Jangan Bersedih, Kamu yang Jalani Puasa di Perantauan adalah Panutan untuk Hidup Mandiri

Puasa di perantauan

Puasa balik nggak lu?

Duh, kerjaan lagi nggak bisa ditinggal. Sedih banget belum bisa pulang

Advertisement

Ramadan tinggal menghitung hari. Banyak orang dengan sukacita sudah mulai menyambut datangnya bulan suci ini. Mulai dari iklan sirup yang sudah mulai tayang sampai penjaja takjil yang sudah mulai menyiapkan lapak jualan. Kamu sebenarnya juga menyambut bulan ini dengan penuh sukacita, tapi ada satu ganjalan yang bikin puasa tahun ini agak berat kamu jalani. Tahun ini, kamu belum bisa pulang. Tahun ini kamu harus rela untuk jalani puasa di tanah orang. Sebab ada suatu hal yang belum bisa kamu tinggalkan, seperti pekerjaan atau ujian di bangku perkuliahan.

Sedih jangan ditanya. Tiada kata yang bisa menggambarkan betapa kamu ingin menjalani puasa bersama sanak saudara di kampung halaman sana. Untukmu yang tahun ini akan menjalani puasa di perantauan, simpan dulu rasa sedihmu. Sebab kamu yang menjalani puasa di perantauan adalah sebenar-benarnya pejuang. Nggak percaya? Mungkin hal-hal di bawah ini akan bantumu sepenuhnya membuka mata. Bahwa puasa di perantauan tak selamanya menyedihkan, justru menjadi ladangmu untuk senantiasa berjuang.

1. Menjalani puasa jauh dari orangtua dan keluarga pasti rasanya berbeda. Namun tahukah kamu kemandirianmu pun terpupuk dari sana?

Cuci-cuci sendiri, buatmu makin mandiri via unsplash.com

Sesaat sebelum Ramadan tiba, kamu pasti terbayang-bayang nikmatnya jalani puasa bersama keluarga. Sahur dibangunin, bantuin ibu persiapan berbuka, hingga ibadah bersama. Namun kali ini momen tersebut agaknya tak bisa dirasakan dulu. Karena tuntutan di perantauan, kamu mau tak mau harus jalani puasa jauh dari mereka. Baru dibayangkan saja rasanya sudah bikin sesak dada dan bikin keluar air mata.

Advertisement

Memang sih puasa jauh dari keluarga rasanya tak enak dijalani. Rasanya ada yang kurang meski di perantauan kamu juga udah ada orang yang disayang. Namun mungkin kamu belum tahu satu hal ini. Meski tak enak jalani puasa sendiri, ada kemandirian yang pelan-pelan tumbuh dari sana. Kapan lagi kamu jalani ibadah sembari meningkatkan softskill seperti ini?

2. Meski jauh dari orang-orang tersayang, coba tengok ke sekelilingmu. Pasti ada teman sejawat yang tak bisa pulang sepertimu

Kamu tak sendiri via unsplash.com

Kalau dibayangkan, memang agak-agak miris kalau jalani puasa di perantauan. Apalagi kalau kamu belum terbiasa. Sebelum kamu berlarut dengan kesedihan karena harus puasa di perantauan, coba tengoklah sekelilingmu. Pasti ada teman-teman sejawatmu yang juga harus bertahan dan tak bisa pulang. See, simpan sedihmu mulai sekarang. Kamu tak benar-benar sendirian saat nanti jalani puasa di perantauan.

3. Telat sahur atau berbuka seadanya mungkin akan kamu rasakan. Tapi itu pasti jadi sebuah pengalaman yang berharga

Advertisement

Yah, telat sahur~ via unsplash.com

Yah, udah adzan aja! Padahal niatnya mau sahur tadi~

Telat bangun sahur mungkin nanti akan kamu rasakan. Selain telat sahur, berbuka dengan menu seadanya karena tabungan kian menipis juga akan kamu rasakan ketika jalani puasa di perantauan. Hal-hal inilah yang buatmu semakin ingin segera pulang ke rumah tapi terhalang oleh tugas dan kewajiban. Meski hal-hal tersebut sedikit miris jika benar-benar dialami, tapi anggap saja sebagai tambahan pengalamanmu dalam hidup ini. Bukankah pengalaman bertahan hidup di perantauan itu sungguh berharga. Siapa tahu bisa menjadi bekalmu di masa depan dan bahan cerita lucu untuk anak cucumu.

4. Kamu yang tak pulang Ramadan ini sebenarnya kaya. Kaya tabungan rindu untuk orang-orang terkasih di kampung halaman

Kamu kaya akan rindu via unsplash.com

Buka Instagram isinya foto buka bersama dengan keluarga. Buka Twitter malah melihat unggahan resep-resep makanan kampung halaman. Semakin berat pula tantanganmu saat menjalami puasa tahun ini. Meski tantangan yang akan kamu hadapi semakin berat, ada satu hal yang buatmu sesungguhnya jadi orang yang kaya. Kamu kaya akan tabungan rindu untuk orang-orang tersayang di kampung halamanmu sana. Rumah di kampung halaman bukan sekadar bangunan, tapi sebenar-benarnya tujuanmu untuk pulang. Kalau sering-sering pulang kan belum tentu bisa menabung banyak rindu seperti sekarang ini?

5. Jangan takut apalagi bersedih hati. Percayalah, di bulan yang penuh berkah ini kamu selalu bisa mengandalkan diri sendiri

Kamu selalu bisa mengandalkan diri sendiri via unsplash.com

Selain takut rindu rumah, kamu juga takut tak bisa fokus jalani ibadah selama di perantauan. Tak ada ibu yang selalu mengingatkan. Tak ada ayah yang siap meluruskanmu ketika kamu salah mengambil jalan. Kamu takut puasamu hanya sekadar menahan haus dan lapar, tanpa memperhatian lading pahala yang dibuka lebar-lebar. Meski tak ada ayah ibu serta keluarga yang senantiasa mengingatkan, kamu masih punya diri sendiri. Percayalah bahwa dirimu bisa kamu andalkan untuk merangkum semua peran itu. Kalau ada niat dan usaha, kamu bisa mengandalkan dirimu sendiri meski jauh dari keluarga. Ketakutan tak akan bisa fokus beribadah di Ramadan ini pun kelak akan sirna.

6. Sebenarnya menjalani puasa di perantuan bukan masalah sama sekali. Kamu justru menjadi cerminan seorang pejuang sejati

Kalau kamu mau, puasa di perantauan bukanlah masalah besar via unsplash.com

Jauh dari keluarga, apa-apa harus kamu lakukan sendiri, sampai takut akan godaan di bulan puasa adalah segelintir hal-hal yang buatmu ingin sekali pulang kala Ramadan tiba. Namun kalau kamu yakin pada diri sendiri bahwa kamu bisa melewatinya, puasa di perantauan tak adan menjadi masalah besar. Justru momen Ramadan ini akan buatmu menjadi cerminan sebenar-benarnya pejuang. Tak hanya berjuang menyelesaikan kewajibanmu di kantor atau bangku perkuliahan, tapi juga niat tulusu melaksanakan ibadah.

Buang jauh di pikiranmu bahwa jalani puasa di perantauan itu selalu menyedihkan. Tak perlu sedih atau bahkan sampai ketakutan sendiri. Sebab di hari nan fitri nanti, kemenangan yan akan kamu dapatkan tak hanya atas berpuasa selama sebulan tapi juga lulus dari perjuanganmu jalani puasa di perantauan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

CLOSE