Menualah dengan Tenang, Mama dan Papa. Sekarang Giliranku Membahagiakan Kalian Berdua

Artikel Hipwee ini dipersembahkan oleh Kesatria Semangat Mizone . Minuman yang bisa membangkitkan semangatmu demi mewujudkan mimpi.

Mama dan Papa sayang,

aku berharap semoga Mama-Papa membaca tulisan ini sambil terkikik geli. Karena apalagi kalau bukan tak habis pikir soal tingkahku yang di mata kalian aneh. Tinggal serumah, bisa ngobrol langsung atau berkirim pesan singkat kok malah menulis?

Mama dan Papa mungkin bertanya-tanya,

“Kenapa anak ini harus aneh-aneh berusaha bercerita lewat tulisan?”

Kita tidak punya waktu selamanya untuk bercerita Ma, Pa. Kali ini ijinkan aku menggunakan kata untuk mengabadikan keinginan. Bertutur mengenai perjuangan, tentang hal yang sedang diupayakan, soal masa depan — yang semuanya bermuara pada kalian.

Mama dan Papa jelas bukan manusia sembarangan. Keikhlasan kalian menciptakan kebahagiaan membuatku berkembang

Keikhlasan Bapak-Ibu menciptakan kebahagiaan membuatku berkembang

Keikhlasan Bapak-Ibu menciptakan kebahagiaan membuatku berkembang via www.tumblr.com

Papa menikahi Mama di usia 24. Ibu mengandung dan melahirkanku di usia 25. Pak, Bu — kalian jelas bukan manusia sembarangan. Usia cemerlang malah Papa-Mama gunakan demi mengurus bayi kecil yang kerjanya hanya pup dan lapar.

Dari awal kehadiranku di dunia Mama dan Papa harus dengan cepat bertransformasi jadi orang dewasa. Bujet modif motor tergeser agar uang vaksinku terpenuhi. Agenda belanja tas dan gincu Mama tak bisa sesering dulu lagi karena bajuku sempit dalam hitungan hari.

Kebaikan Mama dan Papa terus berlanjut sampai aku dewasa. Menjelang kuliah kusadari Mama makin jarang beli sepatu, jam tangan Papa yang sudah rusak juga tak kunjung diganti baru. Dana kuliahku, jadi alasan kenapa Papa dan Mama menahan diri membeli sesuatu yang tak begitu perlu.

“Hey, Mama dan Papa senang kok melakukan ini. Suatu hari kamu akan tahu, Nak — kebahagiaan bukan cuma datang dari barang-barang. Tapi juga dari kecukupan ia yang disayang. ”, kata Mama pada suatu petang.

Pa, Ma. Sesungguhnya kehadiran kalian jadi alasan kuat agar aku tak kehilangan semangat atau berhenti berjuang. Aku punya dua orang yang kuat di belakang. Kalian membuatku tak pernah kehabisan stok sayang.

Pendampingan Papa-Mama membuatku berkembang jadi anak yang berani bermimpi. Namun di tengah gempuran mimpi, Papa dan Mama mengingatkanku untuk tetap rendah hati

Di tengah gempuran mimpi kalian mengajariku untuk tetap rendah hati

Di tengah gempuran mimpi kalian mengajariku untuk tetap rendah hati via tumblr.com

Ada masa aku pernah jadi anak paling keras kepala sedunia. Merasa paling tahu, merasa bisa memutuskan semua hal sesuai dengan keinginanku. Saran dan masukan dari Papa dan Mama kuanggap hanya angin lalu.

Papa dan Mama punya pilihan untuk jadi orangtua otoriter yang ogah membuka telinga demi mendengar keinginan. Tapi hal itu tidak kalian lakukan. Ibu memilih membuka obrolan di sore hari, berbincang ringan sembari menyelipkan nilai yang harusnya kuteladani.

Papa pun melakukan hal yang sama dalam porsinya. Dengan sabar Papa malah mengajakku berbincang seperti orang dewasa. Papa ceritakan harapan dan kondisi keuangan keluarga: bukan karena apa-apa, kata Papa. Satu yang Papa mau, Papa hanya ingin aku paham diri dan tak lupa akarku.

Papa dan Mama adalah dua orang yang membuatku tetap waras di tengah badai impian yang melanda kepala. Setinggi apapun cita-cita di dada, kalian membentukku jadi orang yang tetap mau membuka telinga.

“Kamu belum sehebat itu, Nak.“,

kata Mama.

“Rendahkan hati, berjalanlah terus, serap kebaikan dari sekelilingmu.”

Selama ini aku tak pernah bertanya. Apakah yang kuperjuangkan adalah yang Mama-Papa harapkan? Apakah semangatku berusaha memang ada di jalan yang selalu kalian doakan?

Apakah yang kulakukan sudah membuat Bapak dan Ibu senang?

Apakah yang kulakukan sudah membuat Bapak dan Ibu senang? via tumblr.com

Jika sekarang melongok ke belakang, sebenarnya bisa kulacak jejak-jejak keinginan yang dititipkan pada setiap langkahku yang direncanakan.

Aku masuk ke SMA yang jadi idaman Mama. Jurusan kuliahku adalah impian Papa dulu. Dalam beberapa episode hidup, ada impian kalian yang dititipkan padaku.

Dulu, aku yang masih labil merasa tak adil rasanya jika hidup hanya untuk melanjutkan impian-impian kalian saja. Kuambil jalan berseberangan agar hidup terasa beda, kupilih apapun yang terasa tak sama dari yang sudah kalian lakukan sebelumnya.

Anakmu ini memang pernah senaif itu Pa, Ma. Tapi jika kini ditanya lagi, tak sedikitpun keberatan kulakoni pilihan-pilihan yang dulu kalian sorongkan di hadapanku.

Lewat tulisan ini pula kuharap akan kudengar “Iya” sebagai jawaban — saat pertanyaan-pertanyaan ini kuajukan:

“Banggakah Papa-Mama pada jalan yang sudah kupilih untuk diperjuangkan?”

“Benarkah semangat yang berkobar ini ada di jalan yang selalu kalian doakan?”

“Apakah sebagai anak, aku sudah cukup memenuhi segala keinginan?”

Sebab apa lagi yang lebih menyenangkan dari menciptakan senyum bahagia di wajah kalian, Mama dan Papa yang paling kusayang?

Atas nama kepercayaan dan keyakinan akan kemampuan. Untuk semangat yang terus kalian kobarkan. Semoga Tuhan hanya membalas dengan kebaikan

Semoga hanya kebaikan yang datang pada Bapak Ibu

Semoga hanya kebaikan yang datang pada Bapak Ibu via tumblr.com

Keyakinan bahwa anakmu ini mampu dan bisa selalu kalian ungkapkan saat aku sedang merasa kurang percaya.Waktu rasa tak yakin akan kemampuan diri melanda, Mama dan Papa jadi penyokong di tulang belakang agar aku bisa berjalan lebih lama.

“Kamu tidak kami didik untuk jadi pecundang. Bersemangatlah terus, Nak. Jadi Kesatria Semangat membuatmu tidak pernah kehilangan alasan untuk berjuang. Jika pun akhirnya gagal, kamu masih bisa mengangkat dagu dengan terhormat lalu pulang.”

Keyakinan Mama dan Papa sering kuanggap kata-kata manis saja.

Pasti lah Mama bilang aku Kesatria Semangataku kan anak Mama sendiri” , gerutuku.

Tapi sekarang aku tahu. Kepercayaan kalian memang menggandakan kekuatan langkahku.

Di luar kemampuanku boleh dipertanyakan di tengah mereka yang lebih profesional. Kecerdasanku bisa dianggap biasa saja di antara mereka yang lebih piawai merangkai rumus dan kata. Tapi di rumah, aku punya dua orang yang selalu percaya. Dua orang yang selalu yakin aku mampu melakukan apa saja, selama semangat itu ada.

Untuk kesediaan Mama menjadi pendengar setiap aku dilanda kesulitan. Untuk Mizone dingin di kulkas yang selalu siap sedia menyambutku pulang. Untuk perbincangan singkat dengan Papa yang kadang kaku tapi sarat makna — sungguh Pak, Bu. Semoga hanya kebaikan yang datang pada kalian berdua.

Menualah dengan tenang Mama dan Papa Sayang. Akan kupastikan kalian bahagia. Demi kalian anakmu ini akan terus berusaha

Aku akan berjuang sekuat tenaga demi membahagiakanmu, Pak-Bu...

Aku akan berjuang sekuat tenaga demi membahagiakanmu, Pak-Bu… via tumblr.com

Kusadari sekarang. Semua yang kulakukan bukan hanya demi mimpiku sendiri. Ada senyum bangga Mama yang akan terukir di muka waktu aku bisa lulus Sarjana. Papa diam-diam tak akan berhenti bercerita pada kerabat selepas tahu aku diterima beasiswa.

Keberhasilan jadi perwujudan keberhasilan kalian mendidikku. Tak ada alasan lagi bagiku untuk tidak berusaha sekeras yang kumampu.

Satu yang perlu Mama dan Papa tahu. Dari rahim Mama dan didikan tangan Papa tumbuh besar seorang anak yang jauh dari sempurna, terkadang menyebalkan dan sering keras kepala. Tapi dia rela pasang badan demi kebahagiaan kalian berdua.

Berhentilah berlari kencang dan menualah dengan tenang Mama-Papaku sayang. Kini giliranku maju ke depan, menggantikan tugas kalian membesarkan adik-adik yang masih perlu sokongan. Merawat rumah dan membayar semua tagihan. Memastikan hanya kebahagiaan yang menyapa sampai nanti panggilan Tuhan datang.

Ini bukan soal balas budi. Mama dan Papa jelas cukup lapang hati untuk tidak minta apapun dari anak yang sudah dibesarkan ini. Tapi bukankah sedari kecil, Mama dan Papa selalu mengajarkanku arti menghargai?

Buatku, menghargai perjuangan kalian berarti tidak menyerah pada ketidakmungkinan. Mengobarkan semangat setiap rasa ingin menyerah datang. Jadi Kesatria Semangat untuk tidak mudah menyerah pada keadaan.

Demi periuk kebahagiaan kalian, yang penuh terisi — meluber hingga ke luar.

Anak yang berjanji terus semangat terus demi mengusahakan kebahagiaan Mama dan Papa,

Aku

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis