Peran Orangtua terhadap Perkembangan Anak Mampu Meminimalisir Korban Bullying

Mulailah dengan menerapkan pola asuh dan pendidikan yang seimbang dan berkualitas baik.

Orang tua pada khususnya sangat mempunyai peran untuk kehidupan anak di masa pertumbuhannya. Untuk mencetak generasi muda yang baik penerus di masa yang akan datang. Mulailah dengan menerapkan pola asuh dan pendidikan yang seimbang dan berkualitas baik. Terutama dari segi akhlaknya. Apalagi baru-baru ini masih hangat menjadi pembicaraan tentang kasus bullying yang sangat memprihatinkan dan miris sekali. Di sini peran orang tua terhadap perlindungan anak usia dini sangat dibutuhkan. Karena peran ekstra dari orang tua terhadap diri anak mampu membentuk karakter anak.

Berbicara tentang bullying yang santer menjadi pembicaraan. Bullying merupakan tindak kekerasan serta kriminal yang harus mendapat peradilan dan perhatian khusus. Agar tidak menelan banyak korban. Sifat bully sendiri juga tak hanya yang tampak dari kekerasan fisik luar saja, misalnya menampar, memukul dan menendang. Bullying secara halus juga sangat miris.

Jika dengan mengejek dan menghina, memojokkan, mencemarkan nama baik seseorang serta mempermalukan seseorang atau anak dimuka umum itu juga termasuk dari pembullyan secara halus. Dan dampak buruk bagi kasus bullying ialah sangat besar pengaruhnya bagi si pembully maupun korban bullying. D isini orang tua sangat berperan untuk mampu lebih peka dan memberikan pola asuh yang baik dan benar kepada anak.

1. Pola asuh otoriter sebaiknya dihindari

Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter via https://www.google.com

Advertisement

Sebaiknya orang tua tidak menerapkan pola asuh yang otoriter terhadap anak. Karena bisa berdampak buruk. Pola asuh otoriter ialah pola asuh dimana anak dituntut harus mengikuti dan melakukan semua peraturan yang telah diterapkan oleh orang tua kepada anak tanpa peduli dengan perasaan anak. Dan cenderung tak mampu berkompromi kepada anak.

Pola didik otoriter ini menggunakan sifat top down. Di sini orang tua yang memiliki andil dan bersuara paling benar tanpa kompromi kepada anak. Dampak negatif dari pola asuh otoriter ini anak jadi lebih menjaga jarak terhadap orang tua, anak tidak mempunyai rasa percaya diri dan cenderung selalu ketakutan untuk berinteraksi dan menyuarakan pendapatnya. Dan hal yang lebih buruknya, anak menjadi pemberontak serta tertekan.

2. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif

Pola asuh permisif via https://www.google.com

Pola asuh permisif ini berbanding terbalik dengan pola asuh otoriter. Dimana orang tua selalu memberikan kebebasan kepada anak. Dikarenakan rasa iba dan sayangnya orang tua kepada anak. Akibatnya orang tua yang kelimpungan sendiri nantinya.

Advertisement

Sebaiknya pola asuh permisif ini juga dihindari. Pola asuh permisif ini akan memberikan dampak yang buruk kepada diri anak dimasa depannya. Anak jadi lebih egois dan tidak mandiri juga tidak mempunyai rasa tanggung jawab.

3. Pola asuh dengan pihak ketiga

Pola asuh dengan tangan pihak ketiga

Pola asuh dengan tangan pihak ketiga via https://www.google.com

Pola asuh melalui bantuan tangan pihak ketiga ini lebih sering digunakan oleh para orang tua yang sibuk membagi waktunya antara pekerjaan diluar rumah dengan ikut andil langsung dalam mengasuh dan memberikan perhatian kepada anak. Dalam pola asuh melalui pihak ketiga ini, sudah pasti yang mempunyai peran dalam mendidik serta mengasuh sang anak ialah orang terdekat atau keluarga terdekat dan babysitter. Hal-hal yang seperti ini juga seharusnya menjadi perhatian khusus. Bagaimana dampak baik dan buruk nantinya kedalam perkembangan sang anak. Ada baiknya jika orang tua harus bekerja diluaran rumah, ia juga tidak melupakan perannya sebagai orang tua. Yang harus tetap memberikan perhatian khusus dan intens kepada sang anak. Agar anak juga tidak kehilangan figur peran orang tuanya. Anak juga tidak haus akan perhatian, yang bisa saja ia luapkan saat berada diluar rumah.

Bukan tidak mungkin, sang anak menjadi kehilangan kehangatan dari orang tuanya, kehilangan perhatian. Sebaiknya orang tua juga mampu menyeimbangkan peranannya dan meluangkan waktunya lebih banyak kepada anak. Agar anak juga tidak merasa terabaikan. Yang nantinya bisa mengakibatkan sang anak kehilangan jati dirinya, kehilangan rasa percaya diri serta cenderung lebih menutup diri dan rendah diri.

Advertisement

4. Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis via https://www.google.com

Pola asuh demokratis ialah pola asuh yang positif. Pola asuh demokratis yang perlu diterapkan kedalam pola pengasuhan orang tua kepada anak didalam masa tumbuh kembangnya yang lebih baik. Karena pola asuh ini sangat ideal. Seperti tarik ulur kepada diri anak. Orang tua tetap berperan memegang kendali demi kebaikan anak.

Rasa kasih dan sayang orang tua kepada anak juga berjalan sebagaimana mestinya, dengan tidak memanjakan anak namun tetap memberikan ruang kepada anak untuk dapat berkembang dan berinteraksi. Tanpa harus menerapkan sistem pola asuh yang menekan seperti otoriter. Anak juga merasa dihargai, tak diabaikan dan anak juga tak kehilangan perhatian dari orang tua.

Tetapi pola asuh demokratis ini harus dapat diterapkan dengan seimbang kepada anak. Menerapkan sistem reward and punishment, management children juga tak boleh dilupakan dan harus dilakukan dengan efektif. Mengapa ? Karena hal ini dapat melatih diri anak untuk bertanggung jawab.

Didalam pola asuh pendidikan anak harus seimbang dan stabil. Memperhatikan kualitas yang berpengaruh baik untuk masa depan anak. Upaya baik didalam mendidik anak ialah cara pola asuh yang tepat. Dan juga pendidikan yang baik yang memadai juga dapat membantu dan mendukung karakter serta mental yang positif didalam tumbuh kembang anak yang baik. Sehingga anak dapat terhindar dari perilaku yang menyimpang.

5. Pendidikan yang baik

Pola asuh dan pola didik yang baik

Pola asuh dan pola didik yang baik via https://www.google.com

Peran orang tua terhadap pendidikan pertama bagi anak sangat diperlukan guna menunjang dan mendukung karakter baik dalam diri anak. Banyak hal-hal perlu mendapatkan perhatian khusus didalam cara pengasuhan dan pendidikan yang baik dan benar kepada diri anak diusia dini.

Ungkap salah satu peneliti dari University Of Warwick, Dieter Wolke menjelaskan, “Yang dibutuhkan oleh anak dukungan dari orang tuanya.”. Menurut beliau, anak yang orang tuanya cenderung overprotektif justru tidak mempunyai kualitas yang mendukung dalam diri anak dari segi ketegasan dan otonomi keluarga. Sehingga anak sangat rentan menjadi korban bullying.

Studi kasus menjelaskan disini peranan orang tua sangatlah mendukung untuk mampu meminimalisir korban bullying. Orang tua harus berperan aktif untuk mempraktikkan pola asuh yang positif dan seimbang, hangat kepada anak. Dengan lebih sering berinteraksi dan berkomunikasi dari hati ke hati kepada anak dan memberi arahan yang benar mampu membuat tumbuh kembang anak menjadi lebih berkarakter baik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE