Untukmu yang Saat Ini Masih Berproses, Umur Bukan Menjadi Tolak Ukur Suksesmu

Generalisir pencapaian seseorang terhadap umur yang pada akhirnya dijadikan tolak ukur mengenai banyak hal menjadikan seperti sebuah ancaman bagi sebagian orang dan tidak sedikit juga yang seperti dihantui hingga stres bahkan depresi dengan penyamarataan pencapaian ini.

Sebut saja seperti usia ideal menikah, usia ideal bekerja, usia ideal memiliki anak, dan berjuta-juta usia idel lainnya. Tingkat stres ini pun diperparah dengan lingkungan sekitar yang tidak memberikan dukungan terhadap kita.

Pada akhirnya beban ini malah akan terus membebani kita sehingga mengikis semangat juang, terutama bagi yang sudah melewati “usia ideal” sampai harus membuang mimpi, menurunkan target, dan terlalu pasrah dengan nasib.

Semoga saja hal-hal yang ada disini dapat memantik kembali semangat gerak kita semua ya!

Advertisement

1. Kelamaan Menganggur Setelah Lulus? Lihat Jabatan Temanmu Yang Sudah Tinggi. Terlalu Pilih-Pilih Kerjaan Sih!

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Jangan terlalu idealis cari kerja, apa aja yang penting kerja dulu

Mungkin itu yang sering didengar oleh para pencari pekerjaan yang terlalu lama menganggur setelah lulus sekolah atau kuliah. Hal ini sudah seperti menjadi notifikasi yang berbunyi terus menerus di manapun, saat berbicara dengan siapapun, dan kapanpun waktunya.

Advertisement

Mungkin saja kita termasuk salah satunya yang pernah atau bahkan sering berbicara seperti ini kepada teman kita yang sedang menganggur, sebaiknya hentikan perkataan seperti ini.

Banyak faktor yang kita tidak tahu seperti mungkin saja jurusannya sedang tidak ada kebutuhan pekerjaan, mungkin saja dia sudah melamar berbagai pekerjaan sampai harus “membuang” ijazahnya, mungkin saja dia sudah berkali-kali ikut seleksi namun gagal, dan berbagai alasan lain yang menyebabkan kondisinya seperti ini.

Advertisement

Lebih baik kita dukung orang sekitar kita dengan memberikan informasi lowongan pekerjaan, ajak diskusi mengenai hal-hal yang menjadi kendalanya saat ini, dan hal-hal berguna lainnya.

Dan bagi kamu yang sedang berada di posisi ini, tetap semangat. Mungkin saja kamu belum mendapatkan rezeki yang sesuai. Namun bisa saja saat bekerja kamu mendapatkam promosi jabatan yang lebih cepat ketimbang temanmu yang sudah bekerja terlebih dahulu, atau mungkin saja kamu lebih cepar diangkat menjadi karyawan tetap daripada temanmu yang masih karyawan kontrak, atau bisa saja hasil yang kamu terima lebih tinggi secara finansial dari temanmu saat ini.

Jangan pernah berhenti berproses, jangan pernah berhenti mengembangkan diri, dan nikmati waktu kosongmu dengan hal-hal bermanfaat. Percaya saja, selalu ada hal baik bagi orang yang berusaha.

2. Usia Menikah Ideal 25 Tahun? Di atas 30 Tergolong Lapuk?

Sepasang Tangan Dengan Cincin Pernikahan

Sepasang Tangan Dengan Cincin Pernikahan via http://unsplash.com

Masih belum dapat dipahami bagaimana standar mengenai usia pernikahan ini terjadi. Pernyataan seperti ini selalu menyudutkan orang-orang yang belum dipertemukan dengan pasangan hidupnya.

Menikah itu bukan tentang usia, tapi tentang kesiapan. Kesiapan emosional, kesiapan waktu, kesiapan berkomitmen, dan kesiapan finansial. Ini tentang bagaimana kita akan membina sebuah hubungan jangka panjang dengan seseorang yang berasal dari keluarga berbeda, kebiasaan berbeda, cara berfikir yang berbeda, dan berjuta-juta perbedaan lainnya yang harus diolah bersama dalam sebuah hubungan.

Bisa saja seseorang yang belum menikah memang memiliki tanggung jawab menafkahi adik-adiknya karena orang tuanya sudah tidak mampu, atau sedang memantapkan diri, atau pula memang belum diberikan jalan oleh kehidupan untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

Atau ada pula yang sudah menikah sebelum 25 tahun namun menghadapi beberapa cobaan, seperti terlambat diberikan keturunan, perjuangan finansial yang lebih sulit karena harus menanggung nyawa orang lain, atau bahkan sampai menghadapi perpisahan di usia pernikahan yang cukup dini karena belum cukup matang untuk mengendalikan emosi.

Bagi kamu yang sedang dalam fase ini, selalu ingat bahwa Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan, selalu ada waktu yang tepat jika kita yakin dan mau berusaha. Tetap jalani segala pilihanmu.

Kita memiliki standar pernikahan masing-masing dan nikmati masa sendirimu saat ini. Jangan sampai pikiran orang lain lebih mendominasi pikiran kamu ya!

3. 100 Juta Pertama Sebelum Usia 30 Tahun

Photo by mentatdgt from Pexels

Photo by mentatdgt from Pexels via https://www.pexels.com

Banyaknya penghargaan yang menjadikan usia 30 tahun sebagai patokan usia kesuksesan memang memacu banyak orang untuk menjadikan usia 30 sebagai usia yang cukup “berbahaya”.

Apalagi ditunjang dengan pemberitaan dan gaya hidup dari orang-orang yang sudah “jadi” sebelum usia 30 tahun.

Namun hal ini pun bukan merupakan tolak ukur yang harus setiap orang menerapkannya dalam kehidupan. Kita semua pasti memiliki target pencapaian kesuksesan dengan tolak ukur masing-masing. Namun, kita sebagai manusia hanya bisa berencana, berusaha, dan berdoa sedangkan hasil akhir tetap berada dari Tuhan.

Banyak kok yang sukses selepas usia 30 tahun, diberikan panjang umur dan kesehatan, masih bisa mengikuti kegiatan sosial lingkungan, masih bisa berwisata, dan hal-hal membahagiakan lainnya.

Daripada kita tetap memaksakan dengan target 30 tahun harus punya ini-itu namun tidak peduli dengan kesehatan dan lingkungan sekitar yang pada akhirnya kondisi kesehatan memburuk dan tidak memiliki teman yang bisa diajak berdiskusi sambil minum kopi diakhir pekan.

4. Kuliah Kok Lebih dari 4 tahun? Ngapain Aja Selama Kuliah?

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Memang benar, semakin cepat selesai kuliah maka banyak hal baik yang bisa kita dapat lebih cepat juga. Seperti penghematan biaya semester dan lebih cepat menyandang gelar akademis.

Namun, ada banyak hal yang bisa dilakukan walaupun kamu masih berkuliah kok. Kita bisa tetap bekerja saat sedang kuliah, selama kita dapat mengatur waktu dengan baik dan pasti ada pengorbanan 1-2 tahun mengundur masa perkuliahan karena kita fokus dengan pekerjaan.

Ada juga yang aktif dengan kegiatan organisasi dan kegiatan sosial saat kuliah, hal ini dapat melatih kita sebelum benar- benar terjun ke masyarakat dan lingkungan pekerjaan.

Selain itu, bahkan jika kita sudah bekerja saat kuliah, menikah saat masih mahasiswa pun sebenarnya sah-sah saja selama kita bisa berkomitmen dengan pekerjaan, pendidikan, dan rumah tangga kita. Terlebih jika kita memang berkuliah menggunakan uang pribadi ya.

Tapi hal ini bukan dijadikan dasar pembenaran buat kamu yang kuliahnya sangaaatttt lama (bahkan sampai lebih dari 7 tahun lalu pindah kampus untuk mengulang lagi) tapi masih kuliah menggunakan orang tua ditambah lagi tidak ikut berbagai kegiatan positif, tidak bekerja, dan hanya menolak menjadi tua dengan selalu bersenang-senang dengan status kemahasiswaanmu ini. Kalau terus begini, kamu akan ketinggalan jauh dengan orang sekitarmu.

Hindari menjadi seperti ya!

5. Punya Usaha Sebelum Usia 25, Jangan Mau Jadi Budak Korporat Terus!

Seseorang Yang Sedang Bekerja

Seseorang Yang Sedang Bekerja via http://unsplash.com

Ini sih yang paling kacau

Menjadi wirausaha memang baik dan berbagai program pemerintah pun untuk meningkatkan persentase masyarakat yang menjadi wirausaha dengan berbagai program-program penggerak wirausaha dari berbagai sektor.

Namun menjadi wirausaha tidak semudah yang ada dalam konten-konten di media dengan pengemasan yang menggiurkan.

Meskipun terkesan memiliki waktu yang bebas, menjadi pengusaha sebenarnya harus berani memberikan 24 jam kehidupannya untuk usahanya.

Setiap hari harus bertaruh dengan ketidakpastian penghasilannya, apakah mampu bertahan hidup, apakah mampu membayar ini-itu, apakah mampu menabung, dan ketidakpastian lain yang cukuo menyiksa batin.

Selain itu pula dalam berwirausaha pun dibutuhkan ilmu yang mumpuni, jangan memaksakan menjadi wirausaha karena dikejar dengan target umur sekian harus bla bla bla, namun pelajari dulu usahanya bisa dengan cara membaca buku, bekerja di perusahaan sejenis, dan sumber keilmuan lain.

Yang paling berbahaya adalah masalah keuangan. Mungkin sebagian pengusaha turun temurun memiliki keilmuan dan modal yang cukup, ditambah lagi dengan lingkungan yang mendukung. tapi bagaimana dengan orang yang dilahirkan tidak seberuntung itu?

Mereka harus bekerja dan menabung terlebih dahulu sampai modal dirasa cukup atau mereka harus melakhkan pinjaman yang bahkan beresiko.

Berwirausaha dimulai dari umur berapapun baik kok, selama kita sudah yakin dengan segala persiapan dan resiko yang pasti akan dihadapi sebagai wirausaha.

 

Bagi yang berjuang, selalu ingat bahwa kita hidup bukan untuk menyenangkan dan menuruti omongan orang lain. Menerima saran boleh saja, namun selalu ingat bahwa kita adalah tokoh utama dalam kehidupan kita sendiri. Senang atau pedih, kita yang akan mengalaminya.

Tetap semangat berproses ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Define Your Own Success, Create Your Own Future.

CLOSE