Untukmu di Sana, yang Kini Berganti Aku Rindukan

 

“Terima Kasih” aku sanjungkan kepadamu sedalam-dalamnya karena telah menyadarkanku tentang berharganya penyesalan. Dari situ aku belajar memahami bahwa tak seharusnya aku bersusah payah mengejar rindu yang aku sendiri tak tahu dimana ujungnya. Sementara begitu dekatnya, ada rindumu yang diam-diam menantiku namun ku lewatkan begitu saja.

Dan begitulah semua penyesalan ini silih berganti. Memutar balik semua rindu yang kau hadirkan dulu, menjadi kepunyaanku dan terus tersemat di kepalaku. Bukan, lebih tepatnya ada di ujung ruang kecil yang tak pernah peka sedikitpun membaca siapa nama yang ingin menembus masuk kedalamnya. 

 <>1. Maaf aku tak penah menyadari, bahwa segala yang kau siratkan untukku rupanya diam-diam terselip sebuah harapan.
german-love-padlock-large

german-love-padlock-large via http://www.pexels.com

Masih melekat hangat di memori dan sepasang pelupuk mata ini. Guratan-guratan senyum yang kau lontarkan, percakapan kita yang tak pernah kita alphakan, ajakan keluar walau hanya sekedar mencicipi makanan ringan, bahkan sampai pesan singkat yang berujung kekhawatiran saat kau tak mendapatiku seharian.

Rupanya itu semua mengartikan bahwa ada hal yang seharusnya patut diperjuangkan lebih dalam, bukan hanya sekedar perhatian semata untuk seorang teman.

Tak jarang pula kau lemparkan bertubi-tubi semangat, saat aku pupus akan sosok teman kelas sebelah yang tak kunjung aku dapatkan. Bahkan dangkalnya aku, terus saja memaksamu mencarikan solusi yang ternyata kuketahui sekarang, itu membuatmu menahan rasa sakit yang entah sengaja atau tidak ku sebabkan.

<>2. Aku tak mengerti ini keajaiban atau bahkan karma yang sedang menuntut balik pertanggung jawaban atas perasaan yang dulu terabaikan.
book-book-pages-burned-pages-large

book-book-pages-burned-pages-large via http://www.pexels.com

Mungkin ini sebuah hukuman alam yang dinobatkan kepadaku, atas kebodohanku dulu yang tak pernah bisa menilai seberapa pentingnya menghargai keberadaan seseorang yang dengan ikhlasnya rela membagi ribuan waktunya untukku.

Terlebih lagi perhatianmu kala itu………..

Sesungguhnya aku tak dapat memecahkan nalar ini baik dengan rumus matematika ataupun fisika. Kenapa saat dirimu mulai perlahan berjalan dari tempatku berdiri, aku begitu sangat kehilangan. Kini yang aku tahu, aku begitu merindukan sosokmu yang slalu ada di sela-sela aktivitasku. Yang tak pernah henti mengingatkan :

“masih ada rindu lain kok,
masa iya kamu mau nunggu dia terus?”

 

<>3. Aku tak tahu harus bahagia atau sebaliknya, ketika kau ganti bercerita bahwa kini kau memiliki satu nama untuk kau pamerkan kepadaku.
Couple-breaking-up-595x396

Couple-breaking-up-595x396 via http://www.venusbuzz.com

Sepertinya kesalahan terbesarku ialah, ketika aku terlalu ambisius terpaku lama menatap satu senja yang semakin lama semakin menggelap. Membuang waktu dan tak pernah terbesit sedikitpun menoleh kearahmu.

Hari ini aku begitu menyadari, bahwa ketika aku tak dapat apa yang ku ingini dulu, masih ada uluran tangan dan tingkah absurdmu yang selalu saja bisa membantuku melepaskan keluh kesahku itu.

Tapi inilah sebuah penyesalan. Begitu ingin kutarakan apa yang aku rasa, rupanya kau pun diam-diam balik bercerita, bahwa kini kau pun punya satu nama yang kini bersemayam rapih di hatimu. Sosok itulah yang kini tengah berhasil menggenggam erat jemarimu.

<>4. Dalam diam kadang aku suka menerka, masih adakah kesempatan kedua? Baik itu waktu yang mengantarkanku kembali atau mungkin momen hati yang dipaksa tercipta lagi.
bench-forest-trees-path-large

bench-forest-trees-path-large via http://www.pexels.com

Mungkin kolot jika ku berharap kesempatan kedua datang mengiming-imingiku lagi.  Namun, nyatanya aku tak bisa menyembunyikan secara rasional, bahwa akupun masih berharap momen kedekatan kita bisa terulang lagi. Aku selalu membiarkan pikiran ini bebas bernostalgia dengan lembaran-lembaran tentang dirimu, sampai ia larut dengan sendirinya.

Aku menyadari betapa egoisnya aku, betapa arogansinya tingkahku yang tak bisa sepertimu saat itu. Mencoba berbesar hati menerima akan kekalahan yang terlambat aku perjuangkan.

Seandainya dulu kau sempat tanyakan :

“apakah aku memiliki rasa yang sama denganmu?”

<>5. Seperti halnya daun yang terjatuh dari pohonnya, tak akan bisa ia tergantung lagi merimbuni rantingnya. Sudahlah.
leaf-fall-foliage-large

leaf-fall-foliage-large via http://www.pexels.com

Mungkin sama seperti kisah ini. Seberapa banyak aku menimbun penyesalan, toh takdir ini tak akan lagi sama, seperkian detik waktu tak akan kembali. Dan kaupun tak akan sebegitu cepatnya merelakan atas hati yang baru saja kau pilih untuk bisa kau singgahi.

Banyak yang mesti dipahami. Bahwa aku pun kita harus mengerti, kebersamaan yang kita jalani adalah bukti kalo rasa yang kita miliki tak mesti saling kita bagi. Bahwa rindu yang pernah hadir tak selamanya terus terukir.

“Kita bisa memilih dengan siapa kita ingin berbagi cerita.
Tapi, kita tak bisa memilih dengan siapa kita akan jatuh cinta.”

<>6. Aku tak ingin memaksa kepada siapa selanjutnya rindumu kau tambatkan. Tapi aku berterima kasih atas penantian yang sempat kamu hadiahkan.
light-sign-typography-lighting-large

light-sign-typography-lighting-large via http://www.pexels.com

Sekali lagi aku ingin berterima kasih kepadamu. Semua yang pernah ada biarlah menjadi goresan pena. Goresan indah yang akan menjadikan kita makin dewasa memahami apa yang sewajarnya kita ikhlaskan.

Sayang sekali, lamanya kebersamaan kita justru tak bisa memanfaatkan kesempatan yang ada. Kita tahu bahwa kita memang memiliki perasaan yang sama, hanya saja perasaan itu tak datang dengan waktu yang bersamaan.

Perasan itu ternyata hadir dalam masa yang berbeda.

Aku tak cukup pintar untuk membuatmu kembali merasakan hal yang sama. Bahkan seandainya ku paksakan, aku yakin itu tak lagi semurni yang dulu pernah kau simpan. Karna itu kubiarkan sekali lagi waktu memainkan peranannya. Ku serahkan kembali semua nya pada waktu dan kepada DIA yang menciptakan waktu.

Untukmu disana, ku hadiahkan penyesalan ini.
Sebagai maaf atas apa yang pernah ku sayatkan dihatimu.
Kabari aku jika sosok rindu yang kau miliki sekarang tak lagi datang.

 

Dari aku,
Yang terlambat mengakui keberadaan isi hatimu.

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasisa ctrl+z yang amat merindukan masa-masa dimana belum mengenal revisi. Love tea, succulent, music, and “her”.

7 Comments

  1. Nurul Amalia berkata:

    Icikiwiiiir mbeeeng

  2. meyonmeyy berkata:

    cieee nurul

CLOSE