Untuk Diriku di Masa Depan, Maukah Memaafkan 6 Kegilaan Masa Muda yang Terlanjur Kulakukan

Pengakuan kesalahan di masa muda

Saya selalu percaya-dan ini lebih merupakan sesuatu yang mistis-bahwa hari esok akan lebih baik dari hari sekarang, Pramoedya Ananta Toer.

Advertisement

Bicara soal masa depan memang tak akan ada habisnya. Dari kecil hingga sebesar ini, aku selalu menganggap masa depan itu abu-abu. Sebab aku tak pernah tahu akan jadi apa diri ini. Sukses? Mapan? Atau malah kepayahan karena salah menentukan langkah.

Ketidakpastian masa depan ini lalu menantang jiwa mudaku. Untuk melakukan banyak hal gila yang mungkin dipandang sebelah mata orang lain. Apalagi, kesempatan emas untuk melakukan hal-hal gila ini mungkin akan berdampak bagi masa depanmu nanti. Tulisan ini aku buat untuk diriku sendiri di masa depan. Semoga kelak, aku mau memaafkan dan mau menerima diri ini sepenuhnya. Sebab segila apapun hal yang aku lakukan sekarang, bukti bahwa aku berani mencoba dan tak terbelenggu diri sendiri.

1. Bekerja tak tahu waktu sampai mengabaikan kesehatan diri. Bukannya ingin menyiksa, tapi aku hanya ingin benar-benar produktif dan mandiri

Terlalu keras bekerja via unsplash.com

Kata orang, aku dan pekerjaan adalah satu paket yang tak bisa dipisahkan. Tujuh hari dalam satu minggu, dua puluh empat jam sehari, seakan tak cukup buatku. Bahkan kalau ada satuan waktu baru, aku akan menjadi orang pertama yang menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kecintaanku dalam bekerja membuatku abai dengan kesehatan sendiri. Mungkin jumlah jari yang kupunya tak bisa lagi menghitung seberapa banyak aku mimisan atau menahan pening di sela-sela lemburku. Bagi orang-orang taraf kerjaku ini gila. Tapi semoga kelak di masa depan aku mengerti. Bahwa aku hanya ingin lebih produktif dan mandiri.

Advertisement

2. Maaf jika sekarang aku sering patah hati sampai hampir tak percaya cinta lagi. Bagiku lebih baik patah hati sekarang daripada nanti saat raga sudah tak kuat lagi

Patah hati berkali-kali via unsplash.com

Mungkin aku merupakan orang yang paling tidak setia di muka bumi. Baru putus dua bulan, aku sudah punya pacar baru lagi. Tapi dua minggu setelahnya aku kembali menyendiri. Patah hati bukan hal baru buatku. Kalau boleh dibilang, aku bahkan sampai hampir tak percaya dengan cinta gara-gara seringnya patah hati.

Seringnya aku merasa patah hati ini bukannya tanpa alasan. Tapi aku hanya ingin merasakan kenyang pengalaman akan patah hati di usia muda. Lalu menemukan dia yang benar-benar menggenapkan. Bagiku lebih baik patah hati parah sampai berdarah-darah di masa muda, daripada harus menderita kelak di masa depan. Saat raga ini sudah tak mampu berdiri sendiri.

3. Terimalah kenyataan bahwa di masa muda aku sering mencoba meski kadang gagal. Tapi percayalah kelak diri ini akan terbiasa berjuang

Maaf di masa muda sering gagal via unsplash.com

Selain sering patah hati, aku juga dikenal sebagai pusatnya gagal. Mencoba hal-hal baru tanpa rasa takut, meskipun setelahnya kegagalan yang lebih banyak datang. Aku tak menyesal. Tapi mungkin aku di masa depan mempunyai pemikirannya sendiri. Tak apa kalau di masa depan merasamalu karena pernah berulang kali gagal. Tapi ketahuilah bahwa aku banyak mencoba untuk menempa diri. Agar di masa depan, diri ini lebih gigih dan tangguh dalam berjuang. Tak menye-menye seperti kebanyakan orang.

Advertisement

4. Tak perlu heran kalau beberapa teman menganggap diri ini gila. Sebab sekarang aku hanya mencoba jadi diri sendiri seutuhnya

Nyaman jadi diri sendiri walau dianggap berbeda via unsplash.com

Diriku sendiri, jangan heran jika kelak ada saja yang menganggap dirimu ini gila. Lalu mengatakan bahwa dulu apa yang dilakukan jauh dari sewajarnya orang-orang. Mengganti warna rambut tiap bulan. Tak mau menonton di bioskop beramai-ramai karena takut mengganggu konsentrasi. Sampai membawa tas belanja sendiri daripada pakai tas plastik dari supermarket. Maaf jika akhirnya diri ini dianggap aneh.

Tapi tahukah bahwa apa yang kulakukan ini hanya untuk satu tujuan? Aku mau menjadi diri sendiri dengan apa adanya. Tanpa paksaan. Tanpa perlu menjadi diri sendiri hanya untuk diterima lingkungan. Atau mungkin di masa depan, aku justru akan berterima kasih pada diriku versi muda. Karena berani berbeda dan mulai menjadi diri sendiri.

5. Karena perbedaan pendapat, aku dan orangtua pernah bertengkar hebat. Tapi tenang, ini semua demi keberanian menyampaikan pendapat

Bertengkar memang tak dibenarkan via unsplash.com

Bagiku orangtua adalah segalanya. Tapi segalanya bukan berarti aku harus mengurung pendapatku sendiri. Ada kalanya aku mengutarakan pendapatku. Tapi ayah dan ibu justru tak sependapat denganku hingga menyebabkan pertengkaran. Pertengkaran tersebut ada yang padam dengan sendirinya. Namun ada pula yang berlarut-larut karena hebatnya perbedaan pendapat.

Sejujurnya tak membenarnya pertengkaran dengan orangtua ini. Tapi kalau pendapatku sendiri harus ditahan, mau jadi apa aku di masa depan? Semoga kelak diri ini mau memaafkan hal yang tak pantas dicontoh ini.

6. Mohon maaf kalau saja nanti diri ini tak terima punya sedikit teman. Tapi mohon pengertiannya, sewaktu muda aku memang tak suka berpura-pura

Maaf, jumlah teman jadi tak sebanyak dulu via unsplash.com

Saat nanti tak banyak undangan reuni yang diterima, atau grup zaman sekolah yang ada di Whatsapp, semoga diri ini mau menerima. Maaf sudah menyebabkan jumlah teman yang dimiliki terjun bebas. Dari banyak sekali hingga tinggal beberapa yang tersisa. Bukannya anti sosial karena membatasi pertemanan, tapi di masa muda aku tak mau ada kepura-puraan. Pura-pura baik hanya untuk masuk di kelompok pertemanan. Pura-pura tertawa padahal tak ada yang lucu. Atau bahkan pura-pura menangis hanya untuk terlihat ikut bersedih.

Maaf dan mohon pengertiannya, diriku di masa depan. Semoga kamu bisa mengerti dan memahami bahwa teman tak harus banyak. Sedikit tak apa, asal tak ada kepura-puraan di dalamnya.

Untuk diriku sendiri di masa depan, semoga tulisan ini mampu menjadi pengingat. Bahwa kegilaan yang aku lakukan di masa muda merupakan bentuk persiapan menyambut masa depan. Agar pandanganku tentang masa depan yang abu-abu itu berubah warna. Dan tak ada kata menyesal karena di masa muda hanya tepekur pada hal-hal yang terlalu biasa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

CLOSE