5 Alasan Mengapa Memaksakan Kehendak Terhadap Orang Lain Kurang Baik Untuk Dilakukan

Jangan selalu ingin diprioritaskan

Di dunia ini ada dua tipe manusia, selalu memaksa dan terlalu santai. Tipe pemaksa acapkali tidak membuat nyaman orang lain yang kebetulan berada di sekitarnya. Ada saja sikap memaksa, baik itu untuk hal-hal urgent yang sepenuhnya dapat dimaklumi atau tidak jarang hal-hal sepele sekalipun.

Lantas, apa sih tujuan dari memaksakan sesuatu pada orang lain? Baiknya, mari refleksikan diri untuk memahami tujuan awal mengapa kita memaksakan kehendak pada orang lain, sebab memaksa seseorang tidak selamanya baik bagi mereka juga diri sendiri.

Yuk, sama-sama memerhatikan lima alasan mengapa bertindak semena-mena seperti memaksakan kehendak pada orang lain tidak baik untuk dilakukan secara berkelanjutan.

Advertisement

1. Kita enggak tahu kesanggupan maupun kemampuan seseorang

Photo by Startup Stock Photos from Pexels

Photo by Startup Stock Photos from Pexels via https://www.pexels.com

Setiap orang memiliki daya kemampuan dan kesanggupan berbeda. Tidak semua orang di dunia ini sanggup membeli Iphone 12, sedangkan kita meminta mahar berupa Iphone 12. Juga, tidak semua orang pandai merangkai kata dan dijadikan tulisan yang dapat dikomersilkan.

Ada di luar sana orang-orang yang mati-matian menulis opini, artikel, cerpen dan sebagainya selama berbulan-bulan, berbilang tahun, tapi tidak satupun tembus.

Advertisement

Ada hal-hal yang tidak dapat kita paksakan di dunia ini, terlebih jika kita menggunakan tolak ukur kita dalam menentukan sebuah keberhasilan. Ingat, tidak semua sanggup dan mampu.

Tiap-tiap manusia memiliki kesanggupan dan kemampuan berbeda satu sama lain. Jadi, baiknya kita refleksikan kembali jika ingin meminta orang lain mengabulkan kehendak kita.

2. Kita enggak tahu posisi dan situasi yang sedang dia hadapi sekarang

Advertisement
Photo by Yan from Pexels

Photo by Yan from Pexels via https://www.pexels.com

Sebelum memaksa seseorang untuk menuruti kehendak kita, baiknya kita tahu persis posisi dan situasi yang sedang dihadapinya. Tidak semua orang di dunia ini baik-baik saja, mereka pun mempunyai masalah sendiri-sendiri. Seperti, masalah finansial, krisis percaya diri, mudah terjatuh dan sulit bangkit kembali. Kita harus tahu benar persoalan seperti itu.

Tidak selamanya mereka bersedia, maka sebaiknya kita bertanya terlebih dulu kesediaan mereka sebelum mengambil keputusan.

Sehingga keputusan yang diambil bukan merupakan kesepakatan sepihak, bukan berlatar paksaan dengan alibi tanggung jawab ini itu.

Dan, berhentilah keras kepala, belajarlah memahami situasi orang lain. Jangan anggap dia tertawa karena bahagia dan berdiam diri sebab bersedih.

3. Upaya kita memaksakan kehendak bisa menjadi beban tersendiri bagi dia

Photo by olia danilevich from Pexels

Photo by olia danilevich from Pexels via https://www.pexels.com

Tiap-tiap manusia yang hidup di permukaan bumi memiliki deadline sendiri-sendiri dan mereka paham betul akan hal itu. Terlebih lagi jika itu deadline tugas, deadline pekerjaan atau deadline target yang harus tercapai sebelum waktu yang ditetapkan.

Jika kita seorang pemimpin di sebuah perusahaan atau organisasi, memaksakan sesuatu terhadap anggota mungkin wajar-wajar saja. Namun, berubah jadi tidak wajar ketika dilakukan berulang kali, meneror tiap malam, hingga terbawa ke mana-mana.

Begitu pula bagi kita yang ingin menikah, bertanya pada si dia kapan akan datang menemui orangtua, kapan akan melamar, kapan seserahan, kapan fitting baju? Hal itu akan menjadi beban tersendiri bagi mereka.

Beban itu bukan saja memberatkan pundak mereka, namun, terbawa hingga renungan apakah sanggup jika…?

Ada sebagian orang yang merasa terbebani sampai-sampai merasa gagal, putus asa dan berhenti. Sekali lagi, tiap-tiap kesanggupan seseorang berbeda-beda.

Kita tidak dapat memberi penilaian hanya dari oh dia masih sanggup tersenyum, artinya masih mampu. Ada sebagian dari mereka yang tersenyum untuk menyembunyikan beban yang sedang dipikul.

4. Kembali pada alasan awal mengapa kita memaksanya, apakah karena alasan pribadi atau saling menguntungkan?

Photo by Ekaterina Bolovtsova from Pexels

Photo by Ekaterina Bolovtsova from Pexels via https://www.pexels.com

Memikirkan kembali alasan awal mengapa kita memaksa seseorang merupakan cara yang bijak. Pikirkan kembali, apakah alasannya karena hal pribadi atau memang untuk menguntungkan kedua belah pihak.

Jika alasannya karena ambisi pribadi, sebaiknya urungkan saja. Tidak baik melibatkan orang lain hanya untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, bukan? Begitu sebaliknya, jika menguntungkan dua atau tiga pihak, tetap dipikirkan kembali—apakah pantas dengan cara memaksa alih-alih memilih cara yang lebih dewasa dan pantas.

Sebab pada situasi ini, kitalah yang membutuhkan orang-orang dan etikanya adalah bicarakan secara baik-baik bukan memaksa apalagi menggunakan cara bar-bar.

5. Tanyakan pada hati, kira-kira jika hal yang sama terjadi pada diri kita sendiri, apakah sanggup?

Photo by Tima Miroshnichenko from Pexels

Photo by Tima Miroshnichenko from Pexels via https://www.pexels.com

Coba tanyakan pada hati dan diri sendiri, sanggupkah kita jika berada di posisi orang tersebut. Dipaksa bukan hanya sekali dua kali atau ditanyai bukan cuma sekali dua kali.

Bayangkan jika kita hidup dikelilingi paksaan dari orang-orang yang mungkin levelnya lebih tinggi daripada kita saat ini. Apakah sanggup?

Tanyakan berulang-ulang ketika kita berniat memaksakan sesuatu pada orang lain. Apa dia sanggup? Apa si dia mampu melakukannya?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

selalu ingin belajar menulis

CLOSE