Ayah, Engkaulah Bima yang Perkasa

Pagi baru saja menjelang namun sosokmu sudah hilang, padahal aku hanya telat 15 menit dari pukul 7 pagi.

Ketika kecil diriku sering bertanya “ mengapa ayah pergi sepagi ini ? ‘’ ibu menjawab sebari tersenyum “ ayah, cari uang untuk iken jajan “.

Semakin dewasa maka semakin ku mengerti definisi perjuangannya, ayah maafkan aku yang selalu membebanimu dengan mulut yang selalu saja menuntut.

 <>1. ketika ibu mengandungku, perjuangan ayah tak boleh dianggap angin lalu
perjuangan ayah

perjuangan ayah via http://health.kompas.com

Semua orang pasti tahu perjuangan seorang ibu dari mengandung hingga melahirkan sungguh luarbiasa, tapi dibalik itu ada perjuangan dalam diam yang tak kalah perkasa.

Sebagai suami muda dengan berbagai beban yang sudah terasa, mendengarkan istri hamil merupakan kenikmatan tiada tara, bekerja semakin giat rela mengambil lembur mengorbankan kesehatan yang ada agar ibu dan aku yang masih dalam kandungan tetap terjaga.

Memasuki bulan kesembilan, ayah semakin rajin bekerja sekaligus jadi suami siaga, mengumpulan materi dan doa agar aku selamat lahir kedunia.

<>2. Aku berhasil lahir kedunia, ayah senang tiara tara
Senang tiada tara

Senang tiada tara via http://www.tamguong.vn

Kali pertama membuka mata, seorang lelaki dengan wajah haru mengumandangkan adzan ditelinga, saat itu aku tak tahu betapa syahdu perjuanganya. Jika saat itu aku sudah mampu berbicara terimakasih kedua teruntuk ayah yang berjuang dengan perkasa.

Ibu masih terlalu lemas untuk melakukan berbagai rutinitas, memasak dan mencuci diambil alih oleh ayah seorang diri. pergi ke pasar membeli bahan makanan dan perlengkapan bayi, ia lakukan walau baru pertama kali, kegiatan itu dilakukan disela waktu kerja. Terbayang betapa lelahnya, belum lagi ketika harus terjaga disaat aku menangis di malam buta.

<>3. Aku ingin sepeda, ayah membeli bahkan mengajari walau membolos diwaktu kerja
mengajari bersepeda

mengajari bersepeda via http://sithhuwili.blogspot.com

Layaknya anak kecil yang banyak tuntutan ketika teman sepermainan punya hal baru, kala itu ibu bercerita disaat aku kecil ingin sekali punya sepeda, ia memberitahukan ayah walau ibu tahu masa itu sulit untuk mengumpulkan rupiah. Ayah mengiyakan walau berarti harus mengajuan pinjaman karena keinginanku tidak ada didaftar pengeluaran.

Tak hanya sampai disitu, ketika ibu tak bisa mengajari bersepeda ayah meluangkan waktu walau dengan resiko membolos dengan alasan yang bisa saja ditertawakan.

Ketika pertama kali mengayuh aku terjatuh, ayah mengampiri dan menguatkan

“ dalam berbagai keadaan menyerah bukan pilihan “ sebari mengelus rambutku.

<>4. beranjak SMA aku mulai mengenal cinta, ayah mengambil peran jadi sahabat yang rela mendengarkan curhat ala remaja
Mengajari cinta

Mengajari cinta via http://ummi-online.com

Menyukai lawan jenis adalah fitrah manusia, termasuk aku yang saat itu masih SMA. Mencuri pandang dan diam-diam menaruh suka, butuh teman untuk berbagi cerita cinta.

Ibu dan ayah adalah pelarianku berbagi cerita, mereka bercerita masa dimana merekapun saling menaruh suka. Aku tertawa saat ayah bercerita pengorbanannya mendapatkan ibu.

Cinta seperti pisau, sisi lainnya membuat ku terluka. Ayah melihat sikapku yang tak biasa, ia kembali bercerita bahwa sakit hati dalam cinta adalah pelajaran maha berharga.

 

<>5. kuajukan keinginan ku untuk kuliah ke luar kota, ayah mengiyakan walau masalah materi harus ia hadapi
Terimakasih ayah

Terimakasih ayah via http://kaskus.co.id

Semangat muda khas remaja, saat itu mengalir deras didada. Keinginan kuliah di universitas terbaik walau berada diluar kota kuajukan kepada ibu dan ayah, ibu mengiyakan diiring hening karena berpikir butuh biaya yang tak kecil merealisasi mimpi anaknya ini, tapi ayah tegas mengiyakan diringi senyuman yang lagi dan lagi menguatkan sekalipun ku tahu tak mudah mengumpulkan uang puluhan juta rupiah.

Dalam hening ku berdoa, semoga mereka berdua selalu dalam lindungan yang kuasa, karena hingga saat ini aku tidak akan bisa membalas pengorbanan mereka, sekalipun memberi uang ratusan juta.

Sayang mereka tiada tara, tidak dapat diukur dengan nominal angka

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang pembelajar

CLOSE