Apakah Benar Tidak Ada Lagi Ruang Aman di Negara Ini?

Dua hari yang lalu (Sabtu-Minggu) jagat media sosial sedang ramai. Gaduh. Saya sendiri sampai gemetar membaca banyak berita dan juga update terbaru mengenai berita yang sangat memilukan. 

Dengan kata kunci pemerkosaan, aborsi, aib, mahasiswi, mungkin teman-teman akan bisa melihat bagaimana ramai dan geramnya melihat hasil pencarian bila melihat ataupun mencari kata kunci tersebut. Mari saya teruskan lagi. Carilah kata-kata tersebut dengan menambahkan Universitas Brawijaya dan Universitas Sriwijaya. Atau mungkin bisa ditambah dengan Bripda dan juga Mojokerto, Jawa Timur. Dari kata kunci tersebut akan banyak bertebaran berita yang membuat sedih, marah, kesal, tidak percaya dan tidak habis pikir. 

Saya tidak habis pikir bahwa wanita/perempuan/anak perempuan tidak sepenuhnya aman berada di negeri ini. Tidak ada yang aman sama sekali. Perdebatan sering saya lihat di media sosial. Ada akun yang mengatakan bahwa ‘laki-laki harus menjaga pandangannya’ kemudian disanggah dengan ‘cewek/wanita dong kalau pake baju yang mengundang nafsu’. Perdebatan itu memang tak menghasilkan apa-apa. Namun saya selalu memegang teguh bahwa wanita/perempuan/anak perempuan ya bebas mengenakan baju yang nyaman untuk mereka. Saya, anda, mereka, tidak bisa mengatur hal tersebut. 

Sering sekali saya melihat sanggahan seperti itu dan pada ujungnya banyak akun juga yang selalu menyalahkan perempuan, dan ujungnya memaklumi apa yang diperbuat oleh laki-laki. Tak sekali-dua kali saya bertemu atau membaca beberapa perdebatan tentang hal tersebut karena saya lebih menikmati menjadi silent reader, makanya saya hanya bisa menilai bahwa akun dan cuitan tersebut diutarakan oleh orang yang kita tidak tahu ada dimana dan mungkin memakai hati nurani atau tidak. Mungkin ini adalah puncak dari gunung es. 

Kasus yang perlahan-lahan terbuka, menyeruak ke permukaan karena banyaknya korban yang selama ini diam saja lantas memilih untuk bersuara. Terkadang saya selalu takjub dengan kekuatan dari ‘orang baik’ yang ada di media sosial—Twitter khususnya—dan berbondong-bondong mendukung satu sama lain. Dan bukan hanya kali ini saja. Mengapa saya mengutip orang baik di kalimat sebelumnya? Karena seketika kita masuk di media sosial, kita tidak mengenal siapa-siapa. Kita seperti memasuki dunia baru. Saya tidak menampik bahwa saya ingin tahu segala hal yang terbaru. Tapi kasus ini harus digaungkan, diusut sampai tuntas dan juga dicegah agar tidak ada lagi korban-korban yang berjatuhan berikutnya. Saya melihat banyak gerakan-gerakan, tawaran kebaikan, dan juga dorongan untuk melapor, untuk memberitahukan, menjadi whistleblower dari sebuah hal yang tidak baik. 

Semoga tidak ada lagi korban-korban pelecehan seksual, kekerasan seksual yang diam saja. Saya yakin diluar sana masih banyak orang baik dan tanah ini masih layak untuk dihuni oleh orang-orang baik. Semoga.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini