Akhirnya Perpisahan yang Sebenarnya Terjadi. Aku Ikhlas

Kamu, lelaki aneh yang ingin ku hadiahkan jemari perpisahan.

Bukan main, tiga belas tahun lalu “kita” dipertemukan Tuhan. Mengukir kisah indah sebagai sahabat. Sampai rasa itu tersulap jadi getaran asing yang bernama cinta. Meskipun genggaman jemarimu hanya berjalan sepuluh tahun yang kemudian terlepas sejak tiga tahun lalu, aku bahagia.

Romantika deary ku dapatkan hanya bersamamu. Kamu mengajari banyak hal tentang mimpi dan cinta. Mempertemukanku dengan cerita keluargamu. Membisingkan melodi-melodi indah di hadapanku. Hingga program otakku selalu eror setiap kali aku ingin melupakanmu dan membuka cerita baru tanpamu.

Akhirnya, perpisahan yang sebenarnya terjadi. Hal yang paling ku benci awalnya, sebelum senyumanku terhenti dengan kenyataan darimu. Kali ini aku benar-benar harus melepaskanmu. Menyudahi tatapanku yang tidak pernah absen dari sosok tubuhmu. Menghentikan perasaan yang terus saja bergetar setiap kali bertemu denganmu.

Kamu tempuh jalanmu, aku tempuh jalanku. Kamu tersenyum dengan iringan langkahmu, aku tersenyum dengan perasaanku. Kita temukan mimpi kita masing-masing.

Mungkin memang sebaiknya seperti ini, daripada harus terus meredam tatapan aneh yang membisu. Kita tidak harus selalu saling melihat dengan rasa yang tergores dan berjalan saling melewati seperti hari-hari sebelumnya.

Kamu pasti cukup bahagia dengan perpisahan ini. Bisa melewati waktu tanpa ada aku yang selalu menyibukkan tatapanmu dan mengusik kenyamananmu dengan kisah aneh yang selalu ku genggam. Sebenarnya, tidak ada kalimat spesial yang ingin aku katakan. Setidaknya aku hanya ingin meminta maaf dengan semua keterbatasanku yang tidak mampu melengkapimu selama kita berada dalam satu jalan.

Aku tidak pernah bisa membenci semua yang sudah kamu selipkan untukku dengan air mata. Bahkan terlalu sulit ku terima rangkaian perpisahan ini, meskipun hitungan waktu dalam dua tahun terakhir mengajariku cara melupakanmu.

Aku selalu bersyukur dengan Tuhan yang pernah menyatukan jabatan tanganku denganmu, menikmati tawa gurihmu yang langka dan senyumanmu yang menghangatkan ceritaku.

Sesakit apapun hitungan menit yang pernah ku jalani karenamu, tidak pernah bisa menghilangkan tumpahan sesal yang tidak pernah menghiraukan rasamu, dulu. Itu kebodohanku. Tiba-tiba sadar dan memaksakan langkah cinta ketika kamu sudah memilih yang lain. Itu salahku.

Aku berharap, pertemuan kita selanjutnya akan abadi dan terukir indah seperti sepuluh tahun sebelumnya. Kalaupun tidak, aku dan kamu pasti bertemu dengan seseorang yang namanya selalu terselipkan dalam setiap do’a yang terlantun. Aku percaya, Tuhan selalu punya kejutan istimewa untuk mengimbangi segalanya. Semoga selalu kamu temukan kebahagiaanmu.

Selamat menempuh jalanmu sendiri. Jaga kesehatanmu ya, jangan pernah sakit. :’)

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An Indonesian woman living in Lombok, Indonesia. I love humanity mission. Talking about human with their heart and society, watching movie. Search me. IG: ND Aohana Tumblr: 120menit Ask.fm/aohanaa