Jangan Ragu ke Psikolog Jika 7 Hal Ini Sudah Terjadi. Curhat ke Temanmu Nggak Akan Membantu Lagi

Tanda Perlu Ke Psikolog

Banyak yang berkata bahwa cerita akan meringankan beban. Karenanya, bagus sekali bila kita memiliki teman curhat yang bisa diandalkan. Namun, terkadang beban dan masalah itu terlalu berat dan curhat ke teman sudah bukan solusi lagi. Sementara tekanan dan stres sudah begitu mempengaruhi hidupmu. Kalau sudah begini, menemui psikolog bisa menjadi solusi. Sayangnya, masih banyak stigma yang melekat pada ia yang menemui psikolog. Mulai dari dianggap tidak punya Tuhan karena memilih mengadu pada manusia, sampai dianggap gila. Padahal, menemui psikolog bukan berarti kamu gila.

Curhat kepada teman saat ada masalah memang bisa membantu melegakan hati. Namun, bertemu psikolog adalah hal yang berbeda. Sama seperti kamu ke dokter saat flu berat dan nggak sembuh-sembuh, psikolog bisa membantumu mencari tahu dan mengatasi masalahmu. Bertepatan dengan Mental Health Day yang jatuh hari ini, 10 Oktober, yuk kita mulai lebih peduli dan menyayangi diri sendiri. Jangan ragu ke psikolog bila hal ini sudah kamu alami. Sebab stres dan depresi yang kamu alami sudah tidak main-main lagi.

1. Moodswingmu luar biasa dan kamu seringkali “tenggelam” dalam emosi. Amarah dan kesedihan tak bisa lagi kamu kendalikan

tak bisa kontrol emosi via www.freepik.com

Setiap orang pasti mengalami momen sedih ataupun marah. Namun, biasanya mereka bisa mengendalikan diri sehingga tidak terlarut di dalamnya sampai meledak-ledak. Tetapi kini kamu kesulitan mengontrol emosimu sendiri. Terkadang kamu merasa begitu marah, detik berikutnya kamu menangis hebat, lalu kamu tertawa. Kamu juga sering merasa cemas dan panik atas sesuatu yang belum tentu ada. Emosi-emosi itu seperti menelanmu, dan kamu tak bisa keluar dari sana. Ayolah, jangan dibiarkan, kamu butuh bantuan.

2. Stres yang kamu rasakan mulai mengganggu pola hidupmu. Nggak hanya nafsu makan yang berubah, pola tidur pun berantakan

pola tidur berantakan via www.freepik.com

Beratnya beban yang kamu pikirkan mulai mempengaruhi pola hidupmu. Terkait pola makan, stres bisa menjelma menjadi dua bentuk. Bisa jadi kamu jadi kurang nafsu makan, tetapi, bisa juga kamu jadi sangat banyak makan. Begitu juga dengan pola tidur yang berantakan. Ada yang jadi sulit tidur, ada juga yang justru tidur melulu. Selain itu, naik turunnya berat badan secara signifikan yang tidak berhubungan dengan diet bisa jadi tanda juga lo.

3. Kamu mulai bergantung pada hal-hal buruk untuk meredakan “sakit” yang kamu rasa. Mulai dari melukai diri sendiri sampai narkoba

self harm via www.thetimes.co.uk

“Sakit” yang di dalam ini seringkali diingkari keberadaannya. Karenanya sulit disembuhkan. Banyak orang yang kemudian mencari pelampiasan di luar untuk menenangkan sakit yang di dalam. Mulai dari mengonsumsi obat-obatan secara berlebihan, misalnya obat pereda sakit ataupun obat tidur, hingga mengonsumsi narkoba. Ada juga yang memilih “meredam sakit” dengan cara menyakiti diri secara fisik atau self harm. Kalau sudah begini, kamu benar-benar butuh bantuan.

4. Banyak hal yang dulu kamu sukai dan jadi salah satu hobi, kini menjadi tak menarik lagi

banyak hal yang jadi tak menarik via www.freepik.com

Dulu kamu senang menulis, menggambar, membuat puisi, membuat kerajinan tangan, atau sekadar jalan-jalan dengan teman di akhir pekan. Dulu, hal-hal itu bisa menjadi obat paling mujarab penghilang stres dan lelahmu. Namun sekarang, rasanya hal-hal itu tak lagi menarik hatimu. Melakukannya, yang dulu membuat perasaannmu nyaman dan senang, kini terasa hambar. Fungsi yang dulu kamu rasakan, sudah menghilang karena ketertarikanmu atas segala sesuatu juga pudar.

5. Muncul pikiran untuk berhenti hidup, yang semakin lama semakin besar. Meski kamu sudah berusaha keras untuk meredam

muncul keinginan bunuh diri via www.freepik.com

Seburuk-buruknya demotivasi, adalah hilangnya semangat untuk melanjutkan hidup. Tiba-tiba kamu berpikir bahwa segala hal ini sangat melelahkan dan kamu ingin mengakhirinya dengan jalan pintas, yaitu bunuh diri. Di sini, biasanya diikuti pula dengan perasaan tidak berharga. Kamu mulai berpikir “Ah, paling juga nggak ada yang sedih kalau aku matu. Nggak ada yang nyariin kalau aku nggak ada”. Perasaan seperti ini mungkin sering dianggap lebay dan dilabeli dengan kata “galau”. Padahal bila tidak ditangani, bisa sangat berbahaya.

6. Sakit di mental juga berbahaya untuk kesehatan tubuh. Gangguan fisik yang sering muncul juga jadi pertanda kamu butuh bantuan

migrain terus via www.freepik.com

Gejala depresi yang sudah berbahaya juga bisa dilihat dari kondisi fisikmu. Sebab apa yang ada di pikiran, sangat besar pengaruhnya ke badan. Kecemasan dalam pikiran bisa memicu asam lambung menggila. Sedang sesaknya pikiran dengan beban dan tekanan membuat syaraf-syaraf dan otot tegang. Tak heran bila kamu sering migrain berkepanjangan. Sakit secara fisik ini bisa diatasi dengan membenahi pula apa yang ada di dalam.

Setiap orang pasti memiliki masalah. Apa yang bagi seseorang hanyalah urusen sepele, bisa menjadi sesuatu yang prinsipil bagi orang lain. Karenanya, toleransi akan tekanan dan stres setiap orang pun berbeda. Tak perlu malu dan ragu untuk menemui psikolog karena memang tidak ada yang salah dengan hal itu. Kamu tidak gila kok, kamu hanya sedang menolong dirimu sendiri. Yuk, lebih peduli lagi dengan kondisi diri sendiri 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pecinta harapan palsu, yang berharap bisa ketemu kamu.

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi