Benarkah Nasionalisme Kita Meningkat Drastis Saat Nonton Timnas Indonesia Bertanding?

Olahraga adalah salah satu alat pemersatu bangsa. Pernyataan ini sudah cukup sering kita dengar. Banyak orang berpendapat bahwa menonton pertandingan olahraga dan mendukung tim nasional (timnas) bertanding melawan tim dari negara lain adalah momen dimana nasionalisme kita meningkat berkali-kali lipat dari biasanya.

Tak hanya perasaan cinta kepada bangsa dan tanah air yang merasuk di hati, namun kerapkali kita terbawa suasana yang emosional dan sentimental ketika mendukung para atlet yang berjuang untuk nama Indonesia. Ketika timnas Indonesia memenangkan pertandingan, kita akan merasa bahagia dan semakin bangga sebagai bangsa Indonesia. Sebaliknya, banyak juga dari kita yang jadi sedih dan bahkan menangis ketika timnas Indonesia harus menelan pil pahit bernama kekalahan.

Apabila timnas Indonesia mendapat perlakuan yang tidak adil dari wasit, kita mendadak geregetan dan ikut mengecam kepemimpinan wasit yang tidak baik. Mengapa semua hal itu terjadi? Lima hal di bawah ini bisa membantu menjelaskannya.

1. Muncul kebanggaan pada Indonesia Raya dan Bendera Merah Putih

Timnas Indonesia di ajang internasional, baik itu pada cabang sepakbola, bola basket, bola voli maupun bulutangkis, bertanding atas nama Indonesia. Oleh karena itu, bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya selalu menjadi bagian dari pertandingan yang dilakoni.

Ketika timnas Indonesia memenangkan trofi atau medali emas, bendera Merah Putih pun akan dikibarkan di tiang teratas dengan diiringi oleh lagu Indonesia Raya. Pada cabang sepakbola, lagu kebangsaan yang diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman ini bahkan selalu dinyanyikan setiap sebelum timnas Indonesia memulai bertanding.

Pada saat itulah kita merasakan kebanggaan sebagai suatu bangsa yang berdaulat. Memang ada banyak momen dimana lagu Indonesia Raya diperdengarkan dan bendera Merah Putih dikibarkan, seperti misalnya ketika upacara peringatan hari nasional. Namun momen dalam olahraga terasa lebih magis karena disandingkan dengan lagu dan bendera dari negara lain, terlebih lagi bila kumandang Indonesia Raya dan pengibaran bendera Merah Putih itu dilakukan di luar negeri.

2. Lebih memaknai arti semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Berbeda-beda tapi tetap satu tujuan via https://www.bantennews.co.id

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika telah dikenalkan kepada kita sejak kita duduk di bangku sekolah dasar. Kita diajarkan tentang keberagaman yang ada di Indonesia dan bagaimana bangsa ini dapat hidup harmonis dalam suatu persatuan yang menepikan perbedaan.

Meskipun demikian, kita sering tidak mempedulikan makna semboyan negara yang berasal dari bahasa Sansekerta ini. Padahal makna yang dimilikinya sangatlah penting mengingat Indonesia adalah bangsa yang sangat beragam karena terdiri dari berbagai suku bangsa, berbicara dalam ratusan macam bahasa/dialek dan memeluk agama/kepercayaan yang berbeda-beda. Hal itu seketika berubah ketika kita mendukung timnas Indonesia yang beranggotakan pemain dengan beraneka latar belakang. Kerjasama apik yang dilakukan oleh Boaz Solossa dari Papua dengan Andik Vermansyah dari Jawa Timur dalam menyerang pertahanan lawan adalah salah satu bentuk dari persatuan dalam keberagaman.

Di cabang bulutangkis, pasangan ganda campuran Indonesia yang meraih medali emas di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro disebut-sebut sebagai wujud 'bhinneka tunggal ika' di olahraga. Tontowi Ahmad yang beragama Islam dan lahir di Jawa Tengah bahu-membahu dengan Liliyana Natsir yang beragama Kristen dan lahir di Sulawesi Utara untuk mengalahkan lawan satu per satu dan sukses mempersembahkan kejayaan bagi Indonesia di ajang olahraga terbesar sejagad tersebut. Dengan memaknai semboyan ini, kita akan merasa sama-sama menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang sangat beragam namun tetap bisa bersatu padu.

3. Kita jadi kompak karena disatukan oleh ‘common enemy’

Semangat nasionalisme yang bergelora via http://www.tribunnews.com

Seorang mantan menteri luar negeri Amerika Serikat bernama Condoleezza Rice pernah mengeluarkan pernyataan "We need a common enemy to unite us." atau "Kita butuh musuh yang sama untuk mempersatukan kita." bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Ketika kita mendukung timnas Indonesia bertanding melawan tim dari negara lain, kita semua akan ikut dikondisikan dalam posisi yang berlawanan dengan negara tersebut. Kita ingin timnas Indonesia mencetak banyak gol ke gawang lawan dan menjaga agar gawang kita tidak kebobolan agar kemenangan menjadi milik Indonesia. Yel-yel dukungan kepada timnas Indonesia kita serukan dan bahkan kalimat cemoohan seringkali kita lontarkan kepada tim lawan. Hal itu karena kita terbawa oleh suasana yang emosional, meskipun sebenarnya cemoohan tersebut bukanlah hal yang sportif untuk dilakukan.

Dorongan perasaan menggebu-gebu agar timnas Indonesia jangan sampai kalah ini akan semakin menjadi-jadi apabila lawan yang dihadapi adalah negara 'musuh' bebuyutan yang punya sejarah rivalitas panjang seperti misalnya negeri jiran Malaysia, Thailand di cabang sepakbola atau Tiongkok di cabang bulutangkis. Kekompakan melawan 'musuh' yang sama seperti inilah yang turut melandasi timbulnya nasionalisme ketika menonton pertandingan olahraga.

4. Narasi dan penggambaran epik tentang perjuangan para atlet Indonesia

Para pendekar bersenjata raket via http://badmintonindonesia.org

Atmosfer penuh rasa nasionalisme biasanya akan terbangun menyertai momen ketika timnas Indonesia bertanding. Di hari-hari sebelumnya, media massa baik cetak maupun elektronik dengan gencar menyoroti pertandingan yang akan dilakoni. Ulasan tentang timnas Indonesia baik profil masing-masing pemain, analisis strategi tim maupun catatan hal-hal unik seputar pertandingan akan diangkat menjadi pemberitaan yang menarik minat masyarakat.

Sebagai contoh, ketika menjelang final Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, berita tentang ganda campuran Indonesia yang akan melawan ganda campuran Malaysia menjadi headline seluruh surat kabar dan majalah di Indonesia. Munculnya rasa nasionalisme masyarakat yang dilandasi dukungan pada timnas Indonesia juga hasil kontribusi media massa yang memberikan narasi dan penggambaran epik pada para atlet kita. Pertandingan olahraga seringkali digambarkan sebagai suatu medan pertempuran yang sarat dengan tantangan.

Para atlet diberikan julukan sebagai 'pejuang lapangan hijau' atau 'ksatria penepok bulu angsa' yang meletakkan mereka sejajar dengan para pemberani yang berjuang membela panji-panji negara di suatu peperangan. Istilah 'pahlawan olahraga' pun sangat sering melekat pada atlet-atlet kita yang telah mendedikasikan hidupnya untuk meraih prestasi bagi Indonesia.

5. Pertandingan olahraga sebagai penggelora nasionalisme yang inklusif

Nonton bareng rame-rame via http://www.loop.co.id

Pertandingan sepakbola yang dilakoni oleh timnas Indonesia pasti menjadi tayangan yang wajib disiarkan oleh stasiun TV nasional. Semua orang dijangkiti 'demam sepakbola' dan sangat bersemangat mendukung timnas Indonesia. Masyarakat menonton pertandingan timnas Indonesia dimana saja, dari rumah-rumah di kota besar hingga warung kopi di kampung.

Selama pertandingan berlangsung, banyak orang yang tidak beranjak dari depan televisi dan kemudian bergembira merayakan gol bersama teman atau keluarga. Mereka yang berkesempatan nonton pertandingan langsung di stadion, akan merasakan magis kekompakan ribuan penonton yang menyanyikan lagu-lagu dukungan untuk timnas. Perasaan nasionalisme memang biasanya menjadi semakin terasa kuat ketika kita membaginya bersama dengan banyak orang. Hal itulah yang terjadi pada pertandingan olahraga yang dinikmati oleh masyarakat dari berbagai kalangan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta bulutangkis dan pengagum kebudayaan Indonesia