Hal yang Membedakan Pria Dewasa dan Lelaki yang Masih Kekanakan

Menua itu pasti, sedangkan menjadi dewasa adalah pilihan.

Lahir, tumbuh, menjadi dewasa, hingga menua adalah fase kehidupan yang tak bisa dihindari. Waktu terus berjalan dan umur akan terus bertambah setiap tahunnya. Namun, apakah pertambahan usia itu akan otomatis menambah kadar kedewasaan seseorang pula? Belum tentu.

Menjadi dewasa bukanlah perkara mudah. Seorang pria dewasa harus pintar-pintar membawa diri. Tak lagi bersikap impulsif dalam menjalani hidupnya. Mereka cenderung bersikap hati-hati dan banyak membuat pertimbangan sebelum mengambil keputusan. Nah, apakah kamu layak disebut pria dewasa? Simak dulu yuk hal-hal yang hanya dimengerti pria dewasa berikut ini!

1. Pria dewasa tak lagi insecure soal penampilan. Dia bisa menerima bentuk tubuhnya, pun menemukan gaya busana yang membuatnya nyaman

tak lagi insecure soal penampilan

tak lagi insecure soal penampilan via www.irsimiz.com

Saat remaja, perkara penampilan bisa jadi hal yang menyita perhatian. Dulu, kamu mungkin mengidamkan bentuk tubuh yang proporsional, berisi, dan tampak “laki-laki”. Berenang hampir setiap hari demi tinggi badan yang maksimal, rutin tiga kali seminggu menyambangi gym, hingga menyisihkan uang jajan untuk membeli susu penambah berat badan. Tak hanya itu, tren gaya busana anak muda terbaru pun tak pernah luput dari perhatianmu. Hayo, seberapa rajin kamu dulu menyambangi distro atau department store?

Namun, setelah dewasa banyak perubahan yang akan kamu rasakan. Distro atau barbershop baru yang muncul di kotamu tak lagi menyita perhatian. Kamu lebih memilih tampil apa adanya, tanpa banyak usaha ekstra untuk terlihat keren atau up to date dalam hal penampilan. Sehari-harinya, kamu sudah mantap dengan gaya andalanmu; kaos oblong, celana jeans, sneakers dan hoodie cukup membuatmu nyaman dan percaya diri.

2. Kamu mengerti, rasa takut adalah musuh yang harus dikalahkan. Ia tak boleh jadi penghalang kesuksesan atau penghambat kebahagiaan

rasa takut harus dikalahkan

rasa takut harus dikalahkan via www.telegraph.co.uk

Rasa takut itu ada banyak macamnya; takut gagal, takut menerima kenyataan atau menghadapi penolakan. Kamu mungkin merasa takut saat akan merintis bisnis sendiri, takut ketika berniat menyampaikan isi hati pada seseorang yang dicintai, atau takut melamar pekerjaan di perusahaan yang diidam-idamkan. Meskipun wajar dirasakan, rasa takut yang berlebihan justru akan mempengaruhi kehidupanmu – melemahkan diri dan menjauhkanmu dari kesuksesan.

Setelah dewasa, hal inilah yang bisa baik-baik kamu pahami. Bahwa rasa takut bukanlah sesuatu yang harus diingkari, tapi justru diakui dan diatasi. Takut saat akan merintis bisnis sendiri memang wajar. Pasalnya, tanpa perhitungan yang matang, kamu bisa saja gagal dan modalmu melayang. Tapi, rasa takut ini tak sepantasnya menghalangi langkahmu mewujudkan mimpi ‘kan? Bagimu, tak ada yang bisa dilakukan, kecuali menghadapi ketakutan dengan menguatkan diri sendiri.

3. Mereka tak akan melakukan sesuatu hanya demi menyenangkan orang lain atau berharap pujian dan pengakuan

tak semata-mata berusaha menyenangkan orang lain

tak semata-mata berusaha menyenangkan orang lain via www.gettyimages.com

Kamu bisa jadi rajin datang pagi-pagi ke kantor lantaran ingin dipuji. Bersedia lembur setiap hari demi menyenangkan atasan dan dianggap jadi karyawan teladan. Bahkan, kamu rela dimintai bantuan sana-sini agar bisa menyandang predikat “yang paling bisa diandalkan” di kantor.

Sayangnya, pria dewasa tak akan melakukan hal-hal yang demikian. Mereka tak haus pujian atau butuh pengakuan. Segala sesuatu yang dilakukannya semata-mata demi bisa mengembangkan dan meningkatkan kualitas diri. Datang ke kantor paling awal dan pulang paling akhir adalah caranya memaksimalkan diri dan wujud dedikasi terhadap pekerjaan yang dijalani.

4. Kedewasaan yang menuntun mereka untuk belajar meredam hati dan emosi

mereka bisa meredam hati dan emosi

mereka bisa meredam hati dan emosi via blog.trashness.com

Cewek sering dianggap lemah soal urusan mengendalikan emosi. Nyatanya, banyak cowok yang juga mengalami hal serupa. Dulu, masalah dengan orang tua seringkali membuatmu terpancing amarah. Emosimu tak stabil hingga dengan mudah melampiaskannya pada hal-hal negatif; merokok, minum alkohol, hingga menjajal obat-obatan terlarang.

Tapi, kondisi semacam ini tak lagi kamu alami setelah dewasa. Masalah atau kemalangan yang datang tak mudah membuatmu goyah. Kamu cenderung lebih tenang menghadapi dengan berpegang pada logika dan rasionalitas. Saat beda pendapat dengan orang tua, kamu tak lagi mudah terpancing emosi. Mengajak diskusi dan mencoba melihat masalah dari berbagai sudut pandang jadi caramu untuk mengendalikan diri.

5. Soal memilih pasangan, mereka tak hanya berpegang pada satu patokan. Kriteria pasangan yang sempurna tak harus selalu berkulit putih, bertubuh ramping, punya rambut lurus nan panjang, dan tampilan yang modis

pasangan bukan dilihat dari fisik semata

pasangan bukan dilihat dari fisik semata via www.picviw.com

Saat masih remaja dan setelah dewasa banyak hal yang berubah, termasuk caramu mencari pasangan. Ketika duduk di bangku sekolah, gadis-gadis dengan tampilan fisik yang sempurna selalu bisa menarik perhatianmu. Selain ada rasa puas, bisa berdampingan dengan gadis paling cantik di sekolah bisa jadi suatu kebanggaan.

Tapi, apa yang terjadi setelah dewasa? Perkara penampilan fisik bukan lagi pertimbangan utama. Soal sifat, karakter, hingga cara berpikir pasangan akan baik-baik kamu pertimbangkan. Bahkan, definisi “cantik” pun sudah demikian bergeser dan semakin beragam. Seorang perempuan bisa terlihat cantik karena aktif di berbagai kegiatan sosial, punya karakter pekerja keras, hingga lantaran sekedar selalu ceria dan rajin mengumbar senyum dengan siapa saja.

6. Pria dewasa mengerti, menjaga hubungan baik dengan keluarga adalah prioritas utama

Nggak sopan orangtua dan keluarga orang dijadikan bahan bercandaan via www.unsplash.com

Di usia sekolah atau saat masih remaja, keberadaan teman dianggap sangat penting. Rasa solidaritas dan setia kawan biasanya masih sangat kuat sehingga lebih banyak waktu yang dihabiskan dengan teman daripada keluarga sendiri. Dulu, kamu sering tak datang ke acara kumpul keluarga di Sabtu malam lantaran memilih nongkrong bersama teman-teman terdekat.

Nah, hal inilah yang tak lagi dilakukan oleh mereka yang sudah dewasa. Hubungan pertemanan tak lagi diukur dari kuantitas pertemuan, tapi soal kualitasnya. Waktu luang justru lebih diprioritaskan untuk keluarga; mengakrabi kedua orang tua dan keluarga besar. Sepulang kerja atau saat akhir pekan adalah saatnya menikmati kebersamaan dengan mereka. Kamu yang sudah dewasa akan sadar bahwa keluarga adalah harta paling berharga yang harus baik-baik dijaga.

7. Bekerja bukan semata-mata demi uang, rasa nyaman dan perkara kepuasan kerja juga layak dipertimbangkan

bekerja bukan soal uang saja, tapi kepuasan dan rasa nyaman

bekerja bukan soal uang saja, tapi kepuasan dan rasa nyaman via www.gettyimages.ie

Menyandang predikta fresh graduate membuatmu berambisi untuk bekerja di perusahaan multi nasional dengan gaji tinggi dan fasilitas yang oke. Keinginanmu gara bisa segera hidup mapan; menumpuk tabungan dan punya berbagai macam investasi.

Namun, pengalaman bekerja lah yang akhirnya mendewasakan dan meredam ambisimu. Kamu mulai mengerti bahwa bekerja bukan semata-mata perkara uang, tapi juga rasa nyaman dan rasa puas. Betapa gaji yang tinggi tak lantas membuatmu betah berlama-lama di kantor dan menyelesaikan tugas-tugasmu. Lingkungan kerja yang nyaman, rekan-rekan kerja yang menyenangkan, atasan yang bisa memberi bimbingan dan arahan, serta kemauan untuk terus belajar adalah faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan.

8. Dia tak akan mudah putus asa atau gampang menyerah saat ditempa masalah

mereka tak mudah putus asa atau menyerah pada masalah

mereka tak mudah putus asa atau menyerah pada masalah via www.dailymail.co.uk

Menjadi dewasa memang tak mudah ketika semakin banyak masalah yang harus dihadapi seiring bertambahnya usia. Dulu, kamu pernah membuang waktu satu tahun dan memilih menyerah karena tak sanggup menghadapi dosen pembimbing yang menyebalkan. Kamu juga bisa dengan ringan memilih putus saat punya cara berpikir yang berbeda dengan pasangan.

Di usia dewasa, momen putus asa atau memilih menyerah akan semakin langka. Sebanyak apapun masalah yang datang akan berusaha diselesaikan dan bukannya diabaikan. Bagaimana kamu tak menyerah saat menghadapi atasan yang galak di pekerjaan pertamamu. Bahkan, meski melewati momen jatuh bangun, kamu masih mempertahankan hubunganmu hingga hitungan tahun berlalu. Yup, bagi kalian yang sudah menjejak kedewasaan, putus asa atau menyerah tak pernah lebih baik daripada berusaha dan bertahan.

9. Baginya, pantang membuat rencana-rencana yang absurd dan terlalu mustahil untuk diwujudkan

dia tak membuat gol-gol yang mustahil

dia tak membuat gol-gol yang mustahil via fashionwe.com

Ingatkah dengan mimpi-mimpimu yang dulu? Berharap bekerja di perusahaan minyak dan gas terbesar, bisa keliling dunia dan menjalankan bisnis sendiri, atau punya tabungan milyaran di usia muda? Tak ada yang salah dengan mimpi-mimpi masa mudamu dulu. Tapi, bukankah pengalaman hidup kini semakin membuka matamu?

Yup, di usia dewasa kamu tak lagi menerapkan gol-gol atau rencana-rencana masa depan yang terkesan mustahil diwujudkan. Kamu cenderung berpikir dan bersikap realistis bahwa apa yang kamu punya saat ini cukup untuk disyukuri. Meski mustahil berharap bisa keliling dunia dengan gaji yang kamu punya saat ini, setidaknya kamu masih bisa traveling keliling Indonesia. Dan sekalipun bukan milyaran, tabungan bernilai jutaan yang sekarang kamu punya membuatmu hidup layak dan bisa berbagi dengan sekitarmu.

Gimana? Apakah kamu sudah benar-benar paham tentang hal-hal dalam artikel ini? Jika iya, bisa jadi kamu termasuk golongan pria-pria dewasa yang memang sudah “matang” menjalani kehidupan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka kopi, puisi, band beraliran folk, punya hobi mikir dan pacaran di bangku taman.