[CERPEN] Apakah Harus Merasakan Penyesalan Baru Tahu Arti Menunggu?

Kesalahan terbesar dalam hidupku adalah menunggu. Menunggu dan tak mau memulai dulu.

Belum pernah aku alami hal ini sebelumnya, ya, kata orang itu hal yang bodoh. Mencintai teman sendiri. Seringkali aku menghabiskan waktu bersama dia dan teman-teman yang lain, terkadang aku berpikir kenapa kebersamaanku bersama dia sudah sejauh ini? Padahal dia belum tentu merasakan apa yang aku rasakan saat ini, apalagi dia sering bercerita tentang gadis idamannya kepadaku. 

Advertisement

Suatu ketika, dimana aku dan dia satu kelompok untuk mengerjakan tugas sekolah. Perasaanku senang waktu itu, namun ada kejanggalan, entah apa yang aku rasakan ini. Saat sedang mengerjakan tugas di salah satu rumah teman kami, “Mai, besok kan malam minggu, yuk kita jalan-jalan” ujar Ferwin. 

Itu dia orangnya, Ferwin Putra Bima, teman satu sekolahku, tidak hanya sekarang tapi dari bangku sekolah dasar dan kami juga bertetangga waktu itu. 

“Mau kemana?”, tanya aku. 

Advertisement

“Maunya kamu kemana Mailina Aurelia Ningrum? Terserah padamu, yang penting kita jalan-jalan”, kata Ferwin sambil ngemil kacang.  

“Oh iya, gimana kalau kita ke toko buku, setelah itu kita makan di angkringan,” kataku kepadanya. “Ih, gak ada bosan-bosannya ya kamu kesana, yaudah deh gapapa, yuk lanjut lagi nih ngerjain tugasnya”, kata Ferwin. 

Advertisement

Setelah kami selesai mengerjakan tugas, aku dan Ferwin pulang bareng. Walaupun kami sudah tidak bertetangga, Ferwin masih mau mengantarku pulang. Dalam perjalanan, kami tidak mengobrol sama sekali. Entah mengapa hal ini dapat terjadi, yang biasanya cerewet sekarang berdiam diri. Mungkin akibat dari yang namanya jatuh cinta. 

“Udah sampe, Mai”, kata Ferwin sambil mengerem motornya. 

“Iya, makasih Fer, kamu hati-hati ya”, ujarku. 

“Kamu kenapa ? Dari tadi hanya diam saja, apa ada yang salah?”, tanya Ferwin. 

“Aku gapapa kok Fer, mungkin kecapekan aja”, kataku sambil senyum. 

“Baiklah, selamat beristirahat ya Mai, bye”, kata Ferwin sambil mengegas motornya. 

“Bye Fer”, kataku sambil melambaikan tangan. 

Keesokan harinya, Ferwin mengirim pesan kepadaku untuk bersiap-siap karena kami mau ke toko buku. Sesampainya disana, Ferwin bertanya kepadaku, “Mai, kamu mau apa dari aku? Mumpung disini”. 

“Ha? Tumben banget Fer, ada angin apa sih? Kamu sakit?”, tanyaku dengan curiga. 

“Kamu yang apaan Mai, masak aku gak boleh ngasih sesuatu ke kamu. Apa kamu takut pacarmu marah?”, tanya Ferwin sinis. 

“Ya nggaklah Fer, kita kan udah temenan lama, kalau misalnya aku ada pacar, pasti aku cerita dong sama kamu”, jawabku dengan kikuk. 

“Walaupun sebenarnya aku yang suka sama kamu, tapi aku gengsi dan masih menunggu sebenarnya siapa yang Ferwin cintai”, ungkapku dalam hati. 

“Yaudah, sekarang pilih deh buku yang kamu suka”, kata Ferwin. “Yang ini deh, bagus sinopsisnya”, kataku sambil menunjuk novel. 

“Emang ceritanya apaan tuh?”, tanya Ferwin. 

“Ceritanya tentang sepasang kekasih yang awalnya tidak saling mengungkapkan perasaan mereka, lalu si cewek akhirnya meninggal dan ada rasa penyesalan gitu, kayaknya menarik banget deh untuk dibaca”, jawabku. 

Tiba-tiba Ferwin bilang kepadaku, “Mai, kamu lagi suka sama siapa sih? Kamu jarang cerita lagi sama aku." 

“Kok kamu langsung nanya gitu sih”, tanyaku ketus. 

“Ya pengen tau aja siapa yang kamu suka, mau lihat dia bisa jagain kamu apa ngga, ntar kamu cuman dipermainkan. Banyak tuh cowok yang kayak gitu jaman sekarang”, kata Ferwin sewot. 

“Ya termasuk kamu berarti hahaha”, jawabku sambil tertawa. 

“Kalau aku ya beda lah, kan aku bisa jadi temanmu disaat kamu sedih ataupun senang Mai”, ujar Ferwin. 

“Aku berharap kamu bisa menjadi teman hidupku Fer, aku bakal menunggu kamu”, gumamku dalam hati. 

“Yaudah kalau kamu ngga mau cerita, nanti juga kamu ngechat aku sambil nangis”, lanjut Ferwin sambil mengejek. 

“Ih sembarangan ya kamu, mana ada aku kayak gitu, sudah nih, bayar bukunya, habis itu kita makan”, kataku sambil ke arah kasir. 

Setelah dari toko buku, kami menuju ke angkringan dimana tempat langganan kami dari dulu. Sesampainya disana, suasana cukup ramai. Akhirnya, kami memutuskan untuk membeli dan dibawa pulang. Setelah sampai di rumah Ferwin, keadaannya sepi, seperti tidak berpenghuni. 

“Fer, kok sepi banget dirumahmu? Pada kemana?”, tanyaku. 

“Papa sama mama lagi ke rumah saudara, ada kakak kok dikamar, mungkin dia lagi sibuk ngerjain tugas kuliahnya. Oh iya, mamaku nitip kue ini buat kamu, untung aku inget”, jawab Ferwin. 

“Wah, udah kangen banget sama kue buatan mama kamu Fer, tapi kok banyak banget ini kuenya?”, tanyaku lagi. 

“Iya, sekarang mamaku buka usaha terima pesanan kue buat tambahan gitu”, jawab Ferwin agak kikuk. 

“Oh gitu, berarti nanti bisa dong pesen sama mama kamu”, ujarku sambil menyicip kue. 

“Iya boleh kok, yaudah sekarang makan dulu nih, jangan ngemil mulu”, kata Ferwin. 

Saat kami makan bersama, Ferwin sudah selesai duluan dan dia langsung ke kamarnya. Tidak lama kemudian, aku menyusul dia ke kamar sambil mengendap-endap dan ternyata saat aku melihat, Ferwin sedang memegang beberapa botol, seperti botol obat. “Apa Ferwin sakit ya? Tapi kok dia ngga cerita sama aku…”, gumamku dalam hati. Saat itu aku langsung kembali ke ruang tamu dan pura-pura tidak tahu. 

Waktu sudah larut malam, aku minta tolong Ferwin untuk mengantarku pulang. Setelah kejadian itu, akhir-akhir ini Ferwin tidak masuk sekolah dan tidak ada kabar. Aku coba untuk datang ke rumahnya dan ternyata sudah ramai orang. Aku bertanya kepada salah satu warga disana, dan hal ini yang membuat aku terkejut bahwa Ferwin meninggal dunia karena sakit maag akut. 

Aku cukup terkejut dan lemas. Ketika kakaknya Ferwin melihatku, lalu ia mengahmpiriku dan memberiku sebuah buku diary. Aku baca isi dari buku diary itu. Aku cukup terkejut karena isinya tentang diriku. Sekarang aku sadar bahwa wanita idaman yang sering diceritakan Ferwin kepadaku ialah diriku sendiri. Aku cukup menyesal dengan semua ini, dan mengapa Tuhan? Apa yang harus aku lakukan sekarang?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE