Aku Menetap, Engkau Menatap dan Menancapkan Palang Masing-Masing untuk Menjadi Asing

Kau tahu bagaimana rasanya ditinggalkan saat engkau membutuhkan?

Advertisement

Kau tahu bagaimana rasanya ada di posisi yang ditinggalkan?

Kau tahu bagaimana rasanya menggigil karena tangisan?

Kau tahu bagaimana rasanya menjadi diriku?

Advertisement

Duhai lelakiku yang telah berpaling dan menjadi asing, kenapa seketika kau asing bagiku? Kau layaknya tuan tak berperasaan yang dengan teganya membiarkan seorang perempuan menggigil karena tangisan. Kau tahu bagaimana hari-hariku setelah kau berubah menjadi sosok asing yang tak aku kenali? Kalau boleh ku katakan, ini adalah musim hujan yang panjang bagiku. Hujan yang teramat deras tanpa hentinya membasahi atap kehidupanku.

Tentang bagaimana aku harus berjuang menjadi kuat dalam keadaan keluarga yang tengah dirundung kesedihan. Tentang bagaimana aku juga harus berjuang menjadi kuat untuk menyelesaikan skripsi. Kau tahu apa yang aku butuhkan saat itu? Dirimu.

Advertisement

Dirimu yang setahun lalu menemani hari-hariku, menguatkanku ketika aku mengeluh dengan keadaanku, menghiburku dan menyemangatiku ketika aku mengeluh akan tugas-tugas kuliahku. Aku masih ingat hari dimana waktu itu aku sedang dirundung kesedihan karena kakak pertamaku harus dilarikan ke rumah sakit sementara aku harus berjuang dengan tugas-tugas kuliahku.

Sore hari kau menjemputku sepulang dari rumah sakit dan kampus, waktu itu kau tahu diriku tengah mendung. Ku temukan bingkai kacamatamu hadir dan memberikan keteduhan untukku, memberikan kekuatan untukku. Kau bawakan sebuah ice cream coklat yang menurutmu agar aku bisa kembali ceria. Ku ceritakan segala keluh dan peluhku, dan kau celotehkan gurauan-gurauan untuk membuatku tersenyum.

Sungguh, dirimu setahun lalu berbeda dengan dirimu setahun ini. Setahun lalu kau lengkungkan pelangi di setiap hari-hari mendungku. Tahun ini, kau turunkan hujan yang deras tiada henti yang menyebabkan air bah dalam bingkai mataku, hatiku, juga pikiranku. Begitu kontrasnya tahun lalu dan tahun ini. Begitu cepatnya kau menjadi asing setelah apa yang kita lalui bersama-sama.

Tahun ini, hari-hariku bak mengiris bawang merah berkilo-kilo. Selain membuat tangis, juga membuat perih. Andai kau tahu apa mauku dalam keadaan seperti ini. Aku ingin kau genggam, bukan kau lepaskan. Tahu bagaimana rasanya ditinggalkan saat keadaan menyesakkan dan kau harus berjuang menyelesaikan tugas akhirmu? Tahu rasanya menjadi diriku? Tahu bagaimana rasanya melewati hari-hari yang membuat dadamu sesak dan air matamu tak terbendung? Tahu rasanya ingin marah, benci, rindu, dan sayang beradu?

Entah apa yang engkau pikirkan, kau tahu apa yang aku rasakan, kau bilang mengerti apa yang aku rasakan, kau tahu bahwa kekuatanku tengah melemah. Tapi kau tidak membantuku untuk bangkit, kau tidak menggenggam tanganku. Kau malah mendorongku dan meninggalkanku, membuat diri ini semakin jatuh, bukan semakin kokoh. Aku yang bodoh? Yang masih dengan tulus menyimpan rasa yang tak berubah untuk dirimu yang telah berubah.

Puncak kesedihanku terjadi seminggu sebelum aku sidang skripsi. Ku temukan siluet dirimu dengan sosok asing yang tak ku kenali dalam balutan ombak dan jingganya senja. Kau tahu? Saat engkau tengah bermanja dalam bumbu-bumbu kasmaranmu bersama dirinya, aku tengah tersungkur kesakitan atas sikapmu yang dengan teganya meninggalkan saat diriku membutuhkanmu, membutuhkan bahumu.

Bisakah kau bayangkan bagaimana perasaanku saat itu?

Bisakah kau bayangkan bagaimana menjadi diriku yang harus berjuang sekuat tenaga untuk tidak mengingat dirimu juga puncak kesedihan darimu? Berjuang agar segala hal menyesakkan itu tidak berujung menyesakkan untuk hasil sidang skripsiku. And Alhamdulillah, finally I did it, I got a cumlaude. Ternyata, selalu ada kemudahan di balik kesusahan. Tuhan itu adil.

Dan untukmu, yang sempat menawarkan janji kebahagiaan lantas menyerah karena keadaan, hatiku memang ekor cicak.

Kau patahkan hatiku berkali-kali dan aku tak mengapa,

hatiku ekor cicak – Andi Gunawann

Karena nyatanya, sesakit apapun hatiku saat ini, masih ingin aku titipkan rindu untukmu, dariku yang kau patahkan berkali-kali.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pengagum senja, hujan, puisi, dan kamu.

CLOSE