7 Alasan Pekerjaan Pertama Selalu Berkesan. Meski Gaji dan Kewajiban Kadang Tak Sepadan

Kerja pertama tuh rasanya kayak cinta pertama. Pahit manisnya kerasa sampai sekarang, meski sudah tak lagi bersama.

Advertisement

Di dunia ini rasanya tidak ada pekerjaan yang mudah dilakukan. Semua pekerjaan membutuhkan perjuangan dan pasti memiliki risiko. Apalagi kalau itu pekerjaan pertamamu. Jika ditanya perihal gaji, jelas pekerjaan pertamamu belum memberikan banyak soal itu. Sudah gaji tak seberapa, kewajiban yang harus diselesaikan juga segunung banyaknya. Saat itu rasanya tidak adil, apalagi ketika melihat mereka yang menjadi atasanmu bisa pulang lebih sore sedangkan kamu paling cepat baru pulang pukul 8 malam. 

Meski dalam porsi gaji lebih kecil dan kewajiban lebih banyak, kamu tetap saja mampu bertahan pada pekerjaan pertamamu ini selama beberapa waktu. Pekerjaan pertama memang dulu buatmu jatuh bangun sendirian, tapi selalu ada hal yang buatmu tetap menyimpannya dalam kenangan. Kalau sampai sekarang kamu masih teringat betul dengan pekerjaan pertamamu, mungkin hal-hal dibawah ini yang jadi alasanmu.

1. Dari pekerjaan pertama ini kamu paham sulitnya mencari nafkah. Kamu jadi malu dulu sempat mengeluh yang berlebihan saat masih kuliah

Jadi tahu susahnya cari nafkah, padahal belum berkeluarga via www.unsplash.com

Dulu saat masih kuliah, kamu selalu mengeluh dengan kegiatan kuliah. Mulai dari kelas yang dimulai terlalu pagi, jadwal praktikum yang nggak manusiawi, sampai nilai yang nggak sesuai dengan kerasnya usahamu dalam belajar. Tak berhenti sampai di situ, keluhanmu pun masih berlanjut saat mulai mengerjakan skripsi. Kamu mengeluh saat dosen sulit dihubungi untuk bimbingan, atau revisian yang kadang banyaknya nggak masuk di akal.

Advertisement

Saat pertama kalinya memasuki dunia kerja, kamu pun merasa malu bahwa dulu pernah mengeluh sebanyak itu. Kelas pagi, praktikum sampai revisi dosen ternyata nggak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan sulitnya mencari nafkah. Rasa capaimu dulu dengan saat pertama kali harus pulang lembur pun berbeda sekali, karena besok sudah harus kembali bekerja di pagi hari.

2. Transisi dari freshgrad ke pekerja, pelan-pelan kedewasaanmu terbentuk dari lingkungan dan teman kerja

Susahnya menyesuaikan diri dengan lingkungan dan lingkungan pekerjaan baru via www.unsplash.com

Jika dulu kamu masih bisa bersikap sesuka hati saat kuliah, kini hal tersebut sudah tak bisa lagi. Dulu kamu bisa dengan entengnya cabut saat di tengah-tengah kuliah. Sekarang, jangan harap kamu bisa seenaknya cabut kalau tak mau kinerjamu dinilai rendah. Pekerjaan pertama ini membawamu bertransisi dari mahasiswa yang bebas, menjadi seseorang yang lebih bertanggung jawab.

Apalagi ketika kamu dipertemukan dengan lingkungan dan teman kerja baru. Kamu harus bisa belajar menahan ego dan idealisme. Sebab kamu tak bisa bekerja seorang diri dalam dunia pekerjaan ini. Dari adaptasi pertamamu ini, kamu pun pelan-pelan belajar makna dari kedewasaan, yang kadang tak didapat dari bangku perkuliahan.

Advertisement

3. Di fase ini juga kamu merasakan nggak enaknya dikejar deadline pekerjaan. Meski begitu kamu tetap berusaha bertahan

Deadline pekerjaan 🙁 via www.unsplash.com

Saat masih kuliah dulu, kamu masih bisa santai jika deadline tugas sudah berlalu. Paling risiko yang kamu terima hanya pengurangan beberapa poin dalam penilaian. Sedangkan deadline di pekerjaan jauh lebih mengikat daripada itu. Di pekerjaan pertamamu ini, kamu mulai merasakan nggak enaknya dikejar deadline pekerjaan. Apalagi kalau sudah mulai keteteran rasanya ingin udahan. Tapi beruntungnya rasa tanggung jawab membuatmu bertahan. Semua kamu lakukan demi berproses jadi pribadi yang lebih berkembang lewat pekerjaan pertama ini.

4. Tak seperti magang yang memungkinkan untuk coba-coba. Di pekerjaan pertama ini langsung dipraktikkan ilmu yang kamu miliki di dunia nyata

Kamu nggak bisa coba-coba via www.unsplash.com

Dunia pekerjaan membuka mata dan pikiranmu semakin lebar. Jika saat kuliah hanya mengerti teori, di pekerjaan pertama ini kamu harus benar-benar harus mengaplikasikan ilmu yang didapati. Dalam momen terjun ke lapangan langsung ini yang menyadarkanmu, bahwa teori berbeda jauh dari prakteknya. Masih diperlukan beberapa penyesuaian agar bisa berjalan dengan optimal. Keseriusanmu juga dibutuhkan dalam hal ini. Kamu tak bisa menerapkan tipe coba-coba lagi. Melainkan harus memperhitungkan dengan matang apapun ide yang kamu ajukan.

5. Ada rasa bangga di balik jawaban tiap kamu ditanya kerja di mana. Ya meskipun dari segi penghasilan kamu belum apa-apa

Ada rasa bangga via www.unsplash.com

Sekarang kerja dimana?

Hehehe, kerja di perusahaan IT nih~

Kamu tentu masih ingat jelas bagaimana rasanya menjawab pertanyaan tentang pekerjaan. Rasanya seperti ada sesuatu yang meletup-letup di dalam dada, saat orang-orang bertanya sekarang kamu bekerja di mana. Rasa banggamu ini seakan membayar lunas bagaimana usahamu dulu dalam mencari pekerjaan. Berdesak-desakan dengan ribuan pencari kerja lainnya untuk bisa menduduki satu kursi lowongan. Rasa bangga tersebut juga buatmu lebih tegar, meskipun gaji yang kamu terima itu masih tak mencukupi untuk hidupmu selama satu bulan.

6. Meski gajinya belum seberapa, tapi kamu mulai bisa sedikit membantu keuangan keluarga dengan penghasilanmu sendiri

Meski tak seberapa, kamu bisa bantu keuangan keluarga via www.unsplash.com

Selain rasa bangga, kamu selalu berkesan dengan pekerjaan pertamamu karena dengannya kamu bisa sedikit membantu keadaan ekonomi keluarga. Segurat senyum haru ibu saat kamu membantu biaya pendidikan adik-adikmulah yang buatmu bersyukur dengan pekerjaan pertamamu itu. Meskipun selama kamu bekerja, ibu atau ayahmu sama sekali meminta hasil kerjamu. Namun di dalam hatimu, secara nggak sadar ada yang menggerakkanmu untuk melakukan hal baik tersebut.

7. Pekerjaan pertama jadi bukti, bahwa usaha ayah dan ibu untuk menyekolahkanmu tak sia-sia, kamu bisa jadi manusia yang berguna

Bukti bahwa usaha orangtuamu tak sia-sia via www.unsplash.com

Kamu masih ingat betul, bagaimana perjuangan ayah dan ibu saat membiayai sekolahmu dulu. Orangtuamu bahkan rela memangkas uang balanja bulanan, demi lancarnya kiriman untukmu hidup selama satu bulan di perantauan. Lewat pekerjaan pertamamu inilah kamu membuktikan bahwa perjuangan ayah dan ibu tak sia-sia. Meski gajimu masih jauh dari kata besar, tapi kamu mendedikasikan pekerjaan pertamamu ini sebagai tanda baktimu pada orangtua.

Ibu, ayah, pekerjaan pertamaku ini semata-mata untuk kalian berdua!

Pekerjaan pertama mungkin bukan pekerjaan impianmu. Dari segi gaji juga jauh dari ekspektasimu sebagai lulusan baru. Di balik gaji yang tak seberapa dan tuntutan kerja yang tinggi, hal-hal di atas wajar jika buatmu selalu ingat akan pekerjaan pertamamu. Selain itu, pantas rasanya kamu bersyukur pernah mengalami masa-masa sulit selama menjalani pekerjaan pertama. Sebab tanpanya kamu tak akan punya ruang untuk berkembang sebagai manusia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

CLOSE