Kita Terlahir Untuk Menikmati Indahnya Dunia Dan Menghadapi Realita. Bukan Mencari Pembelaan di Dunia Maya

Menjalani hidup yang telah dianugerahkan tak selamanya mudah. Butuh perjuangan yang dibumbui rasa cinta kepada siapa, di mana dan kapan saja. Persoalan baik dan buruknya nasib tentu bergantung pada seberapa perhatiankah kita terhadap apa yang disuguhkan semesta. Keluarga, pasangan, teman-teman bahkan orang asing pun sebenarnya butuh sedikit sisa waktu kita untuk saling mengerti dan tak acuh sama lain.

Advertisement

“Lalu, bahagiakah kamu, manusia yang hanya mendapat pengakuan dari lingkaran maya nan penuh dusta?”

Biarkan diri dan hati kecilmu yang berbicara, sudah sejauh mana peranmu bagi dunia nyata dan tak hanya menjadi jago kandang di dunia maya.

Jangan menyia-nyiakan hidup yang cuma sekali ini. Berbaur, beradaptasi, dan berinteraksilah!

hidup cuma sekali, guys

hidup cuma sekali, guys via indianexpress.com

Menjadi pribadi yang tertutup itu tak ada salahnya. Menyendiri dan lebih menyukai kesunyian juga bukan berarti bahwa hati dan jiwamu hampa. Tapi, sudah sadarkah kamu bahwa hidup yang cuma sekali ini terlalu sayang untuk dilewati sendiri? Bukankah lebih menyenangkan jika kamu membagi tawa serta duka kepada dia yang kamu anggap berharga?

Advertisement

Mari tanyakan pada diri dan hati kecilmu sendiri, seberapa pentingkah arti kehadiran mereka yang selama ini diam-diam mendo’akanmu.

Mendeklarasikan tentang kesedihanmu bukanlah solusi jitu. Ingat, ada keluarga dan sahabat yang akan senantiasa membantu.

kesedihan bukan untuk dideklarasikan

kesedihan bukan untuk dideklarasikan via lipstickalley.com

Sudah menjadi rahasia umum jika kamu begitu menikmati teknologi yang ada. Banyaknya akses untuk meluapkan emosi telah menjadikanmu sebagai pribadi yang rentan putus asa dan minim usaha. Dengan ini, kamu selalu berharap mendapat belas kasihan dari semua orang yang bahkan tak kamu kenal sebelumnya. Kamu juga sangat berharap bahwa kesedihanmu bisa sirna begitu saja dengan luapan emosi sesaat di dunia maya, yang sesungguhnya penuh dengan dusta.

Apa yang sebenarnya kamu harapkan dari tulisan-tulisan galau itu? Sudahlah, usiamu yang sekarang terlalu mubadzir jika terus menerus menikmati kesedihan.

Advertisement

Senyuman yang kamu tampilkan di dunia maya, sesungguhnya akan lebih bersinar jika kamu tampilkan di dunia nyata. Berhentilah menjadi orang lain dalam dunia maya.

tunjukan pesonamu di sini, di dunia nyata

tunjukan pesonamu di sini, di dunia nyata via plus.google.com

Satu hal yang perlu dikhawatirkan adalah, ketika kamu sudah mulai nyaman di dunia yang sebenarnya hanya khayalan saja. Dunia yang berisikan berbagai macam manusia lengkap dengan perangainya, dunia yang juga dipenuhi dengan godaan menggiurkan.

Kamu mungkin terlihat begitu mempesona dengan banyaknya gaya dan senyuman yang menawan. Kamu mungkin terlihat seperti orang yang mendapat anugerah Tuhan yang begitu sempurna. Perasaan puas dan bahagia juga tak jarang membuatmu lupa, bahwa senyuman yang manis itu akan lebih bersinar di dunia nyata.

Tak bisa diragukan lagi bahwa wajah dan senyumanmu memang mempesona. Namun, itu hanya fatamorgana yang takkan pernah terlihat di dunia nyata.

Mungkin kamu lupa, mempertotonkan kemewahan itu hanya menghasilkan pengakuan, bukan kasih sayang ataupun perhatian.

Mungkin sudah menjadi tabiatmu, mempertotonkan kemewahan di dunia maya merupakan kepuasan tersendiri. Pengakuan akan kehebatan dan keahlianmu dalam berbelanja pun membuatmu seakan melayang meski hanya sesaat. Kemudian, dengan menerima kenyataan bahwa hidupmu yang sebenarnya tak semewah itu, kamu pun tersadar, namun enggan untuk bangkit dan bangun dari zona penuh pengakuan tadi.

Kamu pun tak berniat membuat orang lain iri atau dendam dengan pencapaianmu itu. Kamu hanya terbius dengan dunia yang mengharuskanmu menjadi orang lain dengan sejuta perbedaan yang tak pernah Tuhan ciptakan sebelumnya. Sangat disayangkan saja, jika orang baik dan istimewa sepertimu menjadi gelap mata hanya karena kehidupan di dunia maya.

Budaya saling menjatuhkan pun berpeluang besar ada pada dirimu. Ingat, dunia maya itu hanya ilusi yang penuh dengan angan palsu.

hidupmu ya hidupmu

hidupmu ya hidupmu via kidztrainir.com

Melihat dan memperhatikan pola hidup orang lain adalah kegiatan paling dasar yang akan kamu temui di dunia maya. Sebagai manusia normal, rasa ingin tahumu tentu bisa membumbung tinggi dengan kenyataan ini. Parahnya, terkadang kamu tergerak untuk ikut campur urusan mereka. Judge tak bertanggungjawab pun sesekali kamu berikan.

Apakah kamu sudah lupa bahwa memaksa masuk ke hidup orang lain itu hanya akan membuatmu makin terlihat lebih buruk?

Dengan mudahnya kamu memberikan nasehat bagi mereka yang tak dikenal, sementara perhatian serta kepedulianmu kepada orang-orang terdekat saja belum khatam.

khatamkan dulu misimu

khatamkan dulu misimu via twitter.com

Tak bisa dipungkiri, bersikap baik dan menunjukan bahwa kita ada di dunia maya merupakan satu kebutuhan yang wajib dipenuhi untuk sekarang ini. Tentunya hal ini akan berdampak pada kebaikan jika kamu juga melakukannya di dunia nyata, tempat di mana petuah-petuah baikmu itu dibutuhkan. Bukankah lebih menyenangkan jika melakukan hal-hal baik dari lingkungan yang telah membesarkanmu?

Ciptakanlah surga-surga kecil bagi orang-orang yang telah mengenalmu dengan baik, bukan kepada mereka yang mengenalmu hanya sebatas formalitas.

Tanpa bermaksud menghalangimu berinteraksi di dunia maya, tulisan ini hanya berkaca kepada mereka yang mulai lalai tehadap esensi hidup yang sesungguhnya, yaitu menikmati dan mensyukuri indahnya semesta.

Kredit Feature Images by http://bustle.com

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang makmum yang taat :)

CLOSE