7 Bukti Generasi Sekarang Tak Pernah Miskin Hati dan Kasih Sayang, Meski Zaman Makin Berkembang

Generasi sekarang tak pernah miskin hati

Anak zaman sekarang, individualis dan sukanya yang instan-instan.

Semakin ke sini, tuntutan hidup semakin berat untuk dijalani. Sikut-sikutan agar bisa mendapatkan sesuatu untuk bertahan hidup pun merupakan hal wajar. Malah ada yang bilang kalau hidup zaman sekarang harus egois agar bisa bertahan. Hal-hal seperti itulah yang akhirnya membuat anak-anak generasi sekarang dicap sebagai kaum individualis, miskin tenggang rasa dan apatis.

Padahal kalau dilihat lebih dalam dan jeli lagi, anak-anak muda zaman sekarang tak sepenuhnya ‘bodo amat’ seperti itu. Apalagi dengan berbagai peristiwa yang datang silih berganti dan buat suasana hidup jadi seperti naik roller coaster saking naik turunnya. Mari melihat lebih dalam lagi melalui hal-hal di bawah ini. Selesaikan tulisan ini sampai akhir, lalu kamu akan menemukan satu fakta bahwa generasi sekarang tak pernah miskin hati dan kasih sayang untuk sesamanya.

1. Konser galang dana sampai preloved barang pribadi untuk para korban bencana. Ide-ide seperti ini hanya anak muda yang punya

Konser amal untuk galang dana via unsplash.com

Sudah menjadi rahasia umum kalau ide-ide cemerlang selalu keluar dari generasi yang katanya lebih suka micin daripada sayuran ini. Apalagi ketika tanah yang dipijak berteriak dan butuh bantuan. Segala atribut yang dulunya mengkotak-kotakkan mereka tinggalkan. Lalu mengumpulkan ide-ide yang terlintas di kepala untuk mereka yang membutuhkan.

Berbagai ide tersebut lantas direalisasikan menjadi banyak kegiatan. Sebut saja konser galang dana, menjual barang pribadi sampai melakukan keahlian dengan bayaran yang sepenuhnya akan disumbangkan. Kalau bukan mereka-mereka ini yang menginisasi, lantas siapa lagi?

2. Platform berbasis saling berbagi banyak bermunculan. Ide cerdas saat kesibukan menghalangi kita untuk terus beramal

Platform saling berbagi via unsplash.com

Katanya atas nama kesibukan, mereka seringnya lupa untuk berbagi dan beramal. Namun beberapa waktu belakangan, mulai muncul berbagai platform yang memudahkan orang-orang untuk berbagi dan mewujudkan kesejahteraan. Bukankah ide cerdas ini juga berasal dari beberapa anak muda yang terinspirasi dari suatu masalah lalu mencoba mencari solusinya? Agar semua orang tak ada alasan sibuk lagi ketika ingin berbagi dengan sesama.

3. Karena kebaikan harus digalakkan. Tanpa pernah absen, anak-anak muda ini selalu meramaikan hastag penuh kebaikan di media sosial

Kebaikan harus digalakkan via www.instagram.com

Generasi sekarang memang identik dengan media sosial. Bahkan ada yang bilang kalau hidup mereka itu sebagian besar dihabiskan di sana, tanpa mau mengerti apa yang terjadi di dunia nyata. Namun orang-orang sering tak sadar saja kalau anak-anak muda juga yang menginisiasi bahwa kebaikan harus digalakkan bagaimanapun caranya. Salah satunya dengan cara membangun kekuatan hastag di media sosial. Dari mereka yang tak pernah absen dalam berkicau ini juga dunia jadi tahu tentang misi kebaikan yang tengah dijalani. Bukankah kalau tak punya hati anak-anak muda ini tak akan melakukan hal sampai seperti ini?

4. Pun ketika masyarakat seperti terbelah menjadi dua kubu yang berbeda. Anak-anak muda ini turut meredakan ‘kepanasan’ dengan candaan recehnya

Candaan remeh mereka via cdn-asset.hipwee.com

Mungkin tak terhitung lagi kubu-kubu yang berhasil memisahkan masyarakat kita ini. Tak perlulah dibahas lagi karena memang sudah saatnya kita-kita ini tak dikotak-kotakkan lagi. Melihat fenomena ini, anak-anak muda pun tak tinggal diam. Berbekal hobi berkicau di media sosial, mereka membantu memperbaiki keadaan. Salah satunya dengan meredakan kepanasan dengan segala candaan receh yang mereka punyai. Suasana yang tadinya tegang, jadi sedikit longgar akibat candaan yang mereka buat ramai-ramai di dunia maya ini.

5. Bukan ajang keren-kerenan, tren fashion statement yang mereka ciptakan ini justru bisa meningkatkan awareness masyarakat akan suatu isu

Foto by: Byebye Plastic Bags via www.instagram.com

Kata siapa generasi sekarang itu apatis terhadap suatu isu? Mau isu politik, sosial hingga yang paling rawan seperti agama sekalipun tak pernah dilewatkan generasi ini. Kalau tak percaya, lihatlah bagaimana mereka menyikapi isu-isu yang ada lewat apa yang mereka kenakan sehari-hari. Sebaris tulisan yang ada di pakaian mereka itu menjadi bukti kalau sebagai generasi sekarang, mereka tak tinggal diam.

6. Zaman memang sudah serba monetisasi, tapi sebagian dari mereka rela mengabdi hingga ke pelosok negeri

Mengabdi di pelosok negeri via indonesiamengajar.org

Zaman sekarang segala sesuatu bisa di-tweak agar menghasilkan uang. Mulai dari unggahan di media sosial sampai keahlian sederhana, semua bisa diuangkan kalau memang bisa. Namun meski zaman sudah serba monetisasi, sebagian dari mereka masih dengan sukacita mengabdi hingga ke pelosok-pelosok negeri. Mereka rela bekerja dengan tanpa bayaran. Bukannya kapok, mereka justru merasa lewat momen inilah mereka banyak belajar.

7. Anak zaman sekarang memang doyan jalan-jalan. Namun ada kalanya mereka jalan-jalan sembari melakukan sebuah gerakan sosial

Jalan-jalan sambil jalanin gerakan sosial – Foto by Sandy Pandawa via www.instagram.com

Jalan-jalan bagi generasi sekarang itu ibarat kebutuhan. Apalagi saat tuntutan pekerjaan semakin berat. Rasanya bisa gila kalau hidup ini tak diselingi dengan jalan-jalan dan senang-senang. Namun orang-orang sering mengira kalau mereka hanya bisa jalan-jalan saja. Padahal sembari jalan-jalan, mereka juga melakukan gerakan sosial seperti mengajar, bakti sosial sampai berbagi akses kesehatan.

Iya, mereka yang disebutkan dalam tulisan ini adalah kamu, teman-temanmu, dan seluruh anak-anak muda seusiamu. Semoga dari hal-hal di atas, orang-orang tak perlu malu untuk mengangguk dan sepaham bahwa generasi sekarang tak pernah miskin hati dan kasih sayang. Sebab apapun generasinya, jiwa kemanusiaan itu akan tetap ada. Hanya saja setiap generasi punya cara sendiri-sendiri untuk menunjukkannya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.