5 Hal yang Membuat Kita Berpikir, Jika Seandainya Kita Jadi Mereka

Jika seandainya kita jadi mereka (korban kabut asap)

Belakangan ini media cetak maupun elektronik di Indonesia sedang dihebohkan dengan banyaknya berita yang berhubungan dengan bencana kabut asap yang sedang melanda saudara kita di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagi kita yang tinggal di daerah yang tidak terkena dampak dari bencana kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan “Karhutla”, mungkin akan bertanya-tanya dalam hati ketika melihat video yang memutar kondisi terkini dari hutan yang terbakar.

Misalnya pertanyaan tentang bagaimana bisa sampai terbakar seperti ini? Apa yang sudah kami (manusia) lakukan sehingga seperti ini? Apa yang mereka rasakan ketika kabut asap pekat mulai mengkhawatirkan seperti ini? Dan tentu masih banyak lagi pertanyaan dalam hati kita kan.

Advertisement

1. Posisikan diri sebagai mereka

photo by @actmalang

photo by @actmalang via http://www.instagram.com

Pasti pernah terpikir juga jika kita yang ada di daerah aman dari kabut asap, seketika menjadi mereka yang berada di daerah darurat kabut asap? Tidak terbayangkan kan? Atau bahkan mampukah kita menjadi mereka. Berikut ini akan saya rangkum dari beberapa narasumber yang pernah merasakan dampak dari pekatnya kabut asap dan berikut adalah 3 hal yang membuat kita mencoba berpikir kembali, jika seandainya kita menjadi mereka, kira-kira mampu kah kita?

2. Kabut asap telah membatasi ruang gerak beraktivitas di luar rumah

photo by @actmalang

photo by @actmalang via http://www.instagram.com

Coba kita bayangkan jika karena suatu keadaan, kita harus libur beraktivitas di luar rumah? Mungkin hal pertama yang kita rasakan adalah perasaan senang karena seharian bisa bermalas-malasan di rumah. Namun, bagaimana rasanya jika aktivitas yang biasanya dilakukan di luar rumah menjadi berhenti selama berhari-hari? Pasti perasaan senang malah menjadi perasaan bosan kan.

Advertisement

Karena terbatasnya ruang gerak dalam beraktivitas di luar rumah, akan menimbulkan kerugian di beberapa bidang, khususnya di bidang ekonomi yang kian menurun dan di bidang pendidikan dengan diliburkannya kegiatan belajar mengajar.

“Di sini sekolah diliburkan, kasihan banyak adik-adik yang jadi tertinggal pelajarannya” (Uyi, 25 tahun, Riau).

3. Merasakan sakit sesak napas sebagai dampak negatif seringnya menghirup kabut asap

Advertisement
photo by @mountaineering_indonesia

photo by @mountaineering_indonesia via http://www.instagram.com

Dampak negatif karena seringnya menghirup kabut asap sudah tidak bisa dianggap remeh lagi, dan dampak negatif itulah yang mulai dirasakan oleh tubuh manusia atau bahkan hewan yang mempunyai batas toleran terhadap kabut asap yang masuk ke dalam tubuh setiap harinya.

Masyarakat mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan dari seringnya menghirup kabut asap yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), dan penanganan dampak kabut asap itu dengan cara memakai masker (seperti masker N95) dan Oxycan. Meski demikian, masih banyak masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan tanpa penggunaan masker, karena minimnya pengetahuan tentang pentingnya penggunaan masker.

“Tahun 2015 lalu, saya pernah merasakan kabut asap sampai sakit sesak napas dan dibawa ke rumah sakit. Dan selama berhari-hari memakai oksigen kecil di kantor maupun di rumah jika kondisi kabut asap terasa parah, meski terasa tidak nyaman” (Dwi, 29 tahun, Pekanbaru).

“Semakin sulit bernapas, mau kembali ke Bukittinggi, tapi kondisi udaranya kurang lebih sama. Jadi terpaksa tetap tinggal di Riau yang kondisi udaranya semakin mengkhawatirkan” (Shahmi, 30 tahun, Riau).

4. Setiap hari menghirup kabut asap yang kian mengkhawatirkan

photo by @jendelakhatulistiwa19

photo by @jendelakhatulistiwa19 via http://www.instagram.com

Pernah kah kita lewat di depan orang yang sedang membakar sampah? Hingga asapnya bisa menyebar ke semua penjuru mata angin, pasti pernah dan sering kan? Pada saat itulah cobalah kita berhenti beberapa menit di sekitar tempat pembakaran sampah, apa yang kita rasakan? Sesak napaslah yang mulai terasa dan ingin rasanya kita marah-marah ke orang yang sudah membakar sampah di tempat sembarangan.

Hal itu juga yang setiap harinya saudara kita rasakan yang ada di pulau Sumatera dan Kalimantan, namun saudara kita tidak tau harus marah kepada siapa.

“Kami seperti bisa merasakan kualitas udara yang kami hirup sudah pada tingkat berbahaya” (Sofi, 24 tahun, Jambi).

“Kabut asap masih mendominasi di mana-mana” (Aurelia, 20 tahun, Pontianak).

5. Doakan kami!

Photo by Rudolf Jakkel from Pexels

Photo by Rudolf Jakkel from Pexels via https://www.pexels.com

Semoga bencana kabut asap di beberapa wilayah Sumatera dan Kalimantan segera mereda, dan hal ini bisa menjadi pembelajaran yang berharga bagi kami ke depannya untuk lebih mencintai alam khususnya hutan yang menjadi paru-paru dunia.

Dan semoga juga ke depannya tidak ada lagi istilah “mereka” yang menjadi korban dari pekatnya kabut asap, melainkan istilah “kami” yang selalu menghirup udara segar dari kebaikan hutan dan sang pencipta.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya perempuan, saya Indonesia ... Dan, saya perempuan Indonesia

CLOSE