Jual Perusahaan dan Jadi Bapak Rumah Tangga, Pria Ini Tunjukkan Harta Paling Berharga adalah Keluarga

Resign

Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga

Lagu di atas pasti sudah nggak asing lagi di telingamu. Lalu kamu akan terbayang kehidupan keluarga Abah di sinetron tahun 90-an, Keluarga Cemara.

Di dunia yang berbeda, dengan kisah yang berbeda, seorang pengusaha di Amerika juga mengamini prinsip tersebut. Di usia ke-36 saat perusahaannya sedang sangat berkembang dan pundi-pundi uangnya semakin bertambah, Michael Quan justru resign dan menjual perusahaan serta memilih menjadi stay-at-home Dad. Berikut kisah selengkapnya.

Michael Quan mendirikan perusahaan IT 10 tahun yang lalu. Semua dimulai dari nol hingga berkembang dan memiliki valuasi yang besar

mendirikan perusahaan IT via www.nzherald.co.nz

Quan tinggal di San Diego, California, bersama istri dan kedua anaknya. Kekayaannya saat ini mencapai 2 juta USD Ya masih jauh sih kalau dibandingkan dengan kekayaan Mark Zuckerberg atau Warren Buffett, tetapi nominal itu jelas tidak sedikit. Sebelumnya, Quan merupakan pemilik sebuah perusahaan IT yang didirikannya 10 tahun yang lalu.

Berawal dari perusahaan yang hanya berkantor di rumah untuk menekan biaya operasional, perusahaan Quan semakin berkembang dan menjadi besar. 6 tahun yang lalu, ketika usianya baru 36 tahun, Quan memutuskan untuk menjual perusahaan miliknya dan pensiun dini dari bidang bisnis yang selama ini ia tekuni.

Masa muda Quan tak ubahnya kita semua. Bekerja 8 jam sehari, dan seringkali bingung sebenarnya apa yang sedang dilakukan

Awalnya karyawan biasa (photo by snapwire) via www.pexels.com

Berhasil mendirikan sebuah perusahaan dan membuatnya berkembang, apakah Quan istimewa sejak awal? Tidak juga. Memang sejak awal Quan sudah mencanangkan cita-cita untuk menjadi miliuner, tetapi dia juga tidak tahu bagaimana caranya. Awal karier Quan sama saja seperti anak muda zaman sekarang yang baru lulus. Dia bekerja di berbagai bidang, dan masih belum tahu apa yang ingin dia lakukan sebenarnya. Namun, Quan agaknya jeli dalam menganalisa pasar kerja.

Ketika tahun 2000 perkembangan IT semakin besar, Quan memutuskan untuk terjun ke bidang tersebut. Tapi peristiwa 9/11 terjadi dan membawa pengaruh yang signifikan untuk perekonomian, dan banyak pegawai yang di-PHK. Alih-alih menunggu giliran dirinya di-PHK, Quan dan beberapa rekan kerja memutuskan untuk resign terlebih dahulu dan bekerja sama mendirikan perusahaan IT sendiri.

Kunci kesuksesan Quan ada pada 4 poin: menghargai tinggi skill diri, menabung, dan investasi

menabung dan berinvestasi (Photo by maitree rimthong) via www.pexels.com

Apa yang dilakukan Quan adalah memaksimalkan semua potensi yang dipunya untuk menggapai kesuksesan. Ada beberapa kunci sukses yang Quan bagikan dalam tulisannya yang dimuat di nzherald.co.nz . Pertama-tama adalah dengan menghargai skill dan potensi diri sendiri dengan memaksimalkan gaji. Yup, hal ini penting juga untuk ditiru bahwa sah-sah saja kita nego gaji ketika menerima lamaran kerja, karena kita harus menghargai diri sendiri.

Yang kedua, menabung yang ketat dan berani berinvestasi. Karena sebanyak apa pun penghasilan yang kamu punya, kalau digunakan semua ya tidak akan jadi apa-apa. Ketiga, berinvestasi dalam bentuk properti. Sebagai benda yang diam, investasi properti bisa memberimu penghasilan besar tanpa harus capek-capek kerja.

Setelah menjual perusahaannya, Quan memilih menjadi stay-at-home Dad dan fokus kepada keluarganya

Menjadi stay at home dad via www.businessinsider.sg

Setelah 10 tahun mengelola perusahaan, Quan memutuskan untuk pensiun dini dari dunia bisnis. Untung saja, kerja kerasnya selama itu memberinya ruang cukup besar untuk memilih, untuk bekerja di kantor lain atau membangun perusahaan baru. Tapi apa yang akhirnya dipilih? Quan memilih untuk menjadi stay-at-home dad, alias bapak rumah tangga, agar bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga.

Sementara sang istri bekerja sebagai guru sekolah, di sela-sela kesibukan mengurus kedua anaknya, Quan juga mengelola website Financially Alert dan Fulfillment by Amazon (FBA) serta menjadi “bapak kos” alias menyewakan beberapa properti yang dimilikinya, yang bisa menopang perekonomian keluarga.

Kisah Quan menjadi bukti bahwa penting untuk kita kerja sekeras-kerasnya selagi masih muda. Supaya punya lebih banyak waktu untuk menikmatinya hasilnya

Kerja keras (photo by Raghav bhadoriya) via www.pexels.com

Mungkin banyak dari kita yang kurang relate dengan kisah Quan. Karena “Ya dia sih enak karena sudah kaya raya, jadi meski resign dan di rumah saja tetap bisa hidup”. Tapi perlu diingat, bahwa Quan tidak mendapatkan semua itu sembari rebahan dan berkhayal di siang bolong. Dia juga bekerja keras dan rajin menabung sehingga punya modal yang cukup. Jadi, apa yang bisa kita pelajari di sini adalah bekerja dengan sangat keras ketika masih muda dan tubuh masih fit-fitnya, agar kelak punya lebih banyak waktu untuk menikmatinya bersama keluarga.

Tak hanya itu, Quan juga mengajarkan bahwa seberapa besar kemewahan yang diberikan oleh kantor tak bisa mengganti momen keluarga yang tak bisa selamanya

Keluarga lebih penting (Photo by Craig Adderley) via www.pexels.com

Bukan hal baru bila untuk mendapatkan sesuatu terkadang kita perlu mengorbakan sesuatu yang lainnya. Waktu 10 tahun untuk mengembangkan perusahaan, dan tahun-tahun sebelumnya untuk mempersiapkan semuanya, tentu mengorbankan waktu untuk bersama keluarga. Barangkali, inilah yang ingin diinginkan oleh Quan. Yaitu mengganti family time yang dulu terpakai untuk mengejar mimpi. Karena bagaimanapun, ada hal-hal yang tidak bisa diganti dengan materi. Momen bersama keluarga adalah salah satunya. Sebab, momen ini tak akan ada selamanya.

Orang-orang di kantor ataupun dunia bisnis datang pergi. Pada akhirnya, jika ada apa-apa, keluargalah yang akan ada di belakang kita

Keluarga tempat untuk bersandar (Photo by Steshka Willems) via www.pexels.com

Bila kita berbicara bukan dari kapasitas seorang pemilik perusahaan, melainkan karyawan biasa yang kerja 8 jam setiap harinya, apa yang dilakukan Quan mengingatkan bahwa pada akhirnya keluarga adalah sandaran terakhir kita. Memberikan performa yang terbaik untuk kantor memang perlu, namun, jangan sampai menggadaikan seluruh hidup untuk itu. Sebab, bila nanti sesuatu yang buruk terjadi, kantor akan dengan mudah mengganti posisimu. Pada akhirnya, keluarga yang akan menjadi backup-mu. Jadi, rasanya tak adil bukan bila menomorduakan keluarga hanya karena mereka tak memberimu penghasilan?

Kita memang bukan pengusaha seperti Quan yang kalaupun resign dari pekerjaan tidak akan kelabakan bagaimana membayar cicilan. Namun, di luar status finansial itu, ada banyak hal yang bisa kita pelajari darinya. Yaitu bagaimana kerja keras itu perlu, dan bagaimana dia memilih untuk mengutamakan keluarganya dibanding kerajaan bisnis yang akan memberinya pundi-pundi uang. Karena pada akhirnya, keluarga adalah tempat bersandar ketika cerita yang buruk datang. Sudahkah kamu bertanya kabar pada keluargamu hari ini? :”)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta harapan palsu, yang berharap bisa ketemu kamu.

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi