukan demi tegukan terdengar samar mengisi ruangan.

<>2. Tamu Itu Berkah Bukan Beban
Warga Desa Ngadas Melakukan Nyadran

Warga Desa Ngadas Melakukan Nyadran via http://1.bp.blogspot.com

Hari-hari saya habiskan dengan bertamu dari satu rumah ke lain rumah. Mencari data, mengisi lembaran kuesioner yang tebalnya tak kira-kira. Iya, saya ini tukang cari masalah, terutama masalah gizi yang ada, dengan harapan bisa teratasi oleh program-program yang akan diusung.

Harapan saya waktu melangkahkan kaki ke rumah penduduk itu hanya untuk mendapat data, sungguh! Walau terkadang motivasi saya untuk muncul di ambang pintu juga murni untuk bercengkrama saja. Namun, bukan masalah gizi dan obrolan hangat saja yang kerap saya dapatkan, tetapi kepulan asam hangat nan manis yang menguar mendominasi aroma di sekeliling saya. Entah kopi, entah susu, atau bahkan air gula.

Suguhan itu wajib dihidangkan, meski hanya air gula.

Menghidangkan sesuatu yang hangat itu menjadi rutinitas warga Ngadas, bukan hanya untuk tamu jauh, tetapi untuk semua orang yang sudah mampir ke rumah mereka. Sembari khusyuk bercerita, suguhan panas menambah kehangatan suasana, berbanding terbalik dengan hawa dingin di luar sana.

<>3. Perbedaan Dalam Kerukunan
Rumah Muji

Rumah Muji via http://instagram.com

Kolom agama yang diusung terkait perbedaan jenis pantangan makanan pada kuesioner saya tidak bisa disepelekan lagi keberadaannya, dan kalau kata orang jawa, ora isa digebyah uyah, yang berarti tidak bisa dipukul rata dengan observasi belaka. Karena kemajemukan agama warga Ngadas sangat tinggi, dan semua itu tertutup oleh cara membaur mereka yang sama sebagai sesama warga. Nyaris tidak ada beda.

Banyak ibu-ibu memakai jilbab instan atau kerpus, yang ketika ditanya ternyata beliau budha atau bahkan hindu. Apakah ini masalah? Apakah ada tetangga beragama beda maupun seagama yang meronta-ronta menyuruhnya untuk berhenti memakai itu? Tidak. Karena agama itu urusan yakin dengan sesuatu, dan tidak bisa menafikan bahwa mereka sama-sama orang Ngadas yang secara tidak langsung bersaudara dan sama-sama butuh perlindungan dari hawa dingin.

Lalu saya hanya bisa geleng-geleng takjub ketika saya ingat dahulu kala ada pengguna jejaring sosial yang bertengkar sengit untuk mengomentari gaya Si Artis Papan Atas yang melilitkan kain pashmina di kepalanya saat sedang berbikini-ria.

Mungkin mereka butuh piknik ... di Ngadas.

<>4. Makanan Hanya Pantas Dibuang Ke Mulut

Ambilah secukupnya dan sisakan hanya tulangnya

Adat Orang Ngadas yang sering undang mengundang memang tidak lepas dari berbagai hidangan dan sajian, salah satunya hidangan dimana para tamu mengambilnya sendiri a la buffet. Saya amati para tamu lain yang merupakan orang Tengger asli, mereka ambil sedikit sekali, kalau diliht seksama, tujuan mereka mengambil hanya untuk mengotori piring bukan untuk mencukupi kebutuhan energi dan hawa nafsu.

Saya ambil selapar mata saya, seporsi layaknya saya memakan satu kali makan utama. Kata orang gizi, buatlah piringmu berwarna-warni dengan berbagai hidangan, saya seorang yang garis keras manut dengan pesan gizi seimbang dan mulai mewarnai piring saya.

Sepulang dari satu rumah, ternyata saya ingat saya juga diundang untuk mampir lagi ke rumah yang lain. Menolak bukan pilihan saat itu, saya datangi rumah lainnya. Si Tuan Rumah menggiring saya ke meja makan yang bertabur hidangan yang berbeda, di situ saya menghela napas panjang. Mulai memahami jika ada tamu yang hanya memakan sesendok nasi.

Pelajaran berharga: Menghadiri tujuh undangan tidak berarti harus melesakkan tujuh piring ke dalam perut, makanlah secukupnya, tetap hargai si Empunya Rumah dengan menghabiskannya.

<>5. Dingin Bukan Alasan Untuk Malas

Sebagai seorang yang besar di panas dan teriknya Surabaya, Ngadas bagi saya seperti Mars untuk penduduk Bumi. Jauh, menarik, dan elok penuh pesona, tetapi begitu baru dan asing untuk saya. Dengan udara dingin yang luar biasa, kasur dan selimut rasanya seperti menempel lekat dengan kulit ini, membuat saya malas dan lamban.

Berbanding balik dengan penduduk desa. Selepas adzan subuh, warga Ngadas sudah memulai harinya. Sebagian besar akan sambang ke ladang kentang yang derajat kemiringannya membuat saya bertanya, apa mungkin Orang Tengger Ngadas ini punya sayap portable untuk terbang kesana kemari mengurus ladangnya yang tidak mungkin dijejaki oleh kaki normal manusia karena saking curamnya.

Bagaimana bisa kentangnya tidak jatuh menggelinding ke bawah?

Bagaimana saat panen?

Bagaimana membawa hasil panen dari tempat yang curam?

Bagaimana dan bagaimana saja isi otak saya ini. Takjub pada akal dan kemampuan yang Tuhan sematkan pada manusia-Nya sehingga bisa memanfaatkan bumi-Nya sebaik ini.

<>6. "PHP? Ke Laut Aja, Bos! Ini Gunung."
Gunung Bromo

Gunung Bromo via https://www.twisata.com

Percayalah bahwa itu bukan basa-basi dan gombalan palsu, ketika seorang warga Ngadas, baik tua maupun muda menawarkan kalian untuk mampir ke rumahnya. Itu janji mati yang akan diingat oleh warga tersebut. Katakan ya jika benar-benar mau dan tolak dengan sopan jika memang tidak sempat.

Ajakan "Nya ya!" yang berarti "Mampir ya!" menjadi awal dari penantian yang harus terwujudkan jika telah berbalas dengan: "Njih Bu."

"Loh Mbak saya tunggu dari jam satu siang, kan katanya mau mampir ke rumah."

Dalam kefanaan dan ketidak-khilafan ucapan saya untuk menyanggupi, saya pikir berkata 'iya' tidak akan menjadi masalah besar. Ternyata tidak demikian, yang berucap iya berarti benar-benar menyanggupi. Warga Ngadas tidak menerima harapan palsu, warga Ngadas hanya menerima kepastian. Si Ibu yang saya beri janji kesanggupan benar-benar menunggu saya untuk memasak bersama saya. Penyesalan dan rasa bersalah mengiringi langkah saya bermanuver dari kompor ke perapian karena baru dapat membantu sekitar jam 3 sore.

Satu adegan terlewati, dan saya benar-benar berjanji pada diri saya sendiri untuk tidak mengobral janji kosong. Menyepelekan sesuatu hal berarti tidak menghormati hal tersebut. Otak saya kemudian mencetuskan serentetan gambar orang-orang yang rasanya perlu hidup di sini untuk mengerti bahwa janji adalah harapan yang tergadaikan.

<>7. Semakin Tinggi Seseorang Tidak Berarti Semakin Sombong

Orang bisa memiliki segalanya, tetapi mereka tidak selamanya dapat hidup sendiri. Andap ashor adalah budaya yang benar-benar dijaga dan diterapkan orang Tengger Ngadas untuk saling menghormati dan menghargai siapa saja yang hadir di kehidupan mereka. Sopan santun dan keramahan mereka tidak dibuat-buat dan tidak diberikan dengan pamrih.

Banyak hal lain yang mereka ajarkan pada saya, dan rasanya tidak akan selesai dijabarkan dalam dua ribu kata. Saya bahagia pernah menjadi bagian dari mereka, merasakan apa yang mereka rasakan, memberikan sesuatu yang (semoga) berguna meski dalam keterbatasan saya. Terima kasih untuk semua warga Ngadas yang sudah menyematkan banyak pelajaran di memori saya, sekelumit hal yang tidak akan saya dapatkan di tempat lain.

Kalian inspirasi saya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Sering terbahak di terlaluindah.wordpress.com

12 Comments

  1. ini juga yang aku alami selama masa KKN lalu 🙂

  2. Edi Nugroho berkata:

    Liburan yang saya dambakan adalah seperti ini (y) 🙂

  3. Indah berkata:

    Iya mahasiswa UGM langganan KKN di sini ya orang sana sering bercerita tentang kalian, semoga sesenang saya ketika di sana.

  4. Indah berkata:

    Sila mengunjungi Ngadas Mas karena di sana juga sepertinya sudah ramah turis dari segi akomodasi sepertinya warga sudah mempermudah. Singgah sebelum ke Bromo

CLOSE