Selain IPK Cumlaude, ini 5 Cara Lain untuk Membahagiakan Dosenmu!

Ada beberapa alasan mengapa IPK cumlaud menjadi idaman para mahasiswa. Pertama, tentunya pengorbanan selama 4 tahun kuliah dapat terbayar dengan mendapatkan predikat cumlaude tersebut. Kedua tentunya agar orang-orang di sekitar kita menjadi proud dengan semua kerja keras yang pernah kita lakukan selama berada di bangku kuliah, terutama kepada kedua orang tua kita. Ketiga adalah untuk membahagiakan sang dosen. Namun ternyata gaes, IPK cumlaude bukanlah satu-satunya obat mujarab yang dapat kita lakukan untuk membahagiakan sang dosen.

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membahagiakan sang dosen.

1. Rajin kuliah

Rajin kuliah dan ketemu temen via https://restualpiansah.wordpress.com

Advertisement

Kuliah itu adalah proses untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Ibarat kata ingin naik ke lantai tiga, kita butuh tangga agar bisa sampai ketujuan. Tidak bisa tiba-tiba terbang seperti burung. Nah, hal ini juga sama dengan kuliah. Kita tak bisa tiba-tiba sukses tanpa proses.

Dalam kuliah itu seharusnya yang lebih dinikmati adalah prosesnya, bukan hanya sekedar ijazahnya semata. Dosen sangat suka dengan mahasiswa yang rajin datang kuliah, meskipun otak kita tidak terlalu pintar, namun hati dosen terkadang akan luluh dengan kehadiran kita dalam perkuliahan. Setidaknya mereka akan menghargai usaha kita untuk menuntut ilmu.

Jadi, tanpa IPK Cumlaude pun kalian sudah dapat membanggakan bahkan bisa dihargai dosen, apalagi Cumlaude, itu malah bonus bagi dosen. So… Masih malas datang kuliah? Jangan dong ya…. Hari gini masih nebeng tanda tangan? Apa kata Gayus.

Advertisement

2. Senantiasa tersenyum dan menyapa terlebih dahulu

Senantiasa tersenyum dan menyapa terlebih dahulu via https://google.com

Kali ini benamkan ego kita yang selalu ingin disapa terlebih dahulu oleh orang lain. Kali ini kita yang harus mengalah dengan cara terlebih dahulu tersenyum dan menyapa dosen terlebih dahulu. Kok harus kita duluan sih?? Hey…. Dosen itu bukannya egois atau sok gaya ingin disapa terlebih dahulu, tapi perlu kita maklumi.

Penghuni kampus itu bukan cuma kita saja kan? Ada ribuan mahasiswa yang harus dihadapi oleh seorang dosen, sebagai seorang manusia biasa yang tak sempurna ia juga tak akan mungkin menghafal wajah atau nama kita satu persatu. Sehingga ketika bertemu dengan kita, ia juga tak enak sembarang senyum dan menyapa terlebih dahulu, karena ia malah takut sok kenal.

Advertisement

So…. Simpan egoisme kita sendiri, jangan malu dan gengsi menyapa terlebih dahulu. Justru dengan senyum dan menyapa terlebih dahulu setiap berpapasan akan membuat dosen semakin mengenali wajah kita. Dengan demikian, dosen akan semakin senang dengan sapaan yang kita berikan. Senyuman yang ia berikan bahkan setara dengan pada saat ia melihat mahasiswanya meraih predikat cumlaude. So kita bahkan tak perlu dapat cumlaude terlebih dahulu baru bisa mendapatkan senyuman manis seorang dosen.

Nah tapi dampak negatifnya adalah, kalau elu lagi punya utang buku kuliah, ini mah bakal benar-benar membuat elu dikenang sepanjang masa deh oleh beliau. Kalau wajah kita mungkin diukir di atas air, tapi kalau utang buku kita, kayaknya diukir di atas batu gaes….

So sebelum senyumin beliau terlebih dahulu, pastikan elu kagak punya utang buku, cari aman aja dengan cara belok kanan cari jalan lain.

3. Aktif bertanya dan mengemukakan pendapat

Aktif bertanya dan mengemukakan pendapat via https://google.com

Aktif bertanya dan rajin mengungkapkan pendapat bukan berarti cari muka ya…. Cari uang baru bagus…(Nah gue ngomong apa ya? Hahaha maklum anak ekonomi akuntansi, kalau nggak bahas utang, yang uang yang dibahas, hahaha).

Jangan takut bertanya kepada dosen, toh mereka juga bukan zombie, kan, yang kalau kita mendekat bakalan langsung dijadikan mangsa. Dosen akan merasa penjelasannya di kelas didengarkan oleh mahasiswa ketika mahasiswanya memberikan pertanyaan.

Simple aja, kalau elu curhat sama teman, tapi kagak ada respon sama sekali kesel nggak? Ya kesellah, itu kan tandanya ia tidak paham dan tidak konsentrasi dengan curhatan kita. So… Apapun pertanyaan dan pendapat kalian, ungkapkan saja. Inget ya kagak ada yang namanya pertayaan pintar dan bodoh, tidak ada yang namanya pertanyaan bagus dan jelek. Semua sama.

Kalau memang kita tidak tahu, mengapa harus dipendam. Ini ibarat bunyi petuah Wiro Sableng, simpan pertanyaan dalam hati ibarat nahan ketut dalam perut. Tidak dikeluarkan sakit perut, tapi kalau dikeluarkan, Buyar….. hahahaha…. Iya buyar, tapi selesai itu plong kan? So nggak perlu nunggu dapet cumlaude dulu kan buat bisa disayang dosen? Rajin bertanya saja bisa buat dosen kita jatuh cinta, apalagi cumlaude….

Wah luar biasa itu kawan.

4. Jujur

Ini alasan mengapa kita tidak boleh mencontek. Dan bahkan mencontek itu haram. Alur logikanya dapat dijelaskan melalui Life Cycle of Nilai Haram. Sekarang kita mencontek pada waktu ujian. Oke lolos dapet A. setelah itu nilai tersebut akan muncul di transkrip nilai. Jangan bangga broo, nilai A itu adalah nilai haram, karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Lantas apa bedanya kalian sama copet, koruptor, dan pembunuh? Sama-sama mengerjakan pekerjaan yang haram kan? Setelah itu, kalian lulus kuliah dengan nilai yang haram. Kemudian, lamar pekerjaan dengan nilai haram. Selamat dapat pekerjaan, tapi ingat lagi, itu pekerjaan haram, karena diperoleh dengan cara menyodorkan nilai A yang merupakan nilai haram.

Setelah kerja, dapat posisi keren. Tapi inget, itu masih haram. Akhir bulan, saatnya menikmati hasil kerja keras, yaitu gaji. Eitss… inget lagi deh, itu adalah gaji haram. Karena pekerjaan yang kamu lakukan diperoleh dari cara yang haram. Setelah menikah, maharmu adalah mahar haram. Beri istri makan dengan gaji haram. Setelah punya anak, anakpun kita suapi dengan makanan haram. Dan akhirnya, muncullah anak yang tidak kita inginkan perilakunya.

Jangan salahkan mereka, mereka tak tau apa-apa, sebaliknya berkaca saja ke masa lalu. Atas apa yang telah kita lakukan semasa kuliah dulu. Berat banget kan ? oleh karena itu bersikaplah dengan jujur. Percuma pinter kalau nggak jujur. Pejabat kita semuanya rata-rata lulusan luar negeri, namun sayang akhirnya masuk hotel jeruji besi. Kejujuran itu mahal, jadi harus tetap dijaga. Bahkan dosen akan sangat bangga dengan mahasiswa yang senantiasa menjunjung nilai kejujuran, dibandingkan dengan mahasiswa yang hanya menjunjung nilai A namun tidak didasarkan oleh nilai kejujuran. Eits….Kayak berada di pengajian gitu ya… Curhat donk mah…..

5. Sopan

Percuma cumlaude kalau kelakuan kayak kuda lumping, dosen kagak bakalan respect sama kita. Tapi alangkah baiknya, jadi calon cumlaude dan sopan. Siapa sih yang nggak suka dengan cowok atau cewek yang sopan? Kalau ada berarti kalian perlu dibawa ke RSUP Mataram buat ikut uji nyali… hahahah…

Jadilah orang yang sopan agar dosen bisa kelepek-kelepek dengan loe. Bersikap sopan itu akan membuat tampilan kita semakin menarik dan rapi dipandang. Mahasiswa sopan itu ibarat produk berbungkus cantik dan rapi. Elu mau nggak beli barang yang rusak dan tak bersegel? Nggak kan? Nah dosen juga kayak gitu, mana mau dia mengharagai mahasiswa yang tidak sopan.

Bersikap sopan itu adalah salah satu kunci serep untuk bisa membahagiakan dosen. Kagak perlulah sampai bawa parsel kerumah dosen cuma sekedar untuk membahagiakannya, and jujur dosen juga kagak suka disogok parsel, tapi mobil. Nah elu mampu ngasi mobil nggak buat bisa membahagiakan dosen? Kagak mampu kan?? Tapi untungnya dosen tidak perlu diberikan mobil untuk bisa membuatnya bahagia, cukup bersikap sopan saja. Bersikap sopan mencerminkan jiwa mahasiswa cumlaude.

So mulai besok pagi, mulai benahi sikap ya sama dosen. Benahi juga tuh barang-barang di kost, sekalian pindah kost… hahahaha

6. Rajin mengerjakan tugas kuliah

Rajin mengerjakan tugas kuliah via https://google.com

Nggak ada istilah “Tuhan itu memberikan cobaan sesuai kemampuan hambaNya, sedangkan dosen memberikan tugas melebihi kadar kemampuan mahasiswanya”.

Inget ya, itu tidak ada. Ini peninggalan bangsa Belanda, tapi sekarang sudah tidak berlaku lagi… Ungkapan itu cuma diungkapkan oleh mahasiswa pecundang dan sudah tak punya harapan lagi untuk kuliah. Ungkapan itu hanya diucapkan oleh mahasiwa yang malas mengerjakan tugas.

Kawan… Tugas itu tujuannya apa sih? Yang jelas dosen itu tidak iseng-isengan memberikan tugas. Terkadang kita tak pernah membuka web materi kuliah atau buku kuliah kalau tidak ada tugas, belajarnya pun palingan pas mau UTS atau UAS saja (Termasuk Gue…hihi) Nah gimana mau pinter….

Kalau kita sadar dan tanamkan dalam hati kita sendiri bahwa tugas itu nantinya akan membuat kita pintar, maka tak akan satupun kata keluhan yang akan keluar dari mulut kita. And on the other hand, kalau tugas itu kita anggap sebagai beban, ya implikasinya beban itu harus dilaporkan ke laporan laba rugi untuk dijadikan sebagai akun pengurang pendapatan. Nah…. Kok gue ngonect ke sini ya? Sorry pemirsah, gue sampai lupa kalau ini lagi ngerjain artikel bebas, bukan ngerjain akuntansi. Hehehe….

Back to tugas. Kalau tugas itu kita anggap sebagai beban, maka selamanya hati kita ini akan terbebani, sehingga yang ada bukan semangat belajar yang muncul, tapi malah kemalasan. Gue mau curhat sedikit tentang pengalaman tugas. Dulu waktu gue masih semester 4, masih muda gitu, ada dosen yang dianggap killer nyuruh gue buat nyari data DPA ke seluruh SKPD di kota Matatam. Gile kan nih dosen…. Dengan terpaksa gue jalankan. Bolak-balik kantor gubernur, mondar-mandir kayak masuk dapur ke kantor Dinas SKPD. Lelah binggo deh pokoknya.

Ehh ternyata ketika otak gue kebentur tembok, gue sekarang sadar, kalau nggak ada tugas itu, gue nggak bakalaan pernah tau seperti apa kantor gubernur itu, seperti apa kantor dinas SKPD itu, seperti apa cantik-cantiknya mbak-mbak sekretaris di masing-masing dinas.. Alahhhh…. Stop Restu, insyaf lue…..

Sekarang kalau elu mau pergi ke kantor gubernur dan butuh guide, hubungi aja gue, gue hafal kok seluruh ruangan yang ada di sana, bahkan beberapa staf kegubernuran. Hahahaha….

Dari sana dapat kita tarik kesimpulan bahwa selama tugas itu kita jadikan sebagai alat untuk menjadikan kita pintar, maka kita akan tetap nyaman mengerjakan tugas kuliah, bahkan dengan enteng. (Buat dosen gue yang baca, tapi jangan sering-sering ngasi tugas ya pak/buk… ini Cuma tulisan seremonial saja… heheheh).

Nah kalau rajin mengerjakan tugas dosen, kita tidak perlu menunguggu cumlaude dulu baru bisa membahagiakan dosen, rajin mengerjakan tugas saja sudah membuat beliau benar-benar bahagia luar biasa. Karena beliau akan merasa sangat dihargai. So kalau mau disayang dosen, rajin-rajin mengerjakan tugas ya.

7. Pejuang keras

Jadilah pejuang keras via https://google.com

Yep bener…. Pejuang keras. Kalau zaman 45 dosen suka sama mahasiswa yang pekerja keras dalam melawan penjajah, sekarang kita tak perlu perang dulu baru dianggap sebagai pejuang keras oleh bapak dan ibu dosen di kampus. Pejuang keras artinya rajin belajar, rajin mengerjakan tugas, rajin ibadah, rajin bertanya, pokoknya semua yang rajin deh…. Capek gue ngetik kalau sebutin one by one…

Intinya gini, cewek itu paling suka sama cowok yang mau berkorban untuknya. Apalagi memiliki sikap pejuang keras. Nah begitu juga dengan dosen, selain IPK cumlaude bisa membuat beliau klepek-klepek, menjadi pejuang keras pun dapat membuat beliau menjadi kelepek-kelepek bahkan teler kepada kita. So mulai sekarang, stop menjadi pemalas, mulai sekarang mulailah menjadi mahasiswa pejuang keras. Jangan waktu makan aja lue jadi Pejuang Keras. Hihihi….

Nah itu dia beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk membuat dosen bahagia selain memberikan beliau hadiah IPK CUMLAUDE. Tetap semangat belajar dan tetaplah fokus dengan cita-cita yang kita impikan. Selamat berjuang kawan…..

Ehya… Buat yang read Tulisan gue, doakan gue juga agar kelak bisa mendapat gelar Certified Fraud Examiner (CFE)…. Kalian baik deh… Semoga kalian juga dapat menggapai cita-cita kalian. Amin.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Financial Analyst and Novelist

CLOSE