Karena Mungkin Ini Adalah Ramadhan Terakhir Kita Bersama Mereka

 

Untuk kita yang senantiasa menyimpan ruang hati paling lapang untuk orang tua dan senantiasa berbahagia untuk status kita sebagai seorang anak. Kita mungkin terlalu asik dengan diri sendiri, terlalu mengunci diri bersama teman-teman dan gadget yang tiap detiknya mengalihkan pandangan dari dunia kita yang sebenarnya lebih indah: bersama keluarga.

 <>1. Mereka di tiap-tiap malamnya senantiasa mengirim kecupan lewat Tuhan melalui doa-doa untuk kita, putra-putrinya. Kenapa tak kita taklukkan kesibukan itu?

Entah kita memanggilnya apa, Ayah-Ibu,  Mama-Papa, Ibu-Bapak, Papi-Mami, Abah-Umi. Hanya saja mungkin dua kata tersebut menjadi sangat jarang terucap lewat bibir, terlalu banyak spasi yang dilakukan oleh kesibukan dan kesenangan hingga akhirnya kitapun berjarak dengan mereka.

Padahal, mereka pasti sangat rindu dengan cerita kita hari ini, hari kemarin dan cerita kita untuk masa depan. Padahal juga, mereka di tiap-tiap malamnya senantiasa mengirim kecupan lewat Tuhan melalui doa-doa untuk kita, putra-putrinya. Kenapa tak kita taklukkan kesibukan itu?

Ramadhan kali ini, ketika kesibukan telah mengepung dan wajah-wajah orangtua terlalu sukar untuk didefinisikan, ada baiknya mengintip sedikit ke masa lalu. Membuka kembali kenangan-kenangan masa kecil, saat kita masih terlalu dini untuk berpuasa, sholat, mengaji lalu perlahan-lahan Bapak akan menawarkan hadiah sebagai imbalan:jika anaknya bisa puasa-jika anaknya bisa mengaji-jika sholat anaknya tidak ada yang bolong.

Lalu Ibu akan menyiapkan menu favorit untuk berbuka puasa, sekadar pelengkap hadiah dari Bapak. Kalau kita masih merasa momen itu sangat berharga, berarti saatnya kita merangkul masa lalu itu dan membawanya ke dunia yang sekarang. Bukan apanya, dunia lain mungkin akan hadir dengan cerita yang berbeda: tahun depan, pun esok mungkin di antara kita ada yang pergi duluan: ke Surga.

<>2. Kita melupakan bahwa ketetapan itu akan datang, waktu pula yang akan menjawab: semua tanya.

Bapak yang hari ini sangat sehat dan kudoakan selalu begitu, yang hari ini penuh semangat dan sesungging senyum selalu dalam harinya. Bapak, yang hari ini puasanya masih lancar serta ibadah-ibadah lainnya masih terjamah mungkin pada waktu yang lain tubuh kekar itu akan begitu rapuh serta semangat dan senyum itu mungkin akan menjadi sebuah kenangan serta ibadah-ibadah itu akan menjadi poin untuk memasuki surga dan bertemu dengan-Nya.

Sedang kami putra-putrinya hanya akan meratap sedih dan merapalkan doa sebanyak-banyaknya agar bisa dipertemukan dengan keadaan yang indah. Atau, bisa jadi tangisan itu adalah anak-anak penyesalan dari kami putra-putri yang kadang mengabaikan mereka, terlalu sombong dan mengandalkan waktu. Melupakan bahwa ketetapan itu akan datang, waktu pula yang akan menjawab: semua tanya.

Untuk Bapak yang selalu peduli, kutitip semua kenangan kita pada-Nya. Entah Tuhan lebih dulu memetik Bapak atau kami, kuharap momen Ramadhan ini menjadi kasih paling sayang serta kenangan yang paling kasih untuk kita. Untuk Bapak yang telah berpindah tempat lebih dulu, kurapalkan doa berharap segala amal putra-putrinya menjadi penyejuk serta penenang di sana, tempat yang tak pernah kudeteksi namun kuresapi.

<>3. Tak ada pesan-antar makanan dari surga kan Bu? Untuk itu, kunikmati masakanmu lahap penuh harap bahwa masakan Ibu akan senantiasa abadi.

Ah, untuk Ibuku yang hari ini masih juga rajin memasak, mungkin suatu hari nanti masakan itu akan menjadi makanan yang paling kucari dan kurindukan. Tak ada pesan antar makanan dari surga kan Bu? Untuk itu, kunikmati masakanmu lahap penuh harap bahwa masakan Ibu akan senantiasa abadi. Omong Kosong ya, Bu. Aku terlalu suka dengan fiksi, Bu.

Aku tak terlalu suka realita yang bisa membawaku ke dalam dunia paling sedih, aku tak terlalu suka menangisi kepergian hingga momen kebersamaan kita mungkin akan kusimpan dalam lacrimal gland, kubekukan air mata sebisaku hingga aku tetap tegar:meski tanpa Ibu.  Aku terbangun.

Mungkin sebaiknya bukan menyiapkan air mata itu untuk Ibu, dengan menatap wajah dan menciumi punggung tangan Ibu setiap hari mungkin akan menjadi obat paling ajaib yang bisa mencegah tangisanku kelak. Aku hanya menghindari penyesalan itu, Bu. Hari ini, setelah bayangan itu mondar-mandir di kepala, kuputuskan untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan itu. Berharap ada ruang maaf untuk putra-putrimu, sebelum semuanya terlambat.

<>4. Akan kumaksimalkan! Untuk Tuhanku dan Wakil-Nya di dunia: Orang Tuaku.
sebelum semuanya terlambat

sebelum semuanya terlambat via http://www.huffingtonpost.ca

Pada kesimpulan berikutnya, ketika bayangan kehilangan mereka redup, bayangan lain tentang diriku memuncak. Aku yang dipanggil terlebih dahulu, dan itu melegakan.

Pikiran itu masih menjalar sampai sekarang, pikiran di masa kecil tentang “Lebih baik aku yang mati dulu daripada Bapak-Ibu. Aku belum siap kehilangan”. Kadang ketika pikiran itu datang lagi, kusandarkan diriku pada-Nya. Tuhan yang lebih mengenal hamba-Nya, serta hikmah telah dirancang begitu apik oleh-Nya, tinggal bagaimana manusia-takpenuhsyukur- ini membacanya.

Aku benar-benar tak pernah siap untuk panggilan itu, namun Tuhan memberikan bulan penuh berkah untuk hamba-Nya. Semoga Ramadhan kali ini tak ada kesia-siaan di dalamnya, akan kumaksimalkan sebagai bekal bertemu dengan-Nya pun sebagai pembahagia untuk kedua orang tuaku yang kelak meninggalkanku, selamanya.

<>5. Hanya doa. Kelak, saat kita telah berpisah.

Hanya doa. Hanya itu. Di dunia, saat kami pulang ke rumah, sambutan hangat akan selalu terasa. Akankah kelak di akhirat ketika kami pulang masih bisa berjumpa dengan kalian?

 

Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya.

Your Daughter.

 

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I am a passionate learner :)

7 Comments

  1. Aan X Muzaki berkata:

    Semoga di umur yang tersisa selalu berkah dan sehat, serta tetap istiqomah.

  2. Asih W berkata:

    Bapak & Ibu , semoga diberi kesehatan selalu 🙂 dan berjumpa di lebaran tahun ini…

CLOSE