7 Hal yang Membuat Hidup Terasa Biasa. Padahal Banyak Hal yang Sudah Kamu Lakukan

Hidup terasa biasa

Pernah nggak sih kamu merasa hidupmu seperti berjalan di tempat? Ibarat tayangan televisi yang ditonton secara berulang-ulang, kamu akhirnya merasa bosan. Padahal kalau ditarik ke belakang, kamu bukan termasuk orang yang malas melakukan aktivitas. Kamu justru aktif berkegiatan, mulai dari event yang buatmu dapat penghasilan, sampai yang suka rela dilakukan.

Advertisement

Dari luar, banyak yang mengira hidupmu sungguh menyenangkan. Bahkan banyak dari teman-temanmu yang berharap punya ritme hidup dan kesibukan sepertimu. Namun jauh di dalam hatimu, tak hanya bosan yang dirasa. Tapi juga merasa bahwa hidupmu seakan tak berkembang dan biasa saja. Banyaknya piagam keikutsertaan kegiatan tak lantas buatmu berbagga. Kamu justru bingung kenapa hidupmu yang sibuknya ngalah-ngalahin orang penting ini berjalan biasa.

Stagnannya hidupmu ini pasti ada penyebabnya. Hanya kamu yang tak menyadarinya saja. Seperti hal-hal di bawah ini, yang sebenarnya sepele sekali.

1. Banyak kegiatan yang kamu lakukan sendiri. Pantas saja hidupmu terasa datar, karena kamu kurang berinteraksi di dalamnya

Sibuk tapi sendiri via www.unsplash.com

Kalau dilihat jadwal kegiatan harianmu, kamu memang hampir tak punya waktu istirahat. Dari Senin sampai Minggu, pagi sampai sore, sudah penuh dengan kegiatan. Namun setelah pulang dari berkegiatan, hanya rasa capek yang kamu dapatkan. Mungkin kamu lupa, bahwa interaksi ke sesama orang sangat diperlukan di dalam kehidupan. Tapi dari sekian kegiatan, banyak yang kamu lakukan sendiri alias tanpa teman. Memang sih kamu terkesan mandiri. Namun jika tidak ada interaksi, ya pantas saja jika hidupmu stagnan di situ.

Advertisement

2. Kamu jelas terjebak dalam rutinitas yang minim tantangan. Dari sekian banyak kegiatan, kebanyakan hanya di seputar zona nyaman

Minim tantangan via www.unsplash.com

Bangun, siap-siap, pergi, datang ke event, pulang, lalu udah. Hampir setiap hari itulah rutinitasmu. Hari berikutnya tinggal tekan tombol repeat. Rutinitas yang kamu lakoni tiap hari jelas minim dalam segi tantangan. Sebab kebanyakan hal yang kamu lakukan hanya berkutat di zona nyamanmu saja. Di mana kamu sudah tahu akan seperti apa kegiatan ini berlangsung nantinya. Ibarat makan sesuatu tapi kamu tak perbah berani menambahkan sambal. Enak sih, tapi nggak menantang!

3. Kamu terlalu menggebu dalam melakukan sesuatu. Hingga lupa bahwa kesenangan dirimu juga butuh tercukupi

Kebutuhan batinmu tak terpenuhi via www.unsplash.com

Tak bisa dipungkiri bahwa kamu orangnya terlalu menggebu. Termasuk saat menjalani hari-harimu. Kamu pasti memusatkan seluruh pikiran dan tenaga agar jadwal sehari-harimu bisa dilakoni semua. Memang sih dampaknya kamu bisa memenuhi semua. Tapi konsekuensinya kamu jadi tak punya kesempatan untuk bersenang-senang. Padahal dengan senang-senang ini, hidupmu tak akan berjalan gitu-gitu aja. Sebab dengan mencukupi kesenangan diri hidupmu jadi ada naik turunnya.

4. Bisa juga karena kamu terlalu takut mencoba hal-hal baru. Kamu khawatir jika nanti keseimbangan hidupmu berubah setelah itu

Selalu takut mencoba. Maunya yang udah pernah aja via www.unsplash.com

Meski sibuk dan hampir tak punya waktu untuk diri sendiri, kamu lebih sering melakukan hal-hal yang sama. Selalu ada rasa takut untuk mencoba hal-hal yang sebelumnya tak pernah kamu coba. Takut jika nanti sistem hidup yang sudah ada berubah dan buatmu kesusahan sendiri. Ketakutan dan selalu melakukan hal-hal yang sama ini pada akhirnya yang buat hidupmu terasa B aja. Stagnan dan berjalan di bagian yang lurus-lurus saja.

Advertisement

5. Atau dari semua kegiatan yang dilakukan, niatnya hanya untuk menyenangkan orang. Tanpa sadari kamu jadi tak berkembang

Asal mereka senang, kamu pun tenang~ via www.unsplash.com

Segala sesuatu memang dilihat dari niatnya. Kalau niatnya untuk buat dirimu berkembang, tentu saja hidupmu tak akan berjalan biasa atau begitu-gitu saja. Kamu pasti malu-malu mengakui, bahwa niatmu melakukan ini itu hanya untuk menyenangkan orang lain.

Parameter keberhasilan dari apa yang kamu lakukan adalah omongan lain. Makanya kamu selalu mengutamakan apa yang orang bilang daripada apa yang kamu butuhkan. Kalau niatmu sibuk ini hanya untuk menyenangkan orang lain, pantas saja hidupmu hanya datar-datar saja. Sebab ada bagian dari dirimu yang seharusnya bisa berkembang, tapi kamu abaikan hanya untuk kesenangan orang.

6. Hidup yang biasa bisa jadi karena kamu kurang mensyukuri. Ingat, syukur yang hidupmu butuhkan adakah yang sudah keluar dari hati

Bersyukur tak dari hati via www.unsplash.com

Hal lain yang membuat hidupmu berjalan biasa aja adalah rasa syukur. Bisa jadi selama hidup ini rasa syukur yang kamu panjatkan hanya sekadar formalitas. Bukan syukur dari hati yang bisa legakan perasaan. Kalau selama ini syukur yang kamu panjatkan hanya ‘yang penting kelihatan’, pantas aja hidupmu berjalan dengan datar-datar saja.

7. Sepele tapi fatal. Kamu asal melakukan banyak hal tanpa tahu tujuan, yang penting kelihatan punya kesibukan

Tak punya tujuan pasti via www.unsplash.com

Kalau jadwal harianmu kosong dua hari saja, kamu bisa kebingungan sendiri. Makanya kamu berlomba-lomba untuk memenuhi jadwal kegiatanmu dengan apa saja yang bisa dilakoni. Asal penuh terisi, semangatmu menjalani hidupi pasti bisa tetap on. Padahal kalau ditanya apa tujuanmu atas kesibukan ini, kamu tak punya jawaban pasti.

Mmm ya pingin sibuk aja. Biar ada kegiatan lah intinya~

Mungkin ini lah yang menjadikan hidupmu tak ada gregetnya. Tujuan dari apa yang dilakukan saja kamu tak tahu untuk apa. Ibarat kapal yang berlayar, kamu tak punya arah mau kemana. Padahal seluruh awak kapal lengkap dan bahan bakar yang penuh.

Nggak perlu minder jika saat ini kamu merasa hidupmu berjalan biasa atau begitu-gitu saja. Sebab smeua orang pasti pernah merasakannya. Satu hal yang perlu kamu lakukan, cari tantangan. Apapun itu, lakukan dengan niat dan tujuan yang jelas. Tak perlu takut gagal. Toh gagal bukanlah sebuah kesalahan yang memalukan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

CLOSE