Bahagiaku Adalah Ketika Beliau Merasakan Kebahagian yang Sama Denganku

Surabaya, 25 Juli 2005

Ingatan yang pasti akan ku bawa sampai mati. Di tengah mendung dan gerimis malam itu, Bapak harus menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan kami sekeluarga karena sakit yang telah beberapa bulan di deritanya. Ibu memilih untuk sendiri merawat dan membiayai ketiga anaknya yang pada saat itu masih bersekolah, mas kelas 3 SMA, mbak tahun ajaran baru ke SMA, dan aku akan naik ke kelas 2 SMP padahal ketika ditinggalkan Bapak, ibu bisa saja menikah lagi untuk melanjutkan kehidupannya tanpa perlu bersusah susah untuk menghidupi ketiga anaknya. Tetapi bagi ibu cintanya untuk bapak tidak bisa digantikan kepada orang lain, dan ibu tidak bisa menjalaninya dengan orang yang tidak ibu cintai. Beliau hanya percaya bahwa rejeki pasti ada jika kita berdoa dan berusaha.

Dulu ketika bapak masih ada, kehidupan kami tecukupi. Apa yang keluarga kami minta pasti Bapak berikan walaupun harus bekerja sampai lembur. Bapak adalah pegawai swasta sehingga ketika meninggal bapak diberikan pesangon terakhir yang nominalnya tidak begitu banyak. Ibu harus memutar otak untuk mengelola uang dengan baik agar kami tidak sampai kekurangan seperti berjualan gorengan dan semacamnya di depan rumah sampai merawat anak tetangga sampai sore hari.

Disanalah titik awal cara pandangku terhadap kehidupan berubah, bahwa kehidupan ini tidak bisa dilakukan dengan bermanja-manja, malas, tidak berdoa, dan tidak berusaha. Aku akan share beberapa momen yang tak terlupakan bersama ibu 🙂

1. Ketika Keputusanku Bekerja dan Berkuliah di Dukung oleh Ibu

Saat aku SMA, aku bersekolah di salah satu sekolah negeri favorit. Aku belajar seusai pulang sekolah dan malam hari hingga tengah malam. Mungkin pada saat itu yang bisa aku lakukan untuk membuat ibu bahagia yaitu dengan nilai-nilaiku yang baik dan kepatuhanku terhadap beliau tentunya yang setiap hari sudah bekerja keras.

Kesalahanku tidak memerhatikan kondisi kesehatanku berakibat terhadap ujian masuk perguruan tinggi negeri. Aku gagal karena kondisi fisik yang sangat drop membuatku susah berpikir pada saat ujian. Ibu tidak pernah kecewa, tapi keinginanku untuk berkuliah tetaplah kuat karena kedua saudaraku yang telah lulus SMA tidak dapat melanjutkan kuliahnya karena faktor biaya. Ibu hanya mampu membiayai sampai SMA, selepas itu kami yang menentukan tujuan hidup kami masing-masing.

Setelah itu aku memilih bekerja sebagai administrasi di perusahaan finance. Setelah beberapa bulan bekerja aku tetap pada keinginan untuk berkuliah. Aku coba mengutarakan keinginan kuliah kepada Ibu, Ibu hanya menyetujui dan medoakan agar apa yang aku inginkan bisa lancar dan tercapai. Disinilah perjuanganku dan ibu dimulai.

Aku mengakui tidak mudah memang untuk mengejar masa depan yang lebih baik, karena dirimu yang sekarang merupakan bentuk dari masa lalumu yang kamu perjuangkan atau tidak. Tapi kita tidak akan pernah memilih dari keluarga mana kita ingin dilahirkan, tapi kita bisa membentuk keluarga seperti apa yang akan kita bentuk nantinya.

Tahun kedua berganti dengan proses yang terasa berat namun tetap kusyukuri, di mana aku harus memutar otak dengan penghasilan pada waktu itu Rp950.000. Aku harus menabung untuk uang pangkal bahkan ada kala di mana aku tidak memegang uang sama sekali, namun Ibu membantuku tetap memberikan aku bekal, tetap memberiku uang supaya bisa naik angkot apabila masku tidak bisa menjemputku seusai bekerja.


IBU TETAP MENDUKUNGKU, DALAM KEADAAN TERSUSAH PUN IBU AKAN TETAP BERSAMAKU, BERAPAPUN KEBAHAGIAAN YANG NANTI AKAN KUBERIKAN . MUNGKIN TAK AKAN CUKUP.


2. Ketika Ibu Mengatakan " Ibu Bangga Padamu Nak " Sambil Meneteskan Air Mata

Saat tiba dimana aku memasuki dunia perkuliahanku, aku kembali diuji. Pada saat itu penghasilanku tidak mencukupi apabila harus membeli motor. Sehingga aku mesti meminjam motor mas yang pastinya harus berangkat lebih pagi untuk mengantar ke kantor dan pulang lebih larut untuk menjemputnya seusai kuliah.

Tugas tugas kuliah yang aku selesaikan di larutnya malam, terkadang aku juga belajar dan mengerjakannya pada saat jam istirahat kantor. Fisik yang drop pada saat menjalani aktivitas hingga harus terkena demam berdarah, tipes, dan tipes lagi. Perusahaan yang mendadak gulung tikar sehingga harus di PHK, mencari pekerjaan lain yang cocok dengan jam kuliah, hingga harus dicaci maki ketika mengeprint sedikit materi di kantor dengan kertas yang sudah bekas. Entah begitu banyak hal yang aku lewati pada saat aku memutuskan berkuliah malam.

Tapi Ibu. Beliau yang menyelipkan potongan buah pepaya di bekalku tiap pagi, buah apapun itu yang dibelinya di pasar tiap selesai shalat shubuh. Beliau yang merawatku ketika aku sakit dengan sepenuh hati. Tiga setengah tahun sudah aku menyelesaikan kuliahku. Skripsi, sidang, yudisium pun telah terlewati tentunya dengan perjuangan yang akan panjang apabila diceritakan, dan tibalah hari Sabtu , Tanggal 23 Juli 2016. Setelah mengikuti serangkaian acara wisuda.


Aku berjalan menuju tempat duduk Ibuku, Ibuku memelukku begitu eratnya dan membuatku terkejut saat Beliau mengusap kepalaku sedikit meneteskan air mata dan mengatakan " Ibu Bangga padamu Nak, Perjuanganmu tidak sia – sia " :') (air mata kebahagiaan yang membuatku ikut menitihkan air mata)


3. Ketika Kita Makan Bersama

Makan Bersama

Makan Bersama via https://www.instagram.com

Kebahagaian perlahan-lahan datang , aku pun mulai mendapatkan penghasilan yang lebih baik tentunya. Pada saat aku diberikan nikmat lebih oleh Allah, terkadang ketika aku menerima ajakan teman untuk sekedar makan ditempat makan baru. Yang ada dipikiranku Ibu belum pernah makan seperti yang aku makan ini? Pasti Ibu suka rasa dari makanan ini? Pasti ibu senang melihat tempat makan seperti ini?


Yang aku tahu Beliau memakan masakan yang Beliau masak, bahkan mungkin Beliau makan sekedarnya dan lauknya akan diberikan kepada Anaknya. Mungkin makanan terenak yang beliau makan, makanan depot dekat rumah. AHH aku harus membawa ibu untuk merasakan makanan yang aku makan, setidaknya aku akan membungkuskan untuk beliau.


Saat itu aku berusaha agar ibu makan bersama denganku, entah itu sebulan sekali pada saat aku menerima penghasilan, entah sekedar mensyukuri pertambahan usiaku maupun beliau. Dengan berganti suasana tempat makan, aku berharap agar beliau merasakan kebahagian yang sama denganku ketika aku menyantap makanan enak yang aku makan.

4. Ketika Kita Berlibur Bersama


Bumi yang aku pijak, Hampa tanpa kehadiran Ibu……………….


Kita pastinya masih bisa pergi berlibur ke tempat yang kita inginkan selama kita bisa mengatur keuangan kita dengan baik, ke pantai , ke gunung, ke luar kota, bahkan ke luar negeri, atau sekedar nonton di mall. Tapi pernah kah kita berpikir, bahwa Ibu menghabiskan hampir usianya di dapur, di rumah, untuk merawat, dan memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya. Sehingga tidak pernah peduli akan kebahagiaan beliau sendiri. Di jaman Ibu dulu infrastruktur, sarana umum dan lainnya sangat berbeda jauh dengan sekarang.

Sejak aku wisuda dan memiliki pekerjaan yang lebih baik. Aku selalu berusaha supaya aku bisa berlibur dengan Ibu. Beberapa momen yang aku lakukan , seperti berlibur bersama di beberapa kota yang ada di pulau Jawa, dan aku melakukan yang terbaik untuk Ibuku, Memberikannya fasilitas penginapan yang layak, dan transportasi yang nyaman untuk berkeliling kota tersebut.

Yang aku tahu ibu tidak boleh lelah pada saat liburan, Ibu harus bahagia dan selalu tersenyum. Pernah pada saat aku mengajak beliau untuk nonton di bioskop yang ada di salah satu mall, Beliau terkejut dan berkata " Dulu jaman ibu cemilannya bukan popcorn, kacang rebus, ubi rebus, pisang rebus, dan layarnya nggak segede ini, dulu kalau nonton film di lapangan terbuka. Sekarang bagus banget ya fasilitasnya, makanannya juga enak semua :') "


Aku yakin apabila kita membelanjakan pengeluaran kita untuk membahagiakan Orang tua kita, InsyaAllah akan ditambahkan Rejeki kita oleh Allah :)


5. Ketika Kita Pergi Ke Pasar Bersama

Hal ini merupakan yang paling sering aku lakukan ketika akhir pekan datang, Yap, pergi ke pasar untuk berbelanja ikan, sayur-mayur, bumbu dapur, dan kebutuhan masak lainnya. Ketika aku mulai memasuki pasar ingatanku segera kembali saat aku masih kecil dulu, saat ibu menggandengku, dan menggendongku pada saat keadaan pasar becek seusai hujan.

Dan hal yang aku ingat ketika seusai belanja aku selalu minta dibelikan es dawet dan bubur madura, itu yang membuatku senang apabila pergi ke pasar hehe. Kebiasaanku ini masih berlanjut sampai sekarang, walaupun terkadang aku tidak bisa ikut ibu ke pasar, aku selalu pesan jajanan di pasar, entah itu es dawet, nasi jagung, maupun bubur madura.

Pernah suatu hari saat pulang dari pasar, Ibu menyadari bahwa antingku sebelah sudah hilang, dan kata Ibu bukan hanya sekali melainkan beberapa kali. Salah gandeng sering hahaa, entah ibuku menggandeng anak lain atau aku menggandeng ibu-ibu lain :D


Terimakasih Bu, Untuk pelajaran yang engkau berikan dalam hidupku..Hingga nanti saat aku telah menjadi Ibu, aku masih akan terus berusaha untuk membahagiakanmu, aku masih akan terus perlu belajar denganmu tentang kehidupan ini BU…….

Selamat Hari Ibu Untuk Ibuku Tercinta – Sulikah :)


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

24 y.o || Graduate Accounting of Stiesia' 16 || Surabaya