Kemenangan Zozibini Tunzi di Miss Universe dan Pelajaran tentang “Rasa Cantik” yang Penting Kita Pahami

Zozibini Tunzi Miss Universe 2019

Miss Universe 2019 baru saja selesai digelar. Penyerahan mahkotanya dilakukan pada tanggal 9 Desember 2019 lalu di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Pemenang kontes kecantikan dunia ini adalah Zozibini Tunzi, seorang aktivis asal Afrika Selatan, sekaligus menjadi perempuan berkulit hitam kedua yang menjadi Miss Universe dalam waktu 10 tahun terakhir.

Advertisement

Hal ini tentu saja unik, sebab selama ini kita seolah dikondisikan untuk berpikir bahwa cantik itu identik dengan kulit yang putih tanpa noda dan rambut yang panjang bergelombang. Sementara Zozibini, seolah menolak itu semua, tampil dengan style yang orisinil. Terlepas dari perdebatan tak selesai-selesai mengenai kontes kecantikan ini, ada banyak pelajaran penting yang bisa kita pahami.

1. Kemenangan Zozibini Tunzi adalah momen kedua kalinya mahkota Miss Universe jatuh ke perempuan berkulit hitam selama 10 tahun terakhir

penobatan Miss Universe 2019 via www.insider.com

Memang Zozibini Tunzi bukan yang pertama. Bagi Afrika Selatan, kemenangan Zozibini di ajang Miss Universe adalah yang ketiga kalinya. Sedang dalam 10 tahun terakhir, Zozibini menjadi perempuan berkulit hitam kedua yang berhasil memenangi kontes kecantikan, setelah Leila Lopez yang menjadi Miss Universe di tahun 2011 lalu.

“Saya tumbuh di dunia di mana perempuan seperti saya, dengan (warna) kulit dan rambut (seperti ini), tidak pernah dianggap cantik. Dan saya pikir inilah waktu yang tepat untuk menghentikannya. Saya ingin anak-anak melihat saya, wajah saya, dan saya ingin mereka melihat wajah mereka yang terwakilkan dalam diri saya,” ungkap Zozibini dalam closing statement, seperti yang dilansir dari Rappler.

Advertisement

Oh ya, sebelum menjadi Miss Universe, pemenang Miss South Africa 2019 ini merupakan seorang advokat dan aktivis yang aktif menyerukan isu-isu kesetaraan gender lho.

2. Selama kontes berlangsung, Zozibini sering diminta memakai wig. Namun, ia menolak sebab tak merasa perlu menyembunyikan kecantikan alaminya

diminta pakai wig via www.allure.com

Penampilan Zuzibini selama kontes Miss Universe memang unik. Di antara kontestan lain yang berambut panjang dan diikal dengan mewah, Zuzibini tampil dengan rambut keriting naturalnya yang dipotong pendek nyaris cepak. Atas penampilan ini, Zuzibini mengaku sempat dibujuk untuk memakai wig, katanya agar penampilannya lebih cantik, termasuk oleh orang-orang terdekatnya.

Akan tetapi, Zozibini merasa tidak perlu mengubah penampilan naturalnya selama tiga tahun terakhir ini hanya agar dianggap cantik sesuai standar. Namun, Zozibini juga memaklumi permintaan tersebut, sebab masyarakat memang sudah sangat lama didoktrin bahwa cantik itu berarti rambut panjang. Sehingga dia yang tidak memiliki kriteria itu diminta untuk memenuhinya.

Advertisement

3. Selama ini kita dipaksa untuk berpikir bahwa cantik itu selalu putih dan rambut lurus. Karenanya produk kecantikan laris manis di pasaran

produk kecantikan laris manis via www.pexels.com

Apa yang diungkapkan Zozibini sesungguhnya menggambarkan persepsi cantik yang selama ini memang diasosiasikan dengan kulit cerah tanpa noda dan rambut panjang nan halus yang mudah disisir. Kalau tidak memenuhi kriteria itu, berarti kamu kurang cantik dan perlu upaya untuk bisa lebih cantik. Dari situlah, dari kecantikan yang diberi standar seperti ujian kelulusan itu, berbagai produsen kosmetik berlomba-lomba menawarkan untuk mendapatkan kulit yang lebih putih dan bebas jerawat, pelurus rambut yang terlihat alami, dan lain sebagainya.

4. Standar kecantikan semacam itu membuat “rasa cantik” seseorang memerlukan afirmasi. Karenanya banyak yang berlomba untuk “cantik seperti orang lain”

cantik yang perlu diafirmasi via www.pexels.com

Kecantikan yang distandarkan, membuat banyak dari kita yang kemudian membutuhkan afirmasi dari orang lain untuk merasa cantik. Tanpa disadari, di sini kita memilih untuk menjadi cantik seperti orang lai. Karena kita mengejar pada afirmasi orang lain atas rasa cantik itu, sementara masyarakat sudah dibiasakan dengan standar cantik yang seperti iklan produk kecantikan.

Kita menjadi sangat takut dianggap kurang cantik atau tidak lagi menarik bila mengubah gaya yang bertentangan dengan standar, meski sebenarnya itu lebih nyaman. Memang tidak ada salahnya merawat diri dan berdandan untuk tampil secantik mungkin. Tapi lakukan itu semua untuk dirimu sendiri. Sebab bila alasan di balik itu adalah semata untuk mengejar afirmasi dari orang lain, bukankah itu sangat melelahkan?

5. Zozibini mengajarkan kita untuk berani menjadi diri sendiri. Sebab kalau rasa percaya diri itu ada, kecantikan yang susungguhnya juga sudah ada di sana

cantik dari dalam diri via www.pexels.com

“Aku bilang pada wanita, kamu bisa menjadi cantik juga jika kamu mau. Kamu bisa berdiri dan berkata ‘Aku cantik seperti aku, dengan bentuk aku, dengan warna kulit yang aku miliki, dengan bintik-bintik yang saya miliki,” ungkap Zozibini, seperti yang dilansir dari Tempo .

Kalau dipikir-pikir, sebuah konsep kecantikan bisa saja usang dan berganti seiring trend. Misalnya, dulu kecantikan alami ala artis Korea menjadi trend, bukan mustahil nanti kecantikan ala Zozibini dengan kulit gelap akan menggantikan trend tersebut. Rasa cantik yang membutuhkan afirmasi akan membuat seseorang berada di zona tak aman, dan itulah yang menimbulkan rasa insecure.

Di sisi yang berlawanan, rasa cantik yang muncul dari dalam diri sendiri menawarkan kecantikan yang abadi. Sebab, rasa cantik ini bersumber dari penerimaan atas diri sendiri, mulai dari yang sifatnya fisik hingga segala kekurangan dan kelebihan dalam diri. Rasa cantik yang seperti ini akan abadi, apa pun trend kecantikan yang sedang hits.

6. Terlepas dari kompetisinya, kemenangan Zozibini Tunzi bisa menjadi semangat bagi kita semua untuk menghargai perbedaan. Begitu juga dengan konsep kecantikan

kecantikan itu beda-beda via mzansimp3.org

Gelaran Miss Universe memang masih menimbulkan banyak perdebatan, terutama tentang isu objektifikasi terhadap perempuan. Di luar persoalan tersebut, saya rasa kemenangan Zozibini Tunzi bisa menjadi awal pemahaman bahwa perbedaan itu memang nyata ada, dan itu indah, termasuk konsep kecantikan. Kecantikan tidak bisa dilihat hanya dari satu kacamata semata.

Untuk mengakhiri artikel ini, ingin saya mengutip lagu milik Mawang, penyanyi indie yang terkenal dengan keabsurdan lagunya, tapi kalau dipikir-pikir menyimpan pesan yang cukup dalam.

“Percayalah bahwa kau memang cantik. Yang tidak cantik … tidak percaya. Merasalah kau yang cantik … yang tidak cantik.”

Hey Kau yang Cantik – Mawang

Sebab rasa cantik yang abadi itu, munculnya dari dalam diri sendiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE