Beberapa Alasan Kenapa Menikah Itu Butuh Banyak Pertimbangan dan Persiapan

Ada beberapa orang yang sudah menetapkan target usia menikah, tapi ada juga yang membiarkannya mengalir seperti air .

Bagi beberapa, orang menikah itu merupakan suatu momen yang paling membahagiakan dalam hidup dan tidak akan pernah terlupakan. Tapi, ada juga yang merasa kalau pernikahan itu suatu momok yang menakutkan. Bagi mereka, orang yang sudah menikah berarti terikat dalam suatu ikatan dan mereka tak bisa hidup sebebas dulu sebelum mereka menikah.

Ada beberapa orang yang sudah menetapkan target usia menikah, tapi ada juga yang membiarkannya mengalir seperti air karena mereka tidak tahu kapan mereka akan bertemu dengan belahan jiwa mereka. Kita bisa saja memasang target usia menikah tapi terkadang jika Tuhan belum mengizinkan itu terjadi, mungkin pertanda kalau memang belum waktunya.

Menikah itu bukan sesuatu yang sulit tapi menikah juga bukan sesuatu yang mudah. Kita sering melihat fenomena tentang pernikahan terjadi di sekitar kita, ada kisah yang berakhir happy ending sampai maut memisahkan, ada pula yang kandas di tengah jalan dan tak jarang pula yang berakhir dengan perselisihan yang berbuntut panjang. Fenomena ini terkadang menyadarkan kita kalau sebuah pernikahan itu tidaklah mudah karena menikah bukan hanya soal cinta saja.

Apa saja sih alasan-alasan yang membuat seseorang jadi berpikir ratusan kali sebelum berkomitmen untuk menjadi pasangan suami istri ?

1. Menikah itu tidak hanya melulu soal Cinta, tapi juga tentang pengorbanan dan saling berbagi

Menikah bukan hanya tentang cinta saja

Menikah bukan hanya tentang cinta saja via https://makassar.terkini.id

Advertisement

Cinta memang yang menyatukan dua individu berbeda menjadi satu dalam suatu ikatan suci yang disebut pernikahan. Tapi menikah bukan hanya tentang perasaan cinta, tapi juga tentang pengorbanan.

Seorang wanita yang tadinya hidup sendiri dan hanya melakukan hal-hal untuk dirinya sendiri tapi setelah menikah, dia harus rela bangun pagi-pagi dan menyiapkan kebutuhan suaminya. Seorang pria yang sudah menikah juga terkadang ketika melihat istrinya kerepotan mengurusi banyak pekerjaan rumah tangga, seharusnya juga ikut membantu istrinya.

Sebagai pasangan yang sudah menikah tentunya kita punya fungsi masing-masing sebagai seorang kepala keluarga atau ibu rumah tangga, namun bukan berarti ketika kita melihat pasangan kita kesulitan. Kita hanya diam saja dan berpikir kalau itu bukan tugas dan fungsi kita.

Advertisement

Karena adanya perasaan cinta itulah harusnya yang membuat dua orang yang tadinya berbeda bisa saling menyatukan pikiran dan perasaan serta berbagi dalam suka dan duka menjadi pasangan hidup.

2. Menikah itu bukan hanya soal finansial saja, tapi juga kesiapan mental untuk jadi pasangan hidup dan calon orang tua

Menikah bukan hanya soal uang

Menikah bukan hanya soal uang via https://momobil.id

Kita memang membutuhkan persiapan terutama soal uang ketika kita ingin melangsungkan pernikahan. Bukan hanya soal menikah saja, tapi uang memang  kebutuhan pokok bagi semua orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi, uang itu bukan segalanya. Ada banyak hal yang tidak bisa kita beli dengan uang salah satunya kebahagiaan dan kebersamaan.

Advertisement

Terkadang kita sering melihat bahwa banyak pasangan suami istri lebih mementingkan pekerjaan mereka dibandingkan memiliki sedikit waktu untuk kumpul bersama keluarga. Banyak anak-anak yang tidak diurus oleh orang tuanya karena mereka sibuk dengan pekerjaannya.

Jujur saja, uang memang kebutuhan utama setiap orang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan untuk membahagiakan keluarganya. Tapi bukan berarti uang itu segalanya. Terkadang banyak orang baik wanita maupun pria zaman sekarang memilih pasangan hidup itu dari status sosial dan finansial pasangan kita.

Ketika kita melihat pasangan kita berasal dari keluarga yang cukup berada, kita bisa dengan tenang berhubungan dengan dia. Tapi sebenarnya status finansial seseorang itu tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur  utama kalau dia itu merupakan pasangan yang terbaik bagi kita. Belum tentu juga seseorang yang memiliki kekayaan melimpah itu menerima kekurangan kamu sebagai pasangan dan juga menerima kamu apa adanya dalam suka maupun duka.

Menikah berarti kita harus siap menjadi calon orang tua. Membesarkan anak itu bukanlah hal yang mudah, bukan hanya soal biaya makanan, pakaian, pendidikan anak, dan biaya gadget saja tapi sebagai orang tua juga harus menjadi sosok panutan yang menginspirasi anak, mendukung anak dalam setiap perkembangan fase hidupnya dari kecil hingga dewasa, melindungi anak dan menjadi psikolog pribadi buat anak.

Hal itu akan terwujud apabila komunikasi di antara pasangan terjalin dengan baik.

3. Menikah itu adalah soal keyakinan atau kepercayaan kita pada pasangan

Teman sehidup semati

Teman sehidup semati via https://www.liputan6.com

Kalau kalian sudah memutuskan untuk menikah berarti kamu sudah yakin 100% dengan calon pasangan hidupmu. Sudah tidak ada keraguan diantara kalian dan juga kamu sudah tahu bagaimana perangai dan tabiat buruk pasanganmu.

Jangan sampai setelah kalian menikah kalian baru menyadari kalau pasanganmu itu kasar dan suka memukul (contohnya) atau pasanganmu itu jorok banget (contoh). Sehingga kamu kaget dan langsung memutuskan untuk berpisah.

Menikah itu nggak main-main sobat. Menikah itu berarti kamu akan memiliki teman sehidup semati lho. Nah kalo yang dimaksud teman sehidup semati itu berarti kita bisa berbagi bukan hanya dalam suka saja tapi juga berbagi kesulitan  dalam setiap momen-momen hidup .

Bagaimana kalau salah satunya lepas tanggung jawab ? Apalagi kalau sudah memiliki anak? Ada ungkapan yang mengatakan “Berdua lebih baik dari sendiri” tapi bagaimana keadaannya kalau salah satu dari pasangan itu lepas tangan. Kamu mungkin akan mengatakan “ Sendiri itu lebih baik “.

Jangan sampai sobat merasakan hal itu, lebih baik mencegah daripada mengobati.

4. Menikah itu berarti paham dan bersedia menerima kelebihan dan kekurangan pasangan hidup kita

Saling menopang

Saling menopang via https://www.vebma.com

Manusia itu tidak ada yang sempurna karena kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Menyatukan 2 individu yang berbeda itu tidaklah mudah. Manusia itu makhluk yang unik dan spesial yang Tuhan ciptakan dengan  kepribadian, latar belakang, kebiasaan, talenta  yang berbeda satu sama lain. Tidak ada yang benar-benar serupa meskipun kembar sekalipun.

Menikah berarti proses meleburkan perbedaan-perbedaan yang ada, tidak ada lagi kata kepentingan aku dan kamu tapi setelah menikah menjadi kepentingan kita. Menjadi pasangan berarti bersedia menerima bukan hanya kelebihan  tapi juga segala kekurangan pasangan kita.

Contohnya, pasangan suami istri baru saja menikah, sang istri tidak bisa memasak karena selama ini dia adalah wanita karier yang  sibuk berkerja, gimana seharusnya respon suaminya sebagai pasangan hidupnya? Sebagai suami yang baik seharusnya bisa menerima kekurangan istrinya meskipun sebenarnya memasak itu memang tugas seorang istri. Istrinya juga tidak lepas tangan begitu saja tapi seharusnya mulai belajar memasak untuk kepentingan keluarganya juga.

5. Menikah berarti kita sudah harus mengerti fungsi dan peran kita sebagai sebuah keluarga

Fungsi keluarga

Fungsi keluarga via https://www.msn.com

Zaman  telah berubah. Zaman dulu , laki-laki merupakan tulang punggung keluarga, kepala keluarga dan pencari nafkah bagi keluarga tapi sekarang telah banyak berubah. Zaman sekarang ini semuanya sudah terbalik, banyak wanita yang menjadi tulang punggung keluarga, kepala keluarga, dan pencari nafkah.

Memang tidak semua seperti itu, tapi ada dan banyak fenomena yang seperti itu. Jungkir balik peran dalam keluarga itu sebenarnya tidak sehat dan menimbulkan banyak pertengkaran. Tapi hal itu bisa terjadi karena beberapa faktor dan keadaan sulit sehingga mau tidak mau wanita harus bergerak dan buat keputusan. Salah satu faktornya yaitu faktor ekonomi.

Zaman sekarang ini banyak wanita yang bekerja karena tuntutan hidup, bisa juga karena gaji sang suami tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, atau bisa juga karena sang suami terkena musibah seperti dipecat dan tidak bisa bekerja karena faktor tertentu (contoh : cacat/sakit). Atau alasan yang paling parah yaitu karena sang suami yang malas dan tak mau bekerja (hanya bergantung pada istri).

Fenomena seperti ini ada dan banyak ditemukan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu sebagai pasangan hidup, kita harusnya merespon dengan benar fungsi dan peran masing-masing dalam keluarga. Jungkir balik peran dalam keluarga itu akan sangat fatal juga apabila pasangan sudah memiliki anak.

Peran ibu akan berganti menjadi seorang ayah yang harus mencari nafkah diluar dan peran ayah akan menjadi seorang ibu yang mengurusi urusan rumah tangga di rumah. Hal ini akan berdampak pada perkembangan anak. Karena belum tentu juga ayah akan bisa menjadi seorang ibu yang dapat mengurus anak-anak di rumah. Anak-anak akan kehilangan peran ibu di rumah.

Sang ibu juga sudah lelah mencari nafkah dan tidak bisa melakukan double job lagi untuk mengurus anak. Hal ini yang dapat menjadi pemicu adanya pertengkaran dan juga kekerasan dalam rumah tangga. Oleh karena itu peran dan fungsi masing-masing dalam keluarga sangat penting dan menjadi alasan kenapa menikah itu tidak semudah yang dibayangkan.

6. Menikah itu nggak perlu terburu-buru karena faktor umur dan desakan banyak orang

Nikah bukan perlombaan

Nikah bukan perlombaan via https://pandanganseseorang.wordpress.com

Pertanyaan seperti “ Kapan Nikah? Udah ada jodohnya belum? Kapan Nyusul?”. Kadang pertanyaan seperti itu sering menghiasi dan mengiringi kita. Padahal kita sendiri pun belum memikirkan jauh kesitu dan belum juga menemukan tambatan hati.

Terkadang kita melihat teman-teman kita yang sudah berkeluarga dan punya anak, kita jadi bertanya-tanya dalam hati kita “kapan ya gue bisa kaya gitu?”. Belum lagi orang tua kita yang selalu bertanya “Kapan kamu kenalin mama sama pasangan kamu?”. Bukan cuma orang tua aja bahkan tetangga sebelah, temen kantor, orang yang baru kenal pun ikut bertanya satu pertanyaan yang sama “ Kapan nikah?”.

Terkadang kita jadi merasa terdesak dan tertekan tapi sobat kita ga perlu sekhawatir itu sebenarnya. Kita nggak perlu buru-buru menikah kalau kita benar-benar belum siap. Pasangan yang sudah menikah puluhan tahun saja bisa berpisah dengan mudahnya, apalagi kalau pasangan baru menikah yang belum siap mental dan terbentur pertikaian dan perselisihan bisa bubar jalan.

Umur seseorang tidak lagi bisa menjadi tolak ukur kedewasaan seseorang. Mungkin yang bisa kita lakukan adalah berteman dan menjalin hubungan persahabatan dengan siapa saja, dari situ kita bisa mengenal pribadi-pribadi yang baik yang nyambung dengan kepribadian kita. Mungkin saja bisa nyambung dan berjodoh dengan pribadi kita.

Percaya kalau rezeki dan jodoh itu di tangan Tuhan. Kita nggak perlu sekhawatir itu, Tuhan pasti sudah menyediakan pribadi yang baik untuk kita. Seperti lirik lagu Afgan “ Jodoh Pasti Bertemu”.

7. Menikah itu berarti menyatukan dua keluarga yang berbeda

silsilah keluarga

silsilah keluarga via https://www.rosediana.net

Menikah itu bukan melulu soal sepasang kekasih yang ingin disatukan dalam suatu ikatan suci pernikahan saja tapi juga soal keluarga masing-masing calon pasangan. Terkadang sobat sering mendengar fenomena seperti menantu dan mertua tidak akur, pernikahan yang tidak disetujui salah satu keluarga calon pasangan, suami istri yang ribut karena adanya campur tangan keluarga.

Fenomena ini ada di sekitar kita sobat dan nyata terjadi. Sebagai pasangan yang akan menikah bagaimana harus menyikapi permasalahan seperti ini?. Sebagai seorang pasangan yang akan menikah alangkah lebih baik kalau kita menjadi jembatan pemersatu dua keluarga yang berbeda ini sehingga tidak ada pertengkaran. Masalah keluarga lebih baik diselesaikan secara kekeluargaan dan sebagai pasangan yang menikah tidak boleh memihak dan harus menjadi penengah dalam setiap persoalan keluarga.

Tulisan ini saya persembahkan buat sobat-sobat yang sudah berpikir dan akan melangsungkan pernikahan. Buat sobat yang masih jomblo jangan khawatir dan jangan terburu-buru, kalian pasti dan  pantas mendapatkan pasangan yang terbaik. Tulisan ini juga saya persembahkan untuk menentang segala bentuk kekerasan terhadap wanita dan kekerasan dalam rumah tangga.

Dalam suatu pernikahan, pertengkaran dan kesalahpahaman pasti ada dan mungkin tak bisa dihindari tapi tergantung bagaimana respon kita sebagai pasangan hidup menyikapinya? Dan penulis selalu berharap semoga sebuah pernikahan akan selalu berakhir happy ending sampai kakek nenek dan sampai maut memisahkan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seperti bunga matahari yang indah , butuh proses agar bunga itu bisa mekar. Begitu juga aku, aku ingin seperti bunga. Butuh proses bagiku untuk menciptakan tulisan yang keren dan menginspirasi. Aku ingin menjadi penulis yang mencintai proses itu. Semuanya akan indah pada waktunya, semangat

CLOSE