Mengenal Suku Togutil; Suku Nomaden dari Halmahera

Mereka hidup berpindah-pindah di sekitaran hutan Tukur-Tukur, Totodoku, Kobekulo, Lolobata, dan Buli.

Indonesia memiliki keanekaragaman suku dan budaya yang banyak, mulai dari Sabang hingga Merauke. Bahkan hingga kini masih banyak suku-suku pedalaman asli Indonesia yang belum banyak diketahui.

Salah satunya yaitu Suku Togutil atau yang dikenal juga sebagai Suku Tobelo Dalam. Suku Togutil merupakan sekelompok etnis yang tinggal di hutan-hutan dan hidup secara nomaden di sekitaran hutan Tukur-Tukur, Totodoku, Kobekulo, Lolobata, dan Buli yang masih termasuk ke dalam wilayah Taman Nasional Aketajawe-Lolobata , Kab. Halmahera Utara, Maluku Utara.

Namun yang perlu diketahui adalah Suku Togutil sendiri enggan disebut dengan nama “Togutil” karena nama tersebut memiliki makna konotatif yang berarti “ terbelakang” .

Advertisement

1. Sekilas tentang Suku Togutil

Pedalaman Hutan Tempat Tinggal Suku Togutil

Pedalaman Hutan Tempat Tinggal Suku Togutil via https://rimbakita.com

Suku Togutil merupakan suku yang tinggal dan hidup di pedalaman hutan yang berada di Kab. Halmahera Timur, Maluku Utara. Togutil memiliki arti “suku yang hidup di dalam hutan” atau pongana mo nyawa dalam bahasa Halmahera. Mereka memiliki kehidupan yang berkelompok dan begitu menjaga kearifan lokal, seperti larangan untuk menebang pohon sagu atau hutan secara tidak beraturan.

Suku Togutil hidup berpindah-pindah dalam hutan Wasile, sebuah hutan yang berada di sisi timur Ternate. Jarak terdekat yang dapat ditempuh adalah melalui Buli, kota kecamatan yang ada di Halmahera Timur. Dari kota Buli, dibutuhkan perjalanan kurang lebih sekitar 40 km untuk dapat menuju Hutan Wasile.

Advertisement

Suku Togutil terkenal dengan julukan “Nomaden”, karena kehidupan mereka yang masih bergantung dengan keberadaan hutan-hutan yang asli. Dapat dikatakan jika hutan merupakan alam yang sangat tepat untuk tempat mereka bermukim. Biasanya Suku ini bermukim secara berkelompok di daerah sekitar sungai.

Umumnya, rumah yang mereka tempati tidak berdinding dan hanya berlantai papan panggung. Untuk kesehariannya, Suku nTogutil menyantap makanan yang mentah ataupun diolah dengan cara dibakar menggunakan bamboo. Dan untuk air yang dikonsumsi biasanya langsung diambil dari sungai.

Advertisement

Suku Togutil masih sangat bergantung dari hasl-hasil alam. Makan-makanan yang dimakan biasanya buah-buahan, pucuk daun muda, umbi-umbian, ataupun hasil buruan binatang di dalam hutan serta ikan di sungai.

Suku Togutil hidup dengan kondisi yang cukup primitif, bahkan tidak mengenal dengan huruf. Banyak dari mereka yang terlihat hanya bertelanjang dada saja. Suku ini sebenarnya sudah mengenal peradaban luar, namun mereka lebih memilih untuk menjauhi hal-hal modern. Tradisi turun temurun yang hingga kini tetap dipertahankan membawa mereka ke dalam kehidupan yang sederhana hingga saat ini. 

Suku Togutil termasuk kategori suku terasing yang tinggal di pedalaman Halmahera Utara dan Tengah. Mereka menggunakan bahasa Tobelo, sama seperti bahasa yang digunakan oleh penduduk pesisir, masyarakat Tobelo.

Orang Togutil tergolong sebagai masyarakat terasing, berbeda dengan Orang Tobelo yang merupakan penguhuni pesisir yang dikatakan relative lebih maju. Selain itu fisik dairi Suku Togutil, terutama pada warna kulit dan roman muka menunjukkan ciri-ciri dari Suku Melayu yang lebih kuat dibandingkan dengan Orang Tobelo.

Ada beberapa cerita yang beredar, jika Orang Tigutil sebenarnya adalah penduduk pesisir yang melarikan diri ke dalam hutan karena menghindari pembayaran pajak. Pada tahun 1915, Pemerintah Belanda memang pernah melakukan upaya untuk memukimkan masyarakat yang ada di Desa Tobelami dan Kusuri.

Namun karena mereka tidak ingin membayar pajak, maka mereka masuk ke dalam hutan kembali namun sayangnya upaya itu gagal dilakukan. Dan dari inilah banyak cerita semacam itu yang beeredar. Akan tetapi cerita-cerita seperti ini sepertinya tidak benar. 

2. Penyebaran Suku Togutil

Suku Togutil Tinggal Dekat Aliran Sungai

Suku Togutil Tinggal Dekat Aliran Sungai via https://rimbakita.com

Suku Togutil dapat mudah ditemukan pada pedalaman Pulau Halmahera, selain itu komunitas suku pengembara ini juga dapat ditemui pada beberapa kawasan.

Di utara, masih ditemukan di pedalaman Tobelo, di bagian tengah terdapat pada Dodaga, Pedalaman Kao, Pedalaman Wasilei, dan di bagian Selatan juga ditemukan beberapa komunitas yang tinggal di pedalaman Buli dan Maba. Setiap kelompok suku primitive ini memiliki perbedaan satu sama lainnya. Bahkan tak jarang mereka bisa saling berperang saat bertemu.

Di lain tempat, terdapat Suku Togutil yang menetap dalam sebuah kawasan Taman Nasioanal Aketajawe-Lolobata. Suku Tobelo dan Suku Tigutil juga ditemukan dalam hutan-hutan nomaden, seperti Hutan Tukur-Tukur, hutan Totodoku, hutan Lolobata, hutan Buli, dan hutan Kobekulo.

3. Agama dan kepercayaan Suku Togutil

Orang Togutil Menganut Ajaran Islam

Orang Togutil Menganut Ajaran Islam via https://rimbakita.com

Kepercayaan asli dari Suku Togutil ini adalah meyakini jika terdapat makhluk-makhluk halus serta kekuatan adikodrati  yang berada di sekitar lingkungan mereka. Makhluk-makhluk halus tersebut disebut sebagai “ohitana” dan dianggap dapat melakukan kebaikan ataupun daapat mengganggu manusia.

Dan untuk mengendalikan makhluk-makhluk tersebut, Suku Togutil selalu memberikan sesajian atau persembahan melalui upacara-upacara tertentu, semisal Upacara Gomanga yang dilakukan baik kolektif maupun individual.

Selain itu, Suku Togutil juga memiliki kepercayaan jika anjing adalah harta yang paling tertinggi. Seorang suku Togutil tanpa kehadiran anjing, akan lumpuh saat bekerja dan tidak akan bergairah. Hal ini sangat mungkin mengingat peranan anjing yang begitu besar di dalam kehidupan sehari hari Suku Togutil, baik itu saat berburu maupun bekerja.

Kemanapun mereka pergi, pasti anjing akan selalu menyertainya. Dan karena itulah tak heran jika seekor anjing bisa menimbulkan permasalahan persengketaan, baik itu perorangan maupun  kelompok yang dapat berakibat timbulnya perang kecil. Keretakan hubungan antar kekerabatan hingga bunuh-membunuh bisa saja terjadi akibat seekor anjing.

4. Mata pencaharian dan pemukiman Suku Togutil

Suku Pedalaman

Suku Pedalaman via https://rimbakita.com

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kehidupan Suku Togutil masih sangat bergantung dari hutan-hutan asli dan berkelompok di daerah sekitar sungai. Misalnya saja seperti Suku Togutil yang berada di sekitar Sungai Dodaga, terdapat sekitar 42 rumah tangga. rumah-rumah yang mereka bangun umumnya terbuat dari bamboo, kayu, dan daun palem sebagai atap rumah.

Dan kehidupan dari suku Togutil ini sebenarnya amat bersahaja, mereka hidup dan melakukan berbagai mata pencaharian. Seperti memukul sagu, berburu rusa dan babi, dan mencari ikan-ikan di sungai. Mereka juga sering mengumpulkan telur Megapoda, tanduk rusa, dan damar, kemduian dijual kepada masyarakat yang ada di pesisir. 

Kebun-kebun yang mereka miliki juga ditanami dengan berbagai tanaman seperti ketela, pisang, tebu, papaya, dan ubi jalar. Namun karena mereka senang berpindah-pindah, maka kemungkinan jika kebun-kebun tersebut tidak diusahakan dengan intensif.

5. Sejarah Suku Togutil

Suku Togutil Bersama TNI

Suku Togutil Bersama TNI via https://rimbakita.com

Salah satu hal menarik dari Suku Togutil ini adalah mengenai asal usulnya. Banyak orang yang memiliki perbedaan pendapat mengenai sejarah Suku Togutil. Pada awalnya, terdapat sekelompok pasukan Portugis yang melakukan penyerangan di wilayah Halmahera, mereka menyerang berbagai wilayah dan terlibat perang dengan masyarakat setempat.

Bahkan termasuk berperang melawan pasukan Korakora yang berasal dari Kesultanan Ternate dan juga dengan Pasuka Alifuru. Setelah beberapa kali peperangan, mereka kehabisan amunisi dan bahkan kapal yang digunakan juga karam. Sehingga menyebabkan mereka tidak bisa kembali ke Negara asal nya.

Karena itulah, mereka membuat pemukiman di salah satu wiayah di Halmahera Utara, tepatnya di daerah Gunung Hum. Kemudian mereka menamakan daerah tersebut dengan sebutan “Rum”  yang berarti jika daerah tersebut merupakan tempat tinggal dari orang-orang Rumawi.

Namun, kehidupan mereka tak bisa tenang, karena banyak orang-orang Galela yang mengusik ketenangan mereka. Kemudian mereka memilih untuk hijrah ke Tobelo dan membuat pemukiman baru di perbukitan Karianga, Kusuri, Lembah Kao, batang Sunga Kali Jodo hingga menuju Tetewang. Perpindahan ini yang menyebabkan mereka bertemu dengan sesama bangsanya yang juga mengalami nasib serupa.

Untuk menghilangkan jejak sebagai bangsa Portugis, mereka kemudian menyatu dengan masyarakat setempat dan belajari berbahasa Tobelo serta mengubah akses dari bahasa asli mereka. Dan pada akhirnya membuat kebanyakan suku Togutil menerapkan bahasa Tobelo Boeng dan Modole ke dalam komunikasi sehari hari.

Selain itu, mereka juga melakukan pernikahan campuran dengan masyarakat setempat. Dan hal ini dilakukan agar menghindari kejaran dari pasukan Alifuru dan Ternate terhadap sisa-sisa dari bangsa Portugis yang masih berada di Maluku Utara.

Dan selanjutnya, keturunan dari Bangsa Portugis yang menikah dengan penduduk setempat ini kemudian hidup dengan berpindah-pindah ke daerah yang dirasa lebih aman sembari tetap mengembangkan keturunan mereka. Populasi Suku Togutil diketahui kini berada di hutan, tepat selatan dari Halmahera Utara hingga ke hutan Wasilei yang ada di Halmahera Timur.

Umumnya, Suku Togutil bermukim di daerah sungai. Karena terlalu lama tinggal dalam tengah-tengah hutan, membuat pola hidup mereka menjadi berubah. Mereka terbiasa dengan peralatan hidup yang cukup sederhana, sehingga membuat mereka lebih sering engkonsumsi makanan-makanan mentah maupun makanan yang dimasak dengan dibakar mengunakan bambu.

Setelah sekian lama hidup dan menetap di Pedalaman Halmahera Timur, terbentuk sebuah komunitas yang disebut dengan Suku Togutil, yaitu merupakan orang-orang Portugis yang sudah menikah dengan suku-suku setempat. Sehingga jika dilihat dari tampakan fisik dari suku Togutil yang ada saat ini, masih ada beberapa yang mempunyai postur fisik yang mirip dengan postur dari orang-orang Portugis, memiliki kulit cerah, tubuh tinggi, dan mata bening kecoklatan.

Suku Togutil kini bukan lagi menjadi suku yang terasing, hanya saja mereka tetap masih mempertahankan pemukimannya yang berada di tengah pedalaman hutan rimba. Meskipun mereka masih tinggal di pedalaman, namun ada beberapa kemajuan yang sudah mereka alami, seperti misalnya hidup dengan melakukan cocok tanam dengan berbagai jenis tumbuhan.

Selain itu, beberapa dari mereka juga ada yang sudah memasak dengan menggunakan kompor minyak tanah. Dan segala jenis makanan kini tak hanya dibakar saja, namun mereka juga mengolahnya dengan cara digoreng, direbus, maupun dipanggang.

Selain itu, dari segi kepercayaan yang dianut pun kini banyak SUku Togutil yang sudah mau menganut agama Kristen Protestan. Mayoritas dari Suku Togutil pun juga sudah mau menggunakan pakaian. Jika dulunya hanya menggunakan rok atau celana yang terbuat dari kulit pohon saja, maka kini sudah jauh berbeda. Namun yang modern hanya dari Kelompok Togutil Tayawi.

Selain itu, sebelum mengenal agama, Suku Togutil juga menguburkan orang-orang yang sudah meninggal,dan tidak lagi hanya disandarkan ke pohon saja seperti sebelumnya. Nah itu tadi penjelasan mengenai Suku Togutil yang berada di wilayah Halmahera, Maluku Utara. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat untuk anda.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE