Jangan Selalu Menyalahkan Dunia. Bisa Jadi Memang Kamu Sendiri yang Suka Ribet dengan Semuanya

jangan menyalahkan dunia

Apa benar hidup itu ribet? Nyatanya hidup itu selalu digambarkan dalam 4 fase, hanya lahir, tua, sakit, dan akhirnya mati. Saat mau dilahirkan, siapa yang repot mempersiapkan diri datang ke dunia? Yang ada, tiba-tiba saya keluar dari Rahim Ibu dan saya menangis. Saat baru tahu jati diri ini, tahu-tahu saya sudah perlahan menua.

Saat saya baru sadar untuk melakukan hal yang bermakna, apa daya performa tubuh telah menurun, penyakit tua membatasi ruang aktifitas saya. Saat saya masih ada hal yang ingin dilakukan, tahu-tahu saya meninggal dunia. Demikian saja.

Mungkin sebagian yang membaca akan tertawa sinis. Dasar. Nggak sesimple itu juga kali.  Hidup memang simple, tapi manusia nggak sesimple hidup. Manusia itu ribet, terutama saya.

Advertisement

1. Saat lapar hanya perlu makan untuk kenyang

Photo de FOX provenant de Pexels

Photo de FOX provenant de Pexels via https://www.pexels.com

Setiap hari Ibu memasak untuk keluarga dari makan pagi, bekal makan siang, dan makan malam. Walau saya lapar, saya menolak untuk memakan beberapa jenis makanan. Alasannya, saya tidak suka dan makanan sehat itu tidak enak. Saya memilih mengeluh dan marah lalu membeli makanan yang saya suka.

Sebenarnya saya bisa menghemat lebih banyak uang, tapi ketamakan saya akan rasa di lidah mengacaukan keseimbangan keuangan saya. Belum lagi banjirnya makanan dan minuman yang lagi hits membuat air liur berjatuhan, benar-benar membuat anggaran makan saya membengkak. Saking seringnya makan sembarangan, kondisi tubuh saya tak baik.

Advertisement

Saya masih muda, tapi tekanan darah, kolesterol, dan gula darah seperti orang yang sudah tua. Saya sudah membuat kondisi tubuh dan keuangan saya ribet.

Simpelnya, saya hanya duduk manis, makan yang ada, dan kenyang.

Advertisement

Jikalau saya tidak suka, saya bisa memberi saran kepada Ibu untuk meningkatkan skill memasaknya. Saya pun bisa terjun langsung ke dapur untuk merasakan sulitnya 1 menu makanan tercipta.

Hal ini tentu akan membuat saya lebih menghargai jerihpayah Ibu. Perlu diketahui, lezatnya makanan hanya sampai di pangkal lidah, sudah masuk kerongkongan dan saluran pencernaan, tidak ada lagi kata lezat.

2. Saat melakukan sesuatu hanya perlu fokus

Saya seorang karyawan. Pekerjaan saya cukup banyak. Saya akan mengumpat saat pekerjaan baru datang sedangkan pekerjaan lama belum selesai. Saya akan kesal saat orang lain mendesak hasil kerja saya.

Seharusnya ini tidak terjadi  jika saya tidak terus-terusan mengecek handphone. Saya bukannya membalas pesan yang berhubungan dengan pekerjaan tapi karena saya gila media sosial. Saya kepo dengan kehidupan orang lain. Saya kecanduan berbelanja online dan streaming. Saya sudah menambah keribetan pekerjaan saya.

Simpelnya saya hanya butuh fokus bekerja saat jam kerja.

Dengan fokus, saya bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Saya tidak didesak dan orang lain pun tak akan mendesak. Saat pekerjaan baru datang, saya bisa dengan tenang mengerjakannya tanpa harus merasa terbebani karena pekerjaan lama yang masih menumpuk.

Saat masih ada waktu saya bisa melakukan hobby saya dengan santai tanpa merasa bersalah. Kerjaan selesai, hati senang, stress pun hilang.

Perlu diketahui, setiap rupiah gaji yang diterima, ada tanggung jawab yang harus dilakukan. Sama halnya dengan waktu di sekolah, setiap jam nya ada uang hasil kerja jeras Ayah. Tentunya hati ini tak tega untuk menyia-nyiakannya.

3. Saat lelah hanya perlu istirahat dan tidur

Photo de Kha Ruxury provenant de Pexels

Photo de Kha Ruxury provenant de Pexels via https://www.pexels.com

Walau jam makan siang sudah  tiba, terkadang saya akan terus bekerja. Alasannya, karena nanggung. Saking seringnya telat makan, saya sakit maag. Kalau lagi kambuh, sengsara sekali, tidak bisa melakukan apa-apa, dan terduduk lemas. Pulihnya butuh beberapa hari.

Belum lagi, masalah yang  hadir dalam aktifitas kehidupan membuat pikiran saya penuh dan perasaan saya tak enak. Hal ini mengganggu waktu tidur saja. Saya pun mengidap insomnia.

Saat bertemu saya, saya akan nampak seperti ibu-ibu anak 5, lusuh dan penuh aura kegelapan. Pikir-pikir saya bodoh dan memang bodoh. Saya menukar tubuh muda saya untuk hal yang tak semestinya.

Simpelnya saat istirahat, saya seharusnya istirahat, saat tidur, saya seharusnya tidur.

Kesehatan itu fragile. Kalau sudah terganggu, sulit memulihkannya lagi. Kalau sudah retak, tak akan sempurna lagi. Maka mesti dijaga baik-baik. Sudah seharusnya saya mengikuti jam biologis dengan baik.

Di dunia ini, ada banyak hal yang di luar kendali saya. Saya mumet sendiri juga tak akan menyelesaikan masalah. Dengan cukup istirahat dan tidur, pikiran dan perasaan saya akan lebih fresh untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang ada.

4. Saat ingin hal yang lebih baik hanya perlu berusaha

Photo de fotografierende provenant de Pexels

Photo de fotografierende provenant de Pexels via https://www.pexels.com

Mengapa dia bisa punya banyak uang, bisa punya karir bagus, bisa banyak waktu untuk liburan, bisa sangat cantik, dan bisa punya pasangan yang baik, #eh. Makin dipikir, makin membandingkan, makin merana diri ini, makin tak bahagia. Lalu mulai nyinyir dan ngomong hal yang tidak-tidak tentang keberhasilan orang. D

Ditambah menyalahkan bunda mengandung. Halloooooo. Tindakan ini membuat saya benar-benar menjadi manusia paling rendah derajatnya.

Simplenya, apa yang saya tuai adalah apa yang saya tanam.

Banyak anak yang terlahir tak sempurna, tapi mereka bisa mengembangkan potensi lain yang tersembunyi dalam dirinya dengan luar biasa. Hal ini membuat mereka lebih menarik dibandingkan anak-anak lain yang punya fisik sempurna.

Ya mbok organ tubuh saya lengkap, saya hanya butuh usaha dan lebih giat jika mau seperti orang-orang yang membuat saya iri. Ingin ada uang, ya kerja. Masih kurang, cari penghasilan tambahan. Asal halal, pakainya juga afdol. 

Ingin punya karir bagus, ya banyak belajar dan berusaha meningkatkan diri.  Kalau tak mau susah-susah berusaha, ya jangan banyak mimpi di siang bolong. Gitu aja kok repot.

5. Saat tak mampu hanya perlu tahu diri

Photo de Andrea Piacquadio provenant de Pexels

Photo de Andrea Piacquadio provenant de Pexels via https://www.pexels.com

Keinginan banyak tapi kemampuan kurang. Teman  membeli handphone keluaran terbaru. saya pun ikut membelinya. Teman mengajak ke café baru, saya ikut-ikutian nongkrong di sana. Teman begini, saya ikutan begini. Teman begitu, saya pun begitu.

Alhasil tunggakan kartu kredit menumpuk dan  tabungan kosong. Saya terjerat hutang dimana-mana. Untuk kebutuhan saja tak cukup uang. Gajian habis untuk bayar cicilan.

Gaya hidup telah menjerumuskan saya. Saya pusing. Saya stress. Saat teman yang lain mulai membeli barang bagus lainnya, saya ingin, sangat ingin, tapi apa daya tangan tak sampai.

Mau minta ke orang tua, mereka pun tak punya. Arghhhhh!!!! Saya telah gali kuburan sendiri. Sekali tersandung, masuklah saya ke dalamnya.

Simpelnya, saya hanya perlu tahu diri.

Jika memang mampu, turuti lah semua keinginan hati. Dengan catatan, jangan sampai membuat orang lain bertanggung jawab atas keinginan hati tersebut. Gara-gara mengikuti keinginan hati, membuat saya tak punya uang, harusnya saya punya tanggung jawab akan sebuah kebutuhan, akhirnya membuat orang lain harus menggantikan saya membayar kebutuhan tersebut.

Apalagi sampai berhutang uang orang lain dimana uang tersebut dengan susah payah ia kumpulkan dan dengan mudah saya gunakan. Bukankah tidak etis? Jika tidak mampu, maka harus bisa mengendalikan keinginan diri sendiri. Hiduplah sesuai kemampuan sendiri, jangan memaksakan diri. Jika memaksakan diri hanya akan membuat hidup sulit.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

maybe full of "Yin"

Editor

une femme libre

CLOSE