Apa yang Kamu Tulis di Media Sosial Bisa “Bunuh” Orang. Jadi, 6 Hal Ini Jangan Lagi Dilakukan

Komentar Media Sosial

Mereview tahun 2019, media sosial seperti menjadi lapangan terbuka tempat orang dari mana pun bertemu dan melakukan apa pun. Ada yang memilih untuk duduk santai melingkar dan ngobrol dengan lingkar pertemanan yang sudah ditentukan. Lantas ada beberapa orang datang menawarkan dagangan, dari yang asli sampai KW. Lalu ada juga kelompok yang senang berseteru, biasanya orang-orang ini memakai atribut mencolok dan mudah dikenali. Lalu ada juga pendatang biasa yang tujuannya main ke sana hanya satu: julid dan mengkritik apa pun yang dilakukan oleh siapa pun di lapangan itu.

Advertisement

Media sosial yang seharusnya untuk menjalin pertemanan (namanya saja sosial ‘kan?), menjadi ruang yang sangat keras dan kejam. Akui saja terkadang jemari kita hanya asal mengetik di kolom komentar tanpa memperdulikan dampaknya. Tanpa disadari, apa yang kita tuliskan itu bisa membunuh orang. Ambil saja kasus Sully yang memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri setelah sekian lama menjadi korban cyber bullying dari warganet.

Menyambut tahun 2020, mari berharap semoga hal-hal serupa tidak perlu terjadi lagi. Salah satu caranya dengan menjadi lebih baik hati di media sosial. Untukmu yang masih peduli, yuk 2020 stop melakukan hal-hal ini.

1. Apa yang orang putuskan tentang hidupnya bukan urusanmu. Berhentilah memprotes keputusan itu, apalagi bila tak ada hubungannya denganmu

berhenti urusin urusan orang lain via merakmag.com

Mengapa si A dan si B bercerai? Kenapa dia memilih beli baju yang mahal kalau yang lebih murah lebih banyak? Kenapa si C belum nikah-nikah juga padahal sudah sukses hidupnya? Kenapa si D,E,F, hingga Z melakukan ini dan itu? Hal-hal seperti itu kan sebenarnya tidak perlu dicari tahu. Setiap orang berhak mengambil keputusan menyangkut hidupnya sendiri, dan dia tidak wajib menjelaskan alasannya kepada orang lain. Apalagi kalau keputusan itu tidak berhubungan dengan orang lain.

Advertisement

Karenanya, mari berhenti untuk menyalahkan jalan hidup orang lain hanya karena jalan hidup itu tidak sama dengan jalan hidup yang kamu pilih. Tak perlu menyinyiri teman yang bolak-balik liburan ke luar negeri, karena kamu nggak tahu bagaimana dia kerja keras, lembur setiap hari, dan hanya tidur 3-4 jam setiap malam sebelum punya uang untuk liburan. Akui saja, kita tidak tahu apa-apa soal orang lain.

2. Kamu tidak pernah tahu apa yang dialami orang dalam satu hari itu. Jadi, baik hatilah dan jaga jari-jarimu dari komentar jahat

jadi baik hati via www.lovewhatmatters.com

Suatu hari, di media sosial ada seorang yang mengunggah pendapat tentang indahnya relasi antara anak dan orangtua. Lalu, emosimu pun terpantik karena kamu tidak merasakan relasi yang sama dengan orangtuamu. Lantas kamu pun menyerangnya dan mengatakan bahwa dia tidak tahu apa-apa. Padahal yang dia lakukan hanyalah mengutarakan pendapatnya, bukan?

Di cerita yang lain, kamu menghubungi customer service lewat media sosial. Lalu kamu menyampaikan keluhanmu sambil marah-marah dan melontarkan kata-kata kasar. Padahal kamu tidak tahu berapa banyak orang yang sudah memberinya kata-kata kasar sebelumnya. Kamu tidak tahu masalah apa yang dia hadapi di luar pekerjaan. Setiap orang bertarung dengan konflik masing-masing. Jadi, mengapa tak saling menjadi orang baik saja?

Advertisement

3. Meninggalkan komentar dan caci maki tanpa baca isi. Mari berhenti memberi respons yang buruk atas sesuatu yang tidak kita pahami

ikut mencaci tanpa tahu persoalan via iso.500px.com

Di tahun 2019 ini, banyak sekali orang yang suka terjun bebas. Maksudnya, ketika menemukan sebuah berita, ia hanya membaca judulnya, lantas langsung terjun ke kolom komentar dan mencaci maki dengan membabi buta. Padahal dia belum tahu isi sebenarnya dari berita itu apa. Apakah kamu salah satunya? Jika ya, semoga hal itu tidak terjadi lagi di tahun 2020.

Berkomentar tanpa mengetahu konteks persoalan sebenarnya sama seperti terjun bebas tanpa parasut. Bunuh diri. Tanpa sadar kita seperti menunjukkan kekurangan diri sendiri yang malas memahami masalah tapi memilih langsung marah-marah. Sampai kapan akan terus-terusan begini?

4. Kritik bisa disampaikan dengan kata-kata yang sopan. Caci maki hanya akan meninggalkan luka tanpa memberi pesan

sampaikan kritik baik-baik via www.bustle.com

Media sosial semestinya menjadi mimbar digital untuk bisa berdiskusi untuk siapa saja tanpa memandang posisi apalagi jabatan. Pun di media sosial, setiap orang bisa menjadi penyanggah ataupun pendukung opini seseorang. Media sosial juga memudahkan interaksi sehingga kritik bisa disampaikan tanpa harus susah payah ketemuan. Tapi di tahun 2019, banyak yang menyampaikan kritik lewat caci maki dan olok-olok. Padahal kritik lebih bisa diterima jika disampaikan baik-baik tanpa melukai, bukan?

5. Berhenti menghina fisik orang lain. Karena itu tidak akan memberimu apa-apa selain menunjukkan rendahnya kualitas dirimu

Body shaming via www.timesnownews.com

“Ih, si artis A kok sekarang gendut banget sih?”

Terkadang kita merasa punya hak sebagai warganet untuk berkomentar sesuka hati. Mungkin juga karena yang dikomentari adalah artis, lantas kita merasa hak kita untuk mengomentari apa pun tentangnya. Kalau nggak mau dikomentarin jangan jadi artis, begitu alasannya. Termasuk tentang fisiknya. Padahal, apa pun alasannya, menghina dan mengomentari fisik orang lain bukanlah hal yang baik, apalagi benar. Meski kita menganggap komentar itu biasa saja, tapi yang dikomentari pasti sakit hatinya. Tahun 2020, tidak ada lagi body shaming, ya? 🙂

6. Berdebat dengan orang di Twitter itu bagus dan wajar. Selama perdebatannya benar, bukannya malah saling serang hal-hal personal

berdebat di Twitter via www.hancinema.net

Belakangan Twitter kembali riuh dengan warganet. Platform berlambang burung putih ini menjadi tempat paling gampang untuk berduskusi ataupun beradu pendapat. Sayangnya, sepanjang 2019 banyak sekali diskusi yang berakhir melenceng dari substansi. Bukannya melawan dengan argumen, melainkan malah menyerang secara personal orang yang menjadi lawan berdebat.

Ini sama sekali tidak keren, dan hanya menunjukkan bahwa sesungguhnya kamu tidak punya argumen yang cukup kuat untuk membantah argumennya. Jadi, lawanlah argumen dengan argumen. Bukan serangan secara personal, apalagi caci maki hanya untuk pelampiasan kemarahan dan kekalahan.

Tahun 2019 hanya tinggal hitungan hari. Tahun 2020 akan datang sebentar lagi. Alangkah beruntungnya kita jika tahun depan bisa menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Salah satu langkah konkretnya bisa dengan menjadi orang yang lebih “baik hati” di media sosial. Sebab, apa yang kamu tulis itu besar dampaknya bagi orang lain.

Omong-omong, apa resolusimu tahun 2020 nanti?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta harapan palsu, yang berharap bisa ketemu kamu.

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE