#MerdekaTapi Kenapa Mengingatkan 7 Hal Sederhana Ini ke Teman dan Sesama Kok Masih Sulit ya di Indonesia?

Jika melakukan hal-hal kecil saja masih sulit, kapan kita bisa bertanggung jawab penuh dengan hal-hal yang lebih besar?

“Asyik nonton babang Steve Rogers duluan nih di bioskop. Update ah nanti kalo ada adegan yang seru.”

Update ke mana?”

“Ke IG story, lha.”

“Lha, kan nggak boleh. Itu namanya sama aja membajak film.”

“Lho, kan enggak satu full film gue rekam juga kali. Palingan yang ada adegan keren Steve Rogers doang.”

“Sama aja. Ayolah, jangan update-update gitu ah. Hargai yang udah kerja untuk film itu.”

“Lho, gue kan juga bayar untuk nonton. Nggak murah gue nonton di sini, lho.”

 

Percakapan di atas adalah percakapan yang terjadi saat dunia tengah ‘digempur’ oleh pasukan Avengers dan sihir Thanos, beberapa bulan lalu antara penulis dan temannya di sebuah studio bioskop ternama di Jakarta. Penulis yakin bahwa percakapan di atas juga pernah dihadapi sebagian orang, yang tentu saja ingin mengingatkan kenalan atau temannya untuk tidak merekam atau mengambil gambar film di bioskop untuk kemudian di-share ke media sosial. Padahal mengingatkan hal seserdehana ini ke teman sendiri mengapa terasa agak sulit, ya?

Ternyata bukan hanya mengingatkan ke teman mengenai hal sesederhana di atas saja yang sulit, melainkan masih banyak hal-hal sederhana lainnya yang tak boleh luput dari keseharian kita sebagai masyarakat Indonesia yang beradab. 73 tahun Indonesia telah meraih kemerdekaannya, tetapi masih saja ada warganya yang tidak peduli akan hal-hal sederhana di lingkungannya yang tentu saja memiliki efek bagi sekitar. Terlebih jika diingatkan bahkan oleh teman sendiri, mengganggap bahwa yang dirinya tetap benar dan tak ingin berkaca diri. Yup, memang Indonesia telah merdeka, #merdekatapi kenapa mengingatkan tujuh hal sederhana ke teman dan sesama kok masih sulit ya di negeri yang besar ini?

1. Mendahulukan yang keluar, baik di transportasi umum maupun di lift

Transportasi umum seperti bus transjakarta dapat dijadikan tempat untuk melatih ketertiban umum kita juga, lho.

Transportasi umum seperti bus transjakarta dapat dijadikan tempat untuk melatih ketertiban umum kita juga, lho. via http://google.com

Kita harus akui bahwa transportasi umum di Indonesia, terutama di kota-kota besar sudah mulai bebenah untuk lebih baik lagi. Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang juga ikut menggunakan transportasi umum seperti kita juga harus ikut berperan baik dan beradab dalam menggunakannya. Salah satunya adalah membiasakan membiarkan orang yang keluar turun terlebih dahulu, jangan langsung main masuk saja hanya karena buru-buru atau bahkan ingin segera dapat tempat duduk.

Tetapi, lagi-lagi masih banyak masyarakat bahkan teman kita sendiri yang menyerobot masuk duluan ke dalam transportasi umum, bahkan hingga di lift pusat perbelanjaan. Jika diingatkan setelahnya, ia hanya bisa senyum-senyum saja tanpa merasa bersalah. Esok harinya, tetap masih melakukan hal yang serupa. Sungguh sangat disayangkan jika para pemuda Indonesia masih tak peduli dengan hal kecil seperti ini.

2. Para pengendara seharusnya berhenti di belakang garis zebra cross

Zebra cross itu hak untuk setiap pejalan kaki yang ingin menyebrang jalan, bukan malah pengendara yang menguasainya.

Zebra cross itu hak untuk setiap pejalan kaki yang ingin menyebrang jalan, bukan malah pengendara yang menguasainya. via http://mobil123.com

Akui saja pasti sangat sering melihat kejadian seperti gambar di atas, bukan? Atau malah pernah bersikap seperti gambar di atas? Duh, jangan dibiasakan ya. Sulit memang mengingatkan pihak yang kita kenal atau teman kita untuk berhenti di belakang garis-garis zebra cross. Kerap jawabannya adalah "nggak ada yang nyebarang kok", atau yang paling sering hanya menjawab "nggak ada polisi kok".

Padahal kita sedari Sekolah Dasar dulu pernah diberikan pelajaran mengenai tata tertib di jalan raya, tapi kok semakin dewasa pelajaran sesederhana itu belum bisa dituruti? Atau malah lupa?

Sungguh sangat disayangkan jika lagi-lagi warga Indonesia masih saja berhenti di zebra cross saat lampu merah menyala. Ingat, sampai ulang tahun keberapa Indonesia bisa bebas dari hal-hal sepele seperti ini?

3. Biasakan Antre!

Antre adalah salah satu kebiasaan yang baik dan beradab, lho.

Antre adalah salah satu kebiasaan yang baik dan beradab, lho. via http://sindonews.com

Banyak yang mengatakan bahwa mengantre adalah suatu kebiasaan yang menjemukan dan sangat menguji kesabaran tiap individu. Tetapi bukan berarti kita bisa menyelak barisan hanya karena tak sabaran ya dan tengah dikejar-kejar waktu. Di manapun itu dan kapanpun jika memang untuk mendapat sesuatu dan diwajibkan untuk mengantre, maka antre lah! Jika ada teman karena mengenal kita dan menyelak barisan kita karena dikejar waktu, tegurlah.

Teman atau siapapun yang ogah untuk mengantre, memang sudah selayaknya mendapatkan teguran. Kalau mereka malah marah atau sewot, jangan dibalas dengan nada serupa. Cukup beri senyuman saja, dan pastikan bahwa kita lebih beradab menghadapi hal-hal sederhana seperti ini.

Duh, Indonesia sudah 73 tahun lho, masa iya nggak malu jika masih menyelak antrean?

4. Tidak men-share cuplikan film di bioskop ke media sosial pribadi hanya untuk kepopuleran semata.

Serius kamu keren jika menshare video film ke sosial mediamu? Pikir lagi, deh!

Serius kamu keren jika menshare video film ke sosial mediamu? Pikir lagi, deh! via http://google.com

Seperti percakapan di awal tadi, semoga saja saat ini sudah banyak orang yang berpikir untuk menegur teman atau sesama di bioskop untuk tidak men-share cuplikan film di bioskop dan mengunggahnya ke media sosial. Selain memang sudah ada peraturannya, dan hal tersebut dapat berbuah kurungan penjaran dan denda yang tak sedikit, lagipula untuk apa sih? Hanya untuk dibilang 'pribadi yang update dan populer', seperti itu? Percayalah, perbuatan tersebut bukan membuat kalian lebih baik di mata orang lain, malah maaf sekali nih terlihat orang norak yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke bioskop.

Oh iya, ini dia kelanjutan percakapan penulis dan temannya itu.

"Emang gak murah nonton film, apalagi di bioskop kayak gini. Tapi, sikap lo itu lho yang malah buat murah diri lo sendiri. Ketahuan security bioskop, gue beneran nggak kenal sama lo, ya."

"Sumpah, lo jahat banget."

"Lah, lo duluan yang mulai."

Untungnya ia mulai mengerti, dan tidak men-share cuplikan film box office tersebut ke media sosialnya. Sulit sih harus beradu argumen ke teman sendiri, tapi ini juga buat kebaikannya, kan.

5. Merokoklah pada tempatnya!

Ada baiknya jika ingin merokok, carilah smoking area!

Ada baiknya jika ingin merokok, carilah smoking area! via http://google.com

Mengisap sebatang rokok atau merokok adalah hak tiap individu, termasuk teman yang kamu kenal selama ini. Tetapi bukan berarti temanmu yang merokok juga dapat seenaknya menikmati rokoknya di manapun tanpa memandang orang-orang di sekitarnya.

Bahkan jika di sekitarnya terdapat orang tua hingga anak kecil. Kamu melihat ini, tak salah kok untuk menegurnya kalau memang orang tersebut merokok bukan pada tempatnya alias di no smoking area. Atau bahkan kamu yang seorang perokok, ada baiknya lho kamu minta izin terlebih dahulu apakah kamu boleh merokok di sini ke teman-temanmu.

Hayo, masih sulit ya mengingatkan teman untuk merokok di tempatnya? Coba saja dulu, toh untuk kebaikan sesama, kan.

6. Ucapkan "terima kasih" kepada siapapun di tiap kesempatan

Kata ini juga memiliki makna yang berarti lho bagi sesama.

Kata ini juga memiliki makna yang berarti lho bagi sesama. via http://google.com

Di sebuah pusat perbelanjaan ternama di Jakarta, seorang petugas membukakan pintu lift untuk para penggunanya, membuka jalan terlebih dahulu kepada yang keluar kemudian mempersilakan yang sudah menunggu di luar untuk masuk.

"Terima kasih ya, Mas."

"Oh iya, Mbak, sama-sama," terlihat senyum lebar menghiasi wajah si petugas tersebut.

Kemudian, tak lama terdengar, "Tugasnya kali untuk membuka tutup pintu lift."

"Ya gapapa juga kan bilang terima kasih ke dia?"

"Yaelah, sepele."

Yup, benar. Lagi-lagi percakapan di atas adalah percakapan yang terjadi di antara penulis dan temannya. Tak sedikit memang yang berpendapat bahwa pekerjaan seseorang memang sudah kewajibannya untuk dilakukan, buat apalagi ada 'terima kasih'? Tak ada yang salah memang. Tetapi, tak ada salahnya juga untuk mengucapkan terima kasih atas apa yang telah dilakukannya, bukan?

Lagipula mengucapkan dua kata tersebut juga tidak menjadikan diri kita rendah, kok. Pernahkah kita berpikir bahwa bisa saja mengucapkan terima kasih juga dapat memberikan energi positif bagi penerimanya?

"Coba balikin sekarang ke lo. Setelah lo bekerja, terus ada orang yang ngucapin terima kasih atas pekerjaan yang lo lakukan, perasaan lo bagaimana?"

Lawan bicara penulis pun hanya bisa berlalu menuju tujuannya.

Benar yah, #merdekatapi kok mengingatkan hal sesederhana ini ke teman sendiri masih sulit?

7. Buanglah sampah pada tempatnya!

Ingat, buang sampah di tempatnya! Bukan di sembarang tempat.

Ingat, buang sampah di tempatnya! Bukan di sembarang tempat. via http://google.com

Ini dia hal yang sangat sederhana, tetapi kerap dilanggar oleh sebagian besar warga di negeri ini. Jujur saja, jika temanmu ada yang membuang sampah sembarangan bahkan hingga tidak ingin mobilnya kotor barang sebentar, tegurlah temanmu itu. Membuang sampah pada tempatnya seharusnya bukan lagi diingatkan, tetapi harus menjadi sebuah kebiasaan yang mendarah daging di kehidupan ini.

Bagaimana kota-kota besar seperti Jakarta bisa bebas dari banjir jika warganya saja mash saja membuang sampah ke selokan bahkan hingga ke sungai? Bagaimana taman-taman kota bisa nyaman dan tak berbau jika warganya saja kerap membuang sampah sembarangan? Hal sesederhana ini saja sulit sekali dilakukan, kenapa?

Jika kamu masih menemukan teman yang marah jika diingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan, sorry to say maybe you chose the wrong person to be your friend.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Educating the mind without educating the heart is no education at all." Books, music, movies and Manchester United.