5 Hal yang Seharusnya Tidak Dijadikan Konten, Jangan Asal Upload!

Jadi content creator mungkin menjadi profesi yang menggiurkan di zaman serba digital seperti sekarang. Bayangkan saja, jika kita membuat konten yang menarik, banyak yang nonton, memberi emot suka, bahkan untuk beberapa aplikasi ada pilihan sawer yang bisa dikonversikan menjadi uang yang tidak sedikit. Belum bila ada kerjasama endorsement, dengan rate card yang beragam, kita bisa menjadi kaya dalam waktu singkat.

Ya, tapi untuk menghasilkan konten yang disukai khalayak memang tidak mudah dan banyak perjuangan. Dan sebaiknya sebelum membuat konten, pastikan agar tidak mengunggah konten-konten seperti di bawah ini.

Seperti apa tuh? Lebih jelasnya, mari kita bahas tentang 5 hal yang seharusnya tidak dijadikan konten.

Advertisement

1. Menyangkut Privasi

pic by @cardmapr via unsplash.com

pic by @cardmapr via unsplash.com via https://unsplash.com

Masih banyak dari kita yang belum tahu bahayanya menyebar hal-hal yang bersifat privat. Seperti nama, alamat lengkap, tanggal lahir, nomor telepon, plat nomor kendaraan dan lain-lain.

Bukan karena tanpa sebab, melainkan mencegah hal-hal buruk yang tidak diinginkan. Seperti mengundang penguntit, terjadinya doxing, bahkan yang sedang marak terjadi adalah identitas pribadi kita, dijadikan alat untuk mendaftar ke pinjol oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Advertisement

2. Segala Hal yang Tanpa Izin

pic by @joshrose via unsplash.com

pic by @joshrose via unsplash.com via https://unsplash.com

Sering nggak sih, kalian melihat konten entah itu Reels atau Tiktok, meng-upload video orang-orang yang tidak dikenal? Walaupun untuk sekadar lucu-lucuan ataupun memuji karena cantik atau ganteng, tapi bukankah sesuatu yang tanpa izin itu nggak baik ya?

Dan terdengar so creepy, jika kita lagi enak diem, tahu-tahu ada orang asing yang merekam gerak-gerik kita, lantas menjadikannya meme atau bulan-bulanan di media sosial. Jejak digital yang nggak bisa dihapus sampai kapanpun. Hati-hati loh, menyebarkan tanpa consent bisa terjerat hukum karena telah melanggar UU ITE!

3. Eksploitasi

Advertisement
pic by @sxth via unsplash.com

pic by @sxth via unsplash.com via https://unsplash.com

Mandi lumpur, guyur air 100 kali, cubit pipi anak, mungkin dari kita pernah melihat konten semacam itu di beranda media sosial. Terlihat biasa saja, tapi tahukah kamu bahwa hal tersebut merupakan sebuah eksploitasi?

Apalagi objek konten tersebut adalah orang-orang yang tak berdaya seperti orangtua atau anak kecil. Tidak jarang, isi kontennya pun bisa membahayakan.

Ada sosok content creator di belakang layar ini yang mengeksploitasi mereka. Mengiming-imingi dengan uang, juga ada yang melalui paksaan. Tidak terbatas pada manusia, konten eksploitasi ini juga bisa terjadi pada binatang.

4. Konten Dewasa

pic by @chuklanov via unsplash.com

pic by @chuklanov via unsplash.com via https://unsplash.com

Hal yang keempat ini, mungkin sudah paling dulu dilarang bukan hanya di media sosial melainkan di layar kaca. Konten “dewasa” selain melanggar hukum, juga melanggar nilai-nilai norma sosial dan agama.

Di era digital seperti sekarang, di mana hal-hal seperti itu bisa sangat mudah diakses oleh anak-anak di bawah umur, yang memancing penasaran mereka, sehingga terdorong untuk melakukan hal yang sama. Apalagi bila tak ada pengawasan dari orang-orang di sekitar. Waduh, bahaya nggak tuh?

Perlu diingat jika ini berbeda dengan sex education. Pendidikan seks menyoroti hal-hal meliputi kesehatan alat reproduksi, juga memberi pengertian tentang batasan privasi, mencegah terjadinya pelecehan seksual.

5. Hoaks

pic by @austindistel via unsplash.com

pic by @austindistel via unsplash.com via https://unsplash.com

Hal terakhir yang sebaiknya tidak dijadikan konten adalah hoaks, alias berita palsu. Apalagi dibungkus dengan judul yang click bait, sehingga kadang tanpa melihat kontennya sendiri pun, masyarakat kita mudah terhasut.

Udah sering dong, dapet konten hoaks yang disebarkan di grup Whatsapp? Konten seperti itu selain membohongi publik, kadang juga menggiring pada kebencian yang bisa menyebabkan pertikaian horizontal.

Pasti nggak mau kan, mengulangi kejadian seperti saat-saat menjelang pemilu atau saat isu vaksin? Penyebaran konten hoaks bisa dipidana, banyak yang sudah menjadi contoh para content creator yang akhirnya berakhir di jeruji besi karena membuat konten yang tidak benar.

Kelima hal yang seharusnya tidak dijadikan konten tersebut ironisnya, paling sering memikat banyak penikmat konten. Sehingga sering kali para content creator yang membuat konten bermutu menjadi patah semangat.

Eits, tapi jangan menyerah ya, buktinya masih banyak kok, orang-orang yang lebih menyukai konten yang positif, informatif juga menarik. Kita hanya perlu konsisten dan terus kreatif melakukan hal-hal baru yang bermanfaat.

Tetaplah berkarya, SoHip!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

penyuka buku, coklat, kamu, dan SEVENTEEN. 90 Line :)

Editor

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

CLOSE