Ibu… Aku Bangga Menjadi Seorang Guru

 

Walau semua terasa pait dan menyesakkan, tapi aku banyak memetik nilai positif di dalamnya, Bu. Anakmu yang manja ini mulai berkembang dan dewasa bukan? Aku ingin menjadi guru yang anggun dan guru yang menyenangkan.

Biarlah orang berkata apa, karena aku hanya memiliki dua tangan dan tidak bisa kugunakan untuk menutup semua mulut orang-orang yang berkicau, tapi aku masih bisa menggunakannya untuk menutup kedua telingaku bukan? Dan aku akan terus maju melangkah untuk membuktikan betapa mengagumkannya aku yang selama ini kalian rendahkan.

 <>1. Mungkin ini tidak sesuai dengan jurusan dan bidang yang kugeluti selama 3 tahun di SMK.
1107524-sekretaris-pekerja-kantoran-780x390

1107524-sekretaris-pekerja-kantoran-780x390 via https://www.google.co.id

Aku sangat mengerti bahwa profesi ku ini tidak sesuai dengan bidang yang kugeluti selama di sekolah. Aku tau ada sedikit rasa kecewa dimatamu bu. Pada awalnya pun aku mempunyai mimpi untuk bekerja sebagai sekretaris profesional disebuah perusahaan yang memang telah punya nama di kota besar.

Keseharianku dipenuhi dengan berkas dan surat yang menumpuk di meja kerjaku, menggeser kursiku kesana kemari untuk meraih telephone  yang berdering, mencatat jadwal dinas pimpinan, dan ikut serta mendampingi pimpinanku rapat menjalin kerjasama dengan beberapa client  ternama. Maklum saja, saat itu mungkin pemikiranku dipenuhi dengan skenario-skenario  drama FTV yang sedang menjamur.

Ternyata setelah lulus aku tau mencari pekerjaan itu tak semudah kelihatannya. Aku sudah berusaha sebelumnya bu. Tapi tangan Tuhan turut serta dalam segala rencana kehidupanku. Dan aku yakin ini adalah satu jalan untukku menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Aku harap kau tidak merasa rugi karena telah menyekolahkan aku di sekolah terbaik, namun aku tidak bisa menjadi yang seharusnya. Mungkin aku satu dari sekian juta anak muda yang memilih terjun ke dalam profesi yang tidak menjanjikan kemakmuran untukmu Bu.

Maafkan aku, karena aku, juga cibiran datang menghujani mu bu. Tapi aku rasa mereka semua buta dan tidak sebaik pemikiranmu, benar 'kan Bu? Aku tidak salah apabila aku menganggapmu bangga terhadap diriku juga. Aku harap dugaan ku ini benar adanya.

<>2. Walaupun pengalaman kerjaku sangat minim setidaknya aku sudah cukup tau pahitnya dunia kerja.
174045_persaingankerja

174045_persaingankerja via https://www.google.co.id

Bermula dari diriku yang berusaha keras mencari jutaan lowongan pekerjaan. Mencoba mengirim CV dan lamaran sebanyak mungkin ke beberapa perusahaan. Mendapatkan beberapa panggilan pekerjaan. Dan tak sedikit ternyata itu hanyalah perusahaan-perusahaan yang perlu dipertanyakan.

Sesekali aku coba untuk mendatangi perusahaan dan mengikuti beberapa Interview  dan itu tidak berhasil. Sesekali juga aku menolak beberapa panggilan pekerjaan dikarenakan jarak yang tak kau restui bu. Ya, aku merasa kau terlalu menghalangi dan membatasiku. Tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa terkecuali menuruti apa pinta dan keinginanmu.

Suatu hari aku pernah memulai dari nol . Aku pernah bekerja dan di tempatkan di tempat yang jauh dari pandanganku. Aku malu, yaa.. karena aku rasa ini jelas jauh dari keahlianku. Bukan karena aku manja bu, tapi mungkin saja karena aku kurang siap menerima realita kehidupan yang ada. Terlalu lelah dan terlalu rendah, aku tidak bisa berdiam lama di tempat seperti ini.

Di dalamnya banyak manusia yang merasa dirinya hebat sendiri dengan latar belakang pendidikan yang kurang. Mungkin di office  persaingan tidak begitu terlihat walaupun sama mengerikannya. Dan kali ini aku sudah sangat bersyukur dalam duniaku Bu. 

<>3. Mungkin pada awalnya pun aku bertanya, “Dunia macam apa ini?”

Aku pun tidak langsung merasa nyaman dengan profesi ku. Jelas sekali ini juga bukan bidangku. Walaupun selain aku menjadi guru kelas, aku juga memegang jabatan sebagai sekretaris sebagaimana mestinya aku di tempatkan. Walaupun administrasi sekolah belum berjalan sepenuhnya, setidaknya ilmuku sedikit tersalurkan disini.

Aku termasuk orang yang sulit bermuka dua, sulit bercengkrama, sulit menebar senyuman disetiap harinya. Namun dalam profesi ku inilah hal yang seharusnya aku kuasai. Semua tidak manis pada awalnya, terlalu banyak tuntutan ini itu. 

Tapi entah kenapa aku tetap bertahan dan merasa tertantang disana. Complain sana sini hanya karena ekspresi wajahku yang kurang bersahabat sudah menjadi makananku saat ini. Dengan salary  yang jauh dari bayanganku, terkedang mereka memperlakukan guru tidak selayaknya guru yang mempunyai martabat dan kehormatan.

Tidak ada rasa hormat sesekali ku temukan pada segelintir orang disana. Membuatku hanya bisa mengelus dada dan sesekali terlintas pemikiran bahwa beginikah pengorbanan para guru masa kini?. Aku juga bukan orang yang punya kesabaran luar biasa, bukan juga orang yang menyukai dunia anak-anak.

Gemas rasanya melihat anak-anak itu menangis bila ditinggal ibunya pulang ke rumah. Seberapa gemasnya aku pada meraka jangan sampai aku melukai dan membuat mereka takut padaku. Aku pun harus menghafal lagu anak dan menyanyikannya penuh keceriaan. Membacakan mereka buku cerita dengan penuh ekspresi. Dan menggali kekreatifanku agar mereka tidak jenuh di dalam kelas bersamaku.

Ya ampun, dunia macam apa yang sedang kugeluti ini?

Namun kini aku sadar betapa bahagianya aku dikelilingi anak-anak itu. Mereka memelukku beramai-ramai seolah semua ingin aku perhatikan. Senyuman mereka yang tulus, kecerewetan mereka yang membuatku tersenyum setiap harinya, dan keingin tahuan mereka yang membuatku rajin menggali ilmu baru.

Aku tak mempedulikan lagi apa kata orang tuamu sayang, yang aku tau aku selalu berusaha memberikan pendidikan terbaik di sekolah untukmu. Kali ini aku tulus menjalani dunia ku. Dunia yang penuh warna.

<>4. Semua ini telah mengubahku Bu. Tidakkah kau sadar itu?

Sebelumnya aku tidak pernah menghabiskan waktuku untuk bermain dengan adik-adikku. Aku lebih memilih bermain bersama teman-temanku. Karena yang aku tau, anak kecil itu sangatlah menjengelkan, dan aku sangatlah tidak suka. Kesehariannya hanya menangis, meringis, meminta segala keiingannya terwujud, dan pandai mengadu.

Tapi setelah aku terjun dalam profesiku ini, aku merubah semua cara pandangku bu. Adikku yang lucu itu sangatlah menggemaskan, segala tingkah lakunya menjadikannya sebuah hiburan di rumah, bercanda dengan adikku itu sesuatu yang kurindukan saat aku tidak berada di rumah.

Aku tahu cara memperlakukan adik-adikku sekarang. Dulu mungkin aku seorang kakak yang jahat, tapi bukankah kali ini aku berbeda bu?. Kali ini pun aku tidak menutup diriku lagi, aku berani, dan aku bisa menghadapi masalah-masalah yang ada dihadapanku sendiri. Hidupku terasa menyenangkan bu.

<>5. Maaf jika aku belum bisa mewujudkan apa maumu Bu...

Walaupun sekarang aku merasa sudah menemukan dimana aku harus terus berjalan dan berkarya, tak sesekali kau lontarkan harapan-harapanmu padaku bu. Aku tidak melarangmu melontarkannya padaku, hanya saja sesekali itu membuatku ragu, apakah kau bangga terhadapku? Apakah aku masih belum mampu membuatmu bahagia sedikit saja Bu?

Aku sudah cukup bersyukur untuk segala permulaan dalam hidupku ini, yaa aku bersyukur. Aku harap kau mampu sabar menantikan kesuksesanku bu, aku bisa saja mencetak prestasi sebagai guru teladan suatu saat nanti, aku masih bisa berkarya dan membuka mata setiap orang yang telah meremehkanku bu, percayalah.

Aku bahagia dan aku bangga berdiri di depan kelas, memberi penjelasan, memberi pengarahan, dan memberi pemahaman pada anak didikku. Aku bangga aku bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Aku senang saat bibir-bibir mungil itu memanggilku dengan sebutan “Bu guru”.

Aku senang saat mereka meraih tanganku untuk mereka cium. Aku senang aku salah satu orang yang akan mereka ceritakan dan mereka kenang dalam hidupnya. Dan aku akan bangga ketika akulah yang akan melihat mereka tumbuh besar dan akan menjadi apa, bahagialah saat anak yang aku didik itu ternyata berhasil pada suatu hari nanti.

Aku harap kau sudah ikhlas dengan pilihanku untuk memilih profesi ini, walau akhirnya aku masih harus merepotkanmu lagi untuk meneruskan pendidikanku ke tingkat berikutnya. Selalu do’akan saja yang terbaik untukku bu, aku takkan pernah berhenti berusaha untuk membuatmu bersyukur memiliki aku sebagai anakmu. Semoga ini adalah salah satu amalanku yang dapat membantuku membawamu ke Surga. Amin

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Jakarta, 08 Mei 1995. Bukan wanita yang penuh dengan keberuntungan.

CLOSE