Dari Lelaki yang Kau Anggap Tak Punya Hati

ย 

Aku lelaki yang telah membaca tulisanmu, mungkin juga akulah maksudmu.

 <>1. Katamu, โ€œSudah tidak terlalu banyak hal yang bisa kutawarkan. Setelah selama ini siaga di sisimu demi mengusap keringatmu yang datang tanpa permisi โ€“ Perjuangan ini rasanya makin absurd untuk dijalani.โ€ โ€“
Perjuangan ini makin absurd untuk dijalani.

Perjuangan ini makin absurd untuk dijalani. via http://www.femmeactuelle.fr

Aku tahu sudah sejak lama kita bersama, melewati segala rintang dan lara. Pun dengan segala yang telah kau berikan, cinta, kasih dan kenyamanan, aku juga menyadari akan itu. Tapi, sejenak marilah singkirkan rasa, gunakan sedikit logika.

Kerancuan hubungan ini tak serta merta datang tanpa alasan. Sebab, segala sesuatu memiliki hubungan kausalitas yang akan selalu terikat. Begitu juga dengan kita yang kini menjadi aku dan kamu. Ayolah! coba sedikit mengingat penyebab aku begini.

Jangan selalu menjadikan aku tokoh antagonis yang terlihat menyakiti. Mentang-mentang aku ini lelaki, jadi selalu saja aku dalam posisi rumit. Ini bukan sinetron loh yang dari awal hingga akhir hanya ada satu pihak yang selalu tersakiti.

Bukankah juga ada peranmu dalam kisah ini? Iya ‘kan? Pastilah ada. Karena memang ini bukan hanya tentang aku tapi juga tentang kamu dan juga tentang segala hal yang kita lewati bersama.

<>2. Aku tak memintamu mengulang luka yang katanya begitu sembilu kau rasa.
Aku tak memintamu mengulang.

Aku tak memintamu mengulang. via http://www.wattpad.com

Inginku hanya butuh kau sedikit menggali memorimu tentang kita, menjaring kembali kejadian penting yang silam. Yakin, kau akan dapat setidaknya satu alasan mengapa aku melangkah menjauh.

Atau aku perlu membantumu menggalinya? Sepertinya harus, biar semua ini tuntas. Hingga tak ada lagi yang tertinggal menyisakan sesal.

Ingat ‘kan jeda waktu yang sempat tercipta? Sebenarnya, alasan yang terucap kala itu hanyalah sebuah alibi. Aku cuma tak ingin kau merasa bersalah sebagai pemicu masalah ini.

Biarlah hati lelaki ini yang kau anggap mengkhianati. Berkata ingin berhenti di depanmu untuk hal yang sesungguhnya masih ingin kujalani. Berusaha kuat agar langkah tak jatuh terjerat lagi.

<>3. Mungkin cinta yang terlahir antara aku dan kamu telah menjadi beban yang berat. Ia mesti didemonstrasikan lewat pengorbanan di waktu yang tepat. Tapi seperti itulah cinta, tak hanya sekedar di mulut.

Terlalu banyak hal yang kau lakukan membuatku resah, hingga kau merasa jika hanya kamu duniaku satu-satunya. Tidak. Cinta yang kupahami tentang kebebasan bukan seperti kandang yang mengekang. Aku akui, sakit juga rasanya ketika harus pergi, sebab cinta telah tumbuh merimbun. Menjalarkan akarnya ke penjuru hati yang mencoba untuk merelakan.

<>4. Layaknya ucapmu kini, aku pun juga pernah menjadi kursi kayu panjang yang kau lengkungkan dan kau ciptakan banyak retak di atasnya.
Akupun merasakan banyak retak...

Akupun merasakan banyak retak... via http://get-scribbling.tumblr.com

Namun aku lekas beranjak. Bermodal setetes kekuatan yang tersisa, aku bergeser ke taman yang lebih berteman. Mencari posisi yang lebih seimbang dan berharap semoga cinta yang datang bisa lebih tenang.

Tak usah kau mengingatkan rasa pijatan di bahuku karena aku percaya, akan ada rumah baru yang lebih melelapkan. Kau sering berbangga atas semua yang telah kau berikan. Tapi semakin kau berkata, semakin terasa pula kau tak ikhlas melakukan.

Rumah ini jelas harus dibenahi dulu, seperti katamu “catnya butuh diganti baru, lampu di beranda juga sudah terlalu redup untuk kita duduk santai di depan pintu.”

Sedikit tambahan usul dariku, tidak hanya cat dan lampu beranda yang mesti diganti baru, tapi penghuninya pun harus segera angkat kaki agar tak semakin lusuh.

<>5. Waktu memang tak pernah diam.
Waktu tak pernah diam.

Waktu tak pernah diam. via http://rai2elf.tumblr.com

Sekarang giliranmu ‘lah yang memendam. Melihatku sebagai malaikat bersayap hitam. Tak mengapa, semua ini telah kuperhitungkan di beberapa malam. Tinggal menunggu keadaan menyadarkanmu bahwa kita pernah saling menyakiti. Setelah itu, dengan sendirinya kau akan pergi. Membawa dan membungkus segala jenis sakit hati.

Membencilah sayang! Bencilah aku sekuat tenagamu.  Memang seharusnya sudah seperti ini, tidak akan kusesali. Gantilah kunci kenop pintu itu, sebab aku tak akan pernah kembali membuka lagi. Jika tiba waktunya kau telah merelakan, kembalilah kesini. Kita bangun hubungan sebatas teman.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

โ€œ

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

โ€

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat segala jenis bacaan..

31 Comments

  1. Nendra Primonik berkata:

    Tapi Mas. Cowok memang selalu salah Mas hahahaha.

    Salam kenal Mas Wan Guntomo. Tulisan balasannya mengena sekali di hati. Segera akan saya buatkan balasan tulisan ini. *gak kelar-kelar*

  2. Toni Saputra berkata:

    Apakah mereka tokoh di dunia nyata dari semua tulisan itu?

  3. Kok kok kok jadi kejadian yah…..haaddeehhh…

  4. Penyu Ven berkata:

    keren gan… malaikat bersayap hitam

  5. Erlisca Aprillia berkata:

    Sedih gue bacanya ga kebayang kalo jadi si wanita mungkin akan menyesal

  6. Ribka Rebecca berkata:

    Waktu tak pernah diam..semua ada masanya ๐Ÿ™‚

  7. Ani Z. Ainiyah berkata:

    Ingat โ€˜kan jeda waktu yang sempat tercipta? Sebenarnya, alasan yang terucap kala itu hanyalah sebuah alibi. Aku cuma tak ingin kau merasa bersalah sebagai pemicu masalah ini.

    Biarlah hati lelaki ini yang kau anggap mengkhianati. Berkata ingin berhenti di depanmu untuk hal yang sesungguhnya masih ingin kujalani. Berusaha kuat agar langkah tak jatuh terjerat lagi.

    Bagian ini, Persis.. KENA di hati :'(

  8. Lucia Laurel berkata:

    Biarkan waktu yang menjawab atas segala luka yang telah terjadi….

  9. Arifin Hokage berkata:

    beehh, cadas tulisannya

  10. Ana Luthfiyah berkata:

    makin nyesek euy