Pelajaran Berharga dari Menyaksikan Sebuah Kehilangan

Sebuah proses unik yang akan dijalani setiap manusia...

Cepat atau lambat, suka atau tidak suka, manusia pasti akan kehilangan. Entah kehilangan barang kesayangan, kesempatan, maupun orang yang dikasihi. Walaupun berbeda-beda bentuknya, ada suatu kesamaan yang dialami dari mereka yang mengalami kehilangan: duka.

Tulisan ini bukan semata-mata saya merasa bahwa duka dan kehilangan adalah topik yang menarik. Beberapa waktu yang lalu, salah satu orang yang saya kasihi kehilangan Ayah tercinta. Ada begitu banyak kata yang belum terucapkan, ada begitu banyak rasa yang belum tersampaikan. Saya sendiri termasuk orang yang tidak suka perpisahan, saya merasa perpisahan adalah bagian paling menyakitkan dari perjalanan hidup. Namun, Tuhan seolah membantu saya untuk melihat kehilangan dari perspektif yang berbeda.

1. Kehilangan adalah Proses yang Unik

Kehilangan diresponi oleh tiap orang dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang diam, menangis, histeris, marah, bahkan depresi. Semua berjalan dalam satu time frame yang linear. Tidak ada hal yang benar maupun salah. Karena setiap orang menjalani proses dalam dirinya. Proses ini unik karena tidak ada yang benar-benar tahu rasanya, walaupun kita pernah mengalami hal serupa. 

Proses ini harus dijalani dan tidak ada waktu yang tepat untuk mengakhirinya karena sekali lagi, ini proses yang unik. Bagi sebagian orang, mungkin tidak akan pernah berakhir dan tidak ada yang salah dengan itu.

2. Belajar untuk Menerima

Saya melihat bahwa orang yang kehilangan akan selalu terkenang akan hal yang pernah dilalui bersama orang tersebut di suatu tempat. Kenangan tersebut membuka kembali ingatan akan masa lampau dan akan memunculkan guratan luka. Luka itu tidak akan sepenuhnya sembuh, ini realistis. Sekalipun sembuh, bukan tidak mungkin akan terluka kembali. 

Tidak ada salahnya dengan itu. Dalam perjalanannya, seseorang akan mulai menyadari bahwa hari-harinya kini akan berbeda. Akan ada sosok yang tidak akan pernah kembali. Ia pun harus melanjutkan hidupnya. Ia akan mulai menerima kenyataan bahwa inilah hidupnya yang sekarang. Semuanya tak lagi sama, namun ada harapan bahwa kedepan ia masih memiliki rencana dan orang-orang yang mendukungnya.

3. Memori Akan Selalu Dikenang

Dalam hampir setiap sesi perpisahan, kerabat terdekat akan mengucapkan kesan-kesan kepada seseorang yang telah pergi. Kesan tersebut tak selamanya baik. Ada juga kesan tak menyenangkan yang membekas. That's OK, tidak ada yang sempurna.

Meskipun raga sudah tak lagi ada, namun kenangan akan selalu tersimpan di memori dan hati kita.

4. Hadirnya Konflik

Tinggal di strata sosial yang amat menjunjung tinggi persaudaraan menjadikan kita masyarakat yang kolektif. Semua harus serba dirundingkan dan akan terasa asing apabila keputusan diambil sepihak. 

Itulah yang mungkin jarang ditemukan di negara lain, namun lazim terjadi di Indonesia. Dimakamkan atau dikremasi, dengan adat apa, dilaksanakan hari apa, siapa yang bertugas, dan sebagainya.

Jangan melihat ini dari sisi yang negatif. Mari mencoba berterimakasih bahwa ini salah satu cara kepedulian mereka terhadap kita.

5. Dukungan Orang Terdekat

Kedukaan memunculkan hal-hal yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Ternyata begitu banyak orang baik di sekitar yang mau menolong, orang-orang yang tanpa pamrih meluangkan waktunya untuk kita.

Peristiwa ini juga menyingkap siapa yang benar-benar peduli dengan kita. Orang yang kita paling benci selama ini, bisa jadi orang yang mendoakan kita. Orang yang paling tidak kita harapkan, bisa jadi orang pertama yang datang menemani kita. Orang yang selama ini berada di sisi kita, belum tentu mereka akan hadir dalam masa-masa tersulit kita. 

Sungguh, selalu ada hal yang patut kita syukuri atas semua hal yang terjadi dalam hidup kita. Belum terlambat untuk memperbaiki apa yang salah. Semoga kita selalu dikuatkan oleh-Nya untuk setiap kedukaan kita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini