Berhentilah, Nggak Perlu Gila-gilaan Memperjuangkan Si Dia Sampai Lupa Membahagiakan Diri Sendiri

Tidak ada cinta tanpa pengorbanan. Kamu rela melakukan apapun untuk mendapatkan hatinya meski menghabiskan seluruh usiamu dalam penantian. Perlahan pengorbanan itu justru malah mengorbankan dirimu sendiri.

Tidak banyak orang bisa membuka matanya lebar-lebar untuk menyadari sindrom cinta buta. Banyak orang rela menanti pujaan hati sambil mengorbankan kebahagiaan diri. Bertahan dalam status single, mati-matian memperjuangkan si dia, berharap si dia bisa melihat ketulusanmu, nyatanya: tidak pernah.

Jika kamu bertahan demi mempertahankan perasaan pada satu orang yang tidak juga menyadarinya…sadarilah, waktumu sudah terbuang percuma. Selama menunggunya kamu seharusnya bisa mendapatkan orang lain yang lebih baik lagi. Sudahi pengorbanan sia-siamu itu. Inilah batasan memperjuangkan si dia yang bisa kamu ketahui agar perjuanganmu tidak lagi sia – sia.

1. Tidak ada respon balik.

Lebih baik pergi via http://attractgetwomen.com

Segera tinggalkan si dia jika tidak juga muncul respon balik untuk menjalin hubungan darinya. Sebelumnya, batasi seberapa lama kamu membiarkan dia tidak merespon. Misalnya, satu bulan. Jika selama itu perhatianmu tidak juga membuatnya merespon, sudahi saja penantianmu.

Kamu tidak perlu menunggu dia yang memang tidak ingin ditunggu.

2. Benarkah kamu bukan prioritas baginya? Berhenti sekarang juga.

Lebih baik membahagiakan diri sendiri via http://i.huffpost.com

Jika dia benar-benar menyukaimu, dia harusnya memilih mengangkat telponmu ketimbang memilih bermain game pada saat yang sama. Menjadi prioritas bukan berarti kamu mengendalikan seluruh kehidupannya. Setidaknya dia menunjukkan bahwa kamu lebih berharga daripada kesenangannya yang lain.

Jika kamu bersikeras mempertahankannya, hubungan kalian benar – benar tidak seimbang.

3. Bukan hanya kamu yang spesial

Jelas-jelas tinggalkan saja dia jika orang spesial di hatinya sudah begitu banyak. Dia spesial bagimu sedang kamu tidak sespesial itu baginya. Logisnya, bagaimana mungkin kamu rela gigih mempertahankannya sementara dia bahkan tidak memperjuangkanmu sedikitpun. Kamu manusia paling menyedihkan di dunia ini.

Sebuah hubungan butuh dua orang yang sama-sama memperjuangkan. Jika cuma kamu yang berjuang, apa bedanya dengan fans yang mati-matian memperjuangkan tiket agar bisa bertemu dengan idolanya ?

Cinta memberikan kebahagiaan yang seimbang. Segeralah bangun dari ketidaksadaranmu. Bisa saja selama ini dia sengaja membiarkanmu tetap menyimpan harapan padanya.

Istilah kerennya, ‘sengaja memelihara fans’.

4. Melebihi target PDKTmu.

Kamu tidak mungkin merasa baper dan galau jika sudah memiliki target PDKT sebelumnya. Membatasi waktu untuk menunggunya membuatmu tidak pasrah begitu saja menunggunya. Hargai dirimu sendiri sebelum kamu ingin dia menghargaimu.

Tidak ada harga murah untuk sebuah kualitas.

Jika dia tak juga membalas, artinya dia memang tidak pantas.

Statusmu boleh saja jomblo sekarang, tapi tidak berarti kamu selalu kalah saat berperang. Jangan terlalu yakin dia bisa melihat ketulusanmu seiring waktu. Salah-salah, kamu sudah buang banyak waktu, namun dia tidak juga merasa ditunggu.

5. Digantungin bagai jemuran.

Wanita mana yang suka menjadi pilihan? Tetapi, begitulah adanya. Kamu masih jadi salah satu pilihannya saja. Dia masih bimbang, masih mencari. Pasti ada wanita lain yang tidak kamu ketahui yang saat ini menjalin hubungan yang sama persis dengan hubunganmu dengannya saat ini.

Solusinya: kalau dia memperlakukanmu sebagai pilihannya, treat him the same way. Carilah pria lain yang bisa menjadi pilihanmu. Kegalauanmu pasti hilang kalau kamu memiliki banyak pria lain yang menarik sebagai pilihanmu. Kamu tidak perlu merasa terikat olehnya atau menolak pria lain yang mendekatimu hanya karena hatimu sedang ‘ditempati’ oleh si dia. Trust me, he's not worth it.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

why so serious...