Kebersamaan Itu Kini Hanya Menjadi Jejak-Jejak Kenangan

Seorang ibu adalah sosok yang harus dihormati. Kadang ini pula yang membuat anak enggan untuk berbagi cerita karena takut atau tidak mau orang tuanya ikut campur. Namun bagi penulis, ibu adalah segalanya. Tidak ada yang disembunyikan dari ibunya dan lebih nyaman cerita kepada sang ibu. Dan kini penulis sangat merindukannya dan menanyakan bagaiman kabarnya disana. Namun sayang hanya angin yang berhembus yang menjadi jawabannya. Akhirnya penulis mengenang kisah-kisah yang lalu sebagai pengobat rindu.

 <>1. Persahabatan itu pun dimulai
Persahabatan kita

Persahabatan kita via http://fos-community.com

Persahabatan kita dimulai dari aku masih di perutmu. Aku selalu mencoba bertahan, karena ku tahu kau juga begitu. Kau terlalu kuat menghadapi ini semua. Ketika dokter itu menvonis bahwa aku bukan seorang bayi tetapi sebuah tumor, kau tetap bertahan. Kau rela tubuhmu menerima bahan-bahan kimia itu supaya cepat sembuh. Tapi nalurimu sebagai seorang ibu sangatlah kuat. Kau tidak mau di operasi, untuk mengangkat penyakitmu. Kau tetap bertahan. Mungkin itulah yang membuatku juga bertahan. Akhirnya Sang Pemilik memberi petunjuk. Bahwa ada bayi di perutmu.

<>2. Selalu asyik dengan dunia kita
Kita selalu punya cerita sendiri..

Kita selalu punya cerita sendiri.. via https://www.google.co.id

Kau sangat bersuka cita menyambut kehadiranku, padahal usiamu sudah kepala empat. Tapi kau tetap bersemangat merawatku. Setiap langkah kakiku, kau selalu ada. Tidak ada sekat di antara kita. Layaknya hubungan seorang ibu dan anak, kita lebih seperti sahabat. Yang saling bertukar rahasia, tertawa bersama, menangis bersama. Padahal kebanyakan seorang anak merahasiakan cerita-cerita dalam hidupnya kepada ibunya. Dengan alasan supaya ibunya tidak “kepo” kata jaman sekarang. Itulah yang kadang membuat ayah iri kepada kita.

<>3. Kau orang yang super hebat, Ibu
Selalu bersama..

Selalu bersama.. via http://www.tipadvisor.com

Memorimu sangatlah kuat. Kau hapal cerita-ceritaku, teman-temanku dari aku masih sangat kecil sampai sekarang. Kau layaknya penjaga perpustakaan, yang hapal dengan buku-buku yang ada dan hapal semua ceritanya ketika ditanya oleh sang peminjam buku. Dan kau tidak pernah menceritakan ceritaku yang mungkin terdapat aib disana kepada suamimu sendiri. Aku sangat bersuka cita bila melihat wajahmu yang tersenyum itu, sambil mengelus rambutku dan bertanya “ada cerita apa hari ini dek?” Lalu kita bertukar cerita, kau selalu menceritakan masa mudamu untuk pelajaran di masa depanku. Walaupun kau hanya di rumah saja, tapi kau selalu tahu apa saja layaknya seorang professor. Dan kau seorang manajer yang sangat mahir untukku.

<>4. Kepergianmu yang mendadak dan membuatku sesak..
Kini ku sendiri..

Kini ku sendiri.. via https://www.google.co.id

Layaknya seorang penjaga perpustakaan, yang bisa resign kapan saja. Entah itu dia mengundurkan diri sendiri atau pergi, sama sepertimu. Di pagi yang indah tiba-tiba kau mengeluh pusing. Aku yang panik hanya bisa bertanya ada apa, lalu ayah membawamu ke Rumah sakit. Ternyata tumor itu masih ada dan harus segera diangkat. Aku yang siap untuk pulang ke rumah, tiba-tiba mendapat telepon dari ayah. Dan kau pergi. Aku terbenam dalam lamunan. Aku seperti orang linglung. Aku tidak menyangka apa yang terjadi. Separuh jiwaku pergi. Aku merutuki diriku sendiri. Kenapa tidak ada di sebelahmu sebelum kau pergi. Aku menyesal. Dan kau tidak sempat mengucapkan kata perpisahan kepadaku.

<>5. Hidup harus terus berjalan layaknya sebuah perahu
Entah harus kemana..

Entah harus kemana.. via https://www.google.co.id

Menjadi orang yang bodoh untuk waktu yg lama, iya itu aku. Hanya terdiam di tempat dimana kita selalu bercerita dan tertawa. Aku takut. Aku takut terbenam dalam memori-memori tentang kita. Aku terbawa arus keputusasaan dalam hidup. Aku hanya terdiam padahal usiaku menuntutku untuk mencari pundi-pundi kehidupan. Aku hanya diam. Aku bingung. Kepada siapa lagi aku mencurahakan perasaan. Dan aku orang yang tidak bisa pernah percaya kepada siapapun selain kau. Namun seiring berjalannya waktu, arus keoptimisan dalam hidup mulai menghampiriku. Dan aku mulai berdiri lagi dan belajar menerima kenyataan bahwa langkah kaki ini sudah sangat lelah terdiam dalam waktu yang lama, langkah kaki itu meminta untuk berjalan lagi menyusuri kehidupan yang penuh misteri

<>6. Rindu itu kini hanya bisa kutulis dan kusematkan dalam doa
Aku sangat merindukanmu Ibu..

Aku sangat merindukanmu Ibu.. via http://langitmaya.files.wordpress.com

Dan kini aku mulai sadar akan adanya takdir, bahwa cerita ibuku hanya sampai disini. Dan menyadari bahwa kehidupan ini hanya sementara. Dan kita semua hanya milik Sang Kuasa. Hanya ada satu kata dalam hatiku. Ibu.. aku merindukanmu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Buku dan menulis adalah keterkaitan satu sama lain, sama seperti kita. Sabar itu kekasihnya Allah.

CLOSE