Dariku yang Tak Memilih Pergi

Hai, semesta.. bagaimana kabarmu hari ini? Masih sibuk kah kau dengan kegiatan rutinmu? Masih banyak kah tumpukan bukumu yang belum kau baca? Masih semangatkah kau disana untuk menunggu libur akhir tahun ini? Masih seringkah kau begadang di akhir minggumu? Kuharap kau baik-baik saja meski kita tak lagi sering menyapa.

 <>1. Pertemuan pertama membuka kenangan lama..
Pertemuan pertama

Pertemuan pertama via http://www.google.co.id

Pertemuanku denganmu untuk yang pertama kali setelah 9 tahun lamanya mengawali semua kisah ini. Kau masih sosok yang sama seperti yang aku kenal dulu. Berkacamata, muka serius dan jenius mu masih lekat di wajahmu. Hanya tinggi badanmu lah yang menjadi bertambah semenjak pertemuan akhir kita yang dulu. Senyum mu pun juga tidak berubah, senyum simpul dan terkesan malu-malu.  Tak ada yang menduga, pertemuan pertama (lagi) tersebut menyisakan cerita untuk kita, mungkin lebih banyak dan tepatnya untukku. Ternyata perasaan ini tidak berubah, masih sama. Namun entah apakah ini masih rasa kagum seperti yang dulu atau mulai menumbuh menjadi cinta?

<>2. Waktu yang menentukan segalanya, berujung perpisahan atau pernyataan?
Perpisahan atau pernyataan?

Perpisahan atau pernyataan? via http://www.google.co.id

"Tuhan, jika aku jatuh cinta pada yang baik, jatuhkan aku sejatuh-jatuhnya" -Dewi Lestari

Mungkin seperti itu hal yang aku rasa, ketika pertemuanku denganmu terulang lagi, aku merasa ak bertemu dengan orang yang tepat. Aku merasa Tuhan menjawab semua doa-doaku sepanjang malam, bahwa kamu lah sosok orang yang tepat itu. Efek pertemuan pertama (lagi) tempo hari menyisakan kesan yang baik. Kau mulai menunjukkan rasa terbuka, dan siap “menerima”. Namun entah mengapa, ternyata semakin kesini kamu pun semakin enggan hingga akhirnya pelan-pelan menghilang. Ketika kutanya dirimu pun, tak ada jawaban yang memuaskan, kau hanya menjawab ala kadarnya dan terkesan banyak alasan. Kutanya pada diriku sendiri, apa yang menyebabkanmu seperti ini?

<>3. Aku bukanlah "semesta" yang kau tuju...
Ketika bukan menjadi

Ketika bukan menjadi "semesta" yang kau tuju via http://www.google.co.id

“Akhirnya ia menganggapmu biasa saja, karena semua rasa penasarannya terjawab sudah.” —@Karizunique

Dan akhirnya semua pertanyaanku terjawab oleh waktu. Ternyata ada “semesta” lain yang kau tuju. Ada “rumah” yang menjadi tempat pulangmu, dan itu semua bukan aku. Ya, “semesta” yang lebih indah, megah baik dari fisik, agama, maupun masa depannya. Tidak, aku tidak menyalahkanmu untuk semua kejadian ini. Tentu ini semua bukan salahmu, tp mungkin ini sudah menjadi nasibku. “Semesta” itu memang lebih layak kau tuju, “rumah” itu memang layak kau jadikan tempat pulangmu. Tapi tak ada kah sedikit rasa peduli mu untuk perasaannku? Namun mungkin rasa penasaranmu terjawab sudah, seperti apakah sosok diriku ini? Apa pantas untuk menjadi “’rumah” mu kelak? Yang selalu bisa menjadi hunian yang nyaman dan teduh ketika badai hujan datang? Dan kepergian mu yang menjawab segalanya.

<>4. Setidaknya aku tau seperti apa rasanya berjuang dalam doa
Perjuangan sebuah doa

Perjuangan sebuah doa via http://www.google.co.id

Dalam setiap malamku, ketika pertemuan dengan Tuhan ku tiba selalu saja ada namamu di dalam doaku. selalu kurapal dan dan kuucap secara erat dan hangat, berharap Tuhan menjawabnya cepat. Mungkin Tuhan bosan ketika setiap kali ku menghadapnya, selalu namamu yang selalu kuucap. Bahkan mungkin Tuhanku cemburu ketika namamu selalu menderu di dalam hatiku.

<>5. Selalu ada harap di dalam senyap
Harap di dalam senyap

Harap di dalam senyap via http://www.google.co.id

Tak perlu kau menjelaskan apapun, karena kini semua menjadi jelas untukku. Aku bukan lagi menjadi “semesta” yang kau tuju, dan bukan lagi menjadi “rumah” yang kau tunggu. Pergi lah, berbahagia lah.. doaku selalu untukmu, meski bahagiamu bukan tertuju untukku..   Terima kasih untuk waktumu yang sempat kau sisakan hadir di hidupku setelah 9 tahun lamanya tak berjumpa. Setidaknya aku pernah belajar berjuang untuk menunggu seseorang, dan kamu berhasil memberiku kesempatannya. Dan andai suatu saat di kehidupan yang akan datang aku dan kau diciptakan kembali, ijinkan ku untuk berjuang lagi..

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Hanya seorang wanita yang menyukai aroma tanah yang diguyur air hujan

4 Comments

CLOSE