Bukannya Tak Ingin Menyenangkan Hati Orangtua. Tapi Buatku Sukses Tak Harus Jadi PNS Juga

 Nanti kalau sudah besar mau jadi apa?

Advertisement

Barangkali kamu ingat dengan pertanyaan itu. Dan barangkali juga kamu ingat jawaban apa saja yang sudah pernah terlontar. Sewaktu kecil jelas sekali, aku selalu bersinggungan dengan pertanyaan itu. Sementara jawabanku sejauh ini yang aku ingat tak hanya satu. Aku pernah ingin jadi seorang dokter, saat terlalu sering mendengar nyanyian Si Susan. Aku pun pernah bercita-cita jadi seorang musisi atau publik figur karena termakan iming-iming ajang pencarian bakat seperti Asia Bagus. Bahkan aku pernah membayangkan kelak aku bekerja di sebuah perusahan, duduk manis di hadapan layar komputer, seperti yang aku lihat di kantor ayahku bekerja.

Tapi nyatanya cita-cita masa kanak-kanak itu bagian cukup absurd dalam hidup. Mungkin begitu juga dengan hidupmu atau siapa saja. Karena pada akhirnya saat dewasa, tak semua cita-cita masa kecil itu sama. Dan entah kenapa kebanyakan dari kamu inginnya jadi PNS atau Pegawai Negeri Sipil saja.

Sudah lama pekerjaan sebagai abdi negara jadi impian banyak orang, selain memastikan kemapanan, ada kemulian tersendiri yang terlanjur tertanam

PNS bukan jiwaku via kendaripos.co.id

Sebenarnya jauh sebelum aku lahir, bahkan sebelum negara ini merdeka, semua orang berusaha sekali untuk bisa bekerja di pemerintahan. Tak peduli jabatannya apa, asalkan kerja di pemerintahan saja. Sebab kebanyakan orang tahunya kerja di pemerintahan memberi kemapanan yang jelas. Kalau memang kerjamu aman dalam arti cukup baik, kamu akan berada di sana sampai waktu pensiun tiba. Syukur-syukur kalau bisa terus naik jabatan. Sebab diam-diam jabatan jadi salah satu kemulian yang diimani kebanyakan orang. Tapi bagaimana dengan esensi bekerja itu sendiri?

Advertisement

Tapi apakah bekerja sebatas untuk kemapanan atau kemulian seperti sebuah jabatan tinggi?!

Merenungi tujuanmu bekerja via unsplash.com

Aku ingat-ingat lagi nasehat Buya Hamka, kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.

Nasehat yang menggiringku untuk berpikir lagi soal esensi dari bekerja. Salah satu tujuan utama bekerja setiap orang memang untuk mencukupi kebutuhan hidup. Sampai-sampai kita kenal dengan istilah, bekerja demi sesuap nasi. Tapi, apa iya aku bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup? Pastinya bekerja pun tak hanya perkara memuaskan diri dengan sebuah jabatan bergengsi. Apalah arti sebuah jabatan, kalau itu tak memberi faedah yang nyata entah untuk hidupku sendiri atau orang lain.

Ada kalanya bagiku bekerja itu salah satu proses belajar, dan ada tujuan besar selain kemapanan yang tak semua orang bisa pahami

Advertisement

Aku paham apa yang aku inginkan via unsplash.com

Dan setelah aku rasa-rasa bekerja nyatanya mirip dengan sekolah. Sebab di sana tak semua bisa lekas aku pahami. Ada kalanya aku harus belajar sesuatu yang baru lagi. Bahkan menjalani ikatan sosial dengan rekan kerja pun jadi pelajaran tersendiri. Bukankah setiap proses belajar ada tujuan besarnya?

Sementara tujuan besarku dari bekerja selain sukses, aku ingin apa yang dikerjakan bisa memberi manfaat langsung ke orang lain. Bukan hanya mengerjakan tugas atasan yang itu-itu saja, lalu pulang cepat, bahkan lebih awal. Aku ingin orang bisa ingat namaku bukan dari jabatan tinggi, tapi dari karya yang aku buat sendiri. Yang jelas aku juga ingin mencabut pendapat yang telah mengakar, kalau sukses tetap bisa diraih meski tak jadi pegawai negeri. Apalagi sampai harus main belakang atau berbuat curang.

Jadi, Ayah – Ibu bukannya aku tak ingin melegakan hati dengan berlabuh sebagai Abdi Negara atau PNS. Anakmu ini punya keyakinan tersendiri soal sukses

Meminta restu orangtua untuk kerja tak sebagai PNS via unsplash.com

Aku tahu orangtuaku pun sama seperti orangtua lainnya, yang masih selalu berharap anaknya bisa sukses terutama sebagai Pegawai Negeri Sipil. Berkali-kali aku coba jelaskan mauku seperti apa. Dibilang membangkang pun pernah. Tapi aku tak lantas menjelma jadi anak durhaka. Sebab aku terus berusaha buktikan ke Ayah dan Ibuku, kalau aku bisa sukses, membahagiakan serta membanggakan mereka dengan renjanaku sendiri. Entah sebagai peneliti, penulis, seniman, atau merintis usaha kecil-kecilan. Apapun itu bentuknya, aku ingin orangtuaku percaya kalau keyakinan suksesku yang tak sama dengan kebanyakan orang bukan lah hal yang salah.

Sebab sudah terlalu banyak orang yang ingin menjadi PNS, dan mau sampai kapan mental generasi bangsa ini berlabuh di satu tujuan itu saja?! Sementara generasi di negera lain sudah membuat penemuan mutakhir, bahkan berlayar hingga ke bulan.

Pak, Bu, izin aku bekerja sesuai renjanaku sendiri. Dan cukup bekali aku dengan doa kalian saja.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Tukang catat yang sering dilanda rindu dan ragu

CLOSE