6 Alasan Terlalu Optimis Juga Nggak Baik. Sebaiknya Dikurangi Biar Nggak Merugikan Diri Sendiri

Akibat terlalu optimis.

Seringkali kita mendengar nasihat orang bijak bahwa tiap seseorang harus optimis dalam menjalani hidup. Akan tetapi, optimis yang dianggap bagus akan menjadi buruk bila terlalu berlebihan. Bahkan dampak terburuknya, terlalu optimis bisa memengaruhi kesehatan mental, lho.

Pemikiran optimis seperti “tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semuanya akan baik-baik saja” bisa mengarahkanmu pada kerugian juga. Karena optimis seperti itu hanya membuatmu berusaha berpikir positif saja, tanpa ada penyesalan jika kamu telah lakukan kesalahan atau berupa tindakan nyata untuk menyelesaikan persoalan. Karena itu, terlalu optimis juga nggak baik demi hidup yang nggak muluk-muluk. Berikut beberapa dampak negatif dari sikap terlalu optimis.

1. Kerap menyepelekan masalah kecil. Lambat laun akan berubah menjadi masalah besar

menyepelekan masalah kecil (Credit: Siora Photography) via unsplash.com

Sadar atau tidak, optimis membuat kita kerap menyepelekan hal-hal kecil. Padahal, hal tersebut jika dibiarkan lambat laun akan berubah menjadi masalah besar. Kalau tidak dikerjakan atau diselesaikan sejak awal, maka kita harus siap-siap di kemudian hari dengan keadaan yang lebih runyam.

2. Mendukung dan menyemangati seseorang bisa lakukan suatu hal, padahal sebenarnya kemampuan dia kurang mumpuni. Hal itu hanya membuatnya habiskan waktu dan usaha sia-sia

menghabiskan waktu dan usaha yang sia-sia (Credit: Becca Tapert) via unsplash.com

Kadang, kita berikan rasa optimis kepada orang lain untuk mendukungnya melakukan suatu hal. Sementara itu, dia sebenarnya tidak bisa mengerjakan lantaran memiliki kemampuan yang kurang mumpuni. Sehingga, kita bisa perkirakan kalau usahanya akan sia-sia, kegagalan sebagai hasil akhirnya pun tak bisa diubah. Rasa optimis yang kamu berikan kepadanya hanya membuatnya menghabiskan waktu dan usaha yang sia-sia. Padahal mungkin dia melakukan hal lain yang lebih dikuasai dan lebih bermanfaat baginya.

3. Terlalu optimis menyebabkan seseorang akan melimpahkan segala kepercayaan pada diri sendiri dan mengabaikan pendapat orang lain

menghiraukan pendapat orang lain (Credit: You X Ventures) via unsplash.com

Kamu bisa saja menjadi lengah dan lemah lantaran terlalu percaya pada diri sendiri. Hal seperti ini nggak jarang bikin kamu enggan mengakui kekurangan maupun kelemahan yang dimiliki. Sikap percaya diri yang berlebihan bisa menggelincirkanmu pada sifat merasa paling benar. Hingga akhirnya kamu pun mengabaikan pendapat orang lain, karena kamu merasa mereka salah semua. Padahal masukan itu bisa jadi positif untuk dipertimbangkan.

4. Tidak siap menghadapi kegagalan. Sehingga saat kejatuhan sudah di depan mata, akan sulit bangkitnya

tidak siap gagal (Credit: Julia Caesar)

Optimis memang bagus untuk menyemangati diri. Namun, hal tersebut kadang bikin kamu lupa bahwa selain ada kesuksesan, orang juga bisa mengalami kegagalan. Hal inilah yang kerap terabaikan, maka ketika saking optomisnya, kita lupa kalau ada risiko yang bakal dihadapi. Jika optimisnya berlebihan, kita bisa saja tidak siap menghadapi kegagagalan. Sehingga ketika kegagalan itu sudah dialami, akalnya akan tetap sulit menerima.

5. Merasa begitu kecewa ketika harapan yang terlalu tinggi tidak tercapai

merasa sangat kecewa (Credit: Riccardo Mion) via unsplash.com

Percaya nggak percaya, optimis mendorong kita pada mimpi-mimpi yang sangat tinggi. Bisa dibilang rasanya sulit dicapai, namun berkat optimisme yang kuat, kita sangat ingin meraihnya. Jika berhasil, rasa bahagia akan menghampiri dan terdapat rasa puas dalam diri. Jika sebaliknya, maka kamu akan merasa begitu kecewa lantaran harapan yang terlalu tinggi tidak tercapai. Mimpi memang harus tinggi, tetapi, harus dibarengi dengan sikap realistis. Sehingga nantinya, kita nggak terbebani oleh ekspektasi kita sendiri.

6. Kamu akan dicap “sombong” oleh orang lain

dianggap sombong (Credit: Jonathan Borba) via unsplash.com

Terlalu optimis menyebabkanmu dipandang sombong oleh orang lain. Nggak jarang kamu dianggap memiliki keinginan yang terlalu “mengada-ada”. Bahkan, tipe “orang yang tidak realistis” juga menjadi julukan buatmu. Hal-hal seperti ini, mau nggak mau akan memberi pengaruh pada personal branding yang mati-matian kamu bangun itu, lho.

Percaya diri itu penting. Maka tak heran kita kerap diminta untuk optimis atas jerih payah yang sedang dilakukan. Namun, optimisme yang berlebihan juga akan merugikan. Dampak yang paling dekat dan nyatanya adalah kita nggak siap dengan kemungkinan lain selain keberhasilan. Dampak yang lain, akan membuatmu cenderung menyepelekan segala hal. Well, apa pun itu, ternyata kalau berlebihan memang nggak baik, ya~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi