Aroma Parfum: Sebuah Perbandingan Sastra antara Aroma Karsa dan Perfume

Di media sosial, seringkali orang-orang kaya dan terkenal diperlakukan seperti dewa-dewa yang tak tersentuh,

Apakah Anda pernah mencium sesuatu yang begitu baik sehingga Anda harus memiliki aroma itu? Nah, itulah yang karakter utama dari tiga media yang telah saya analisis bertujuan untuk lakukan.

Advertisement

Tema umum diantara ketiga bentuk media ini mengingatkan saya pada keyakinan seseorang dengan nama J. J. Rousseau, atau Jean Jacques Rousseau dan keyakinan politiknya tentang pemerintahan dan hirarki sosial.

Rousseau percaya bahwa masyarakat dan pemerintah menciptakan kontrak sosial ketika tujuan mereka adalah kebebasan dan manfaat publik. Pemerintah menjadi penguasa tertinggi, tetapi keberadaannya bergantung pada kehendak rakyat. Tatanan sosial didasarkan pada kehendak umum, keyakinan bersama dalam serangkaian kepentingan umum, yang ia yakini sebagai pilihan alami orang-orang yang rasional.

Kehendak umum juga merupakan bentuk kebebasan, dan tujuan hukum adalah untuk menggabungkan kehendak umum dengan keinginan rakyat. Rousseau yakin bahwa hukum tidak bisa tidak adil jika kehendak umum rakyat diikuti.

Advertisement

Karena karakter utama ini punya bakat yang unik daripada masyarakat umum, jadi mereka yang dianggap sebagai yang ‘bebas’. Untuk contoh, dalam novel Perfume, Grenouille diadopsi oleh seorang penyuling dari kelas yang lebih tinggi karena bakat dia yang unik dalam mengidentifikasi bau-bau spesifik. Di satu contoh yang lain, dalam Aroma Karsa, Jati juga diangkat sebagai pekerja oleh Raras karena bakat penciuman dia dan pengalaman yang dia punya dengannya. Ini menunjukkan bahwa jika kamu mempunyai sebuah bakat spesial, kamu dapat naik kelas sosial, tetapi hanya karena kamu akan berguna bagi mereka.

Novel-novel ini masing-masing memuat tema dan kisah dasar yang sama yang menceritakan tentang hirarki sosial di antara mereka yang memiliki otoritas dan kekayaan lebih tinggi dibandingkan dengan orang biasa dan orang miskin. Contoh dari ini dapat ditemukan pada introduksi Jati dalam Aroma Karsa, dimana dia berhidup untuk mayoritas kehidupannya di kampungan atau desa, tetapi dia diangkat sebagai murid di pabrik parfum punya sesorang kaya, dengan saat Grenouille di Perfume diangkat dari kemiskinan sebagai murid sesorang penjual parfum yang mempunyai otoritas dan kekayaan yang lebih tinggi.

Advertisement

Perbedaan utama antara ketiganya adalah bahwa novel dan film Perfume lebih ke genre cerita horor dan thriller psikologis, karena sifat ceritanya yang lebih grafis dan dewasa dalam novel dan adaptasi filmnya, sementara novel Aroma Karsa tidak seperti dua lainnya. – sebaliknya, ini lebih seperti novel Petualangan / Misteri karena fokusnya lebih pada pencarian Puspa Karsa. Perbedaan dari novel Perfume dengan adaptasi filmnya adalah beberapa beberapa adegan diseret dalam film karena novel perlu menerjemahkan bahasa deskriptif novel, bahkan ketika karakter tidak berbicara dalam dialog.

Kelebihan yang saya dapat menemui dalam ketiga media ini adalah banyak orang yang telah membaca buku merasa bahwa mereka sangat menyukai membaca kedua novel tersebut dan mengasih adaptasi film Perfume: Story of a Murderer skor sedikit di atas rata-rata. Beberapa komentar yang telah saya baca berkata bahwa novel Aroma Karsa mempunyai cerita yang sangat menarik, sampai ada beberapa komentar yang kata bahwa mereka ingin lebih banyak dari buku karya Dee Lestari, karena 724 halaman saja tidak cukup.

Kekurangan yang saya dapat menemui dalam ketiga media ini adalah karena novel Das Parfum ini ditulis di Eropa, selama era 70-an, banyak penulis Eropa sangat suka menulis novel mengerikan atau horor, dan sehingga elemen horor dari isi cerita mungkin terlalu deskriptif atau mengerikan bagi sebagian pembaca buku Das Parfum, pemirsa adaptasi filmnya zaman sekarang.

Untuk Aroma Karsa, beberapa orang telah mengekspresikan bahwa mereka merasa bahwa Dee Lestari mendaur ulang beberapa elemen cerita dari buku-bukunya yang lain dan beberapa merasa bahwa saat mereka membaca, novelnya tidak sepenuhnya memenuhi harapan mereka.

Untuk novel Parfum, kritikus mungkin percaya bahwa pesan tentang masyarakat mungkin hilang bagi sebagian orang, terutama dalam adaptasi film, karena beberapa adegan diubah sedikit agar film sesuai dengan kerangka waktu bahwa film Perfume ini dibatasi.

Untuk Aroma Karsa, beberapa kritikus mengatakan bahwa ceritanya terlalu diperpanjang untuk sampai ke cerita penuhnya, atau bahwa mereka merasa bahwa itu tampaknya mendaur ulang beberapa elemen dari karya-karya Dee Lestari sebelumnya.

Menurut saya, saya setuju dengan apa yang dinyatakan tentang tiga bentuk media di atas, karena ketika saya sedang membaca atau menonton media, saya terpaku dan ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dan bahwa moralnya sangat bagus. Namun, saya juga setuju dengan kritik yang dilontarkan pada novel-novel ini, karena mereka juga mengemukakan hal yang baik: orang juga dapat diinvestasikan ke dalam cerita bahwa pelajaran moral di balik cerita dapat sedikit hilang pada pembaca / pemirsa.

Menurut saya, ke-tiga cerita ini juga dapat dikorelasikan dengan media sosial.  Saya berkata ini karena dengan kembali atas topik kelas sosial dan perlakuan orang-orang yang berasal dari kelas bawah, media sosial dengan cara juga bisa menjadi cerminan masyarakat dalam kehidupan nyata juga.

Di media sosial, seringkali orang-orang kaya dan terkenal diperlakukan seperti dewa-dewa yang tak tersentuh, bahkan ketika mereka tidak melakukan apa-apa, sementara biasanya orang-orang dari kelas bawah dilupakan atau diabaikan.

Jahat dan melecehkan satu sama lain, mirip dengan perlakuan yang dijalani Jati dan Grenouille dalam cerita mereka, di mana mereka bukan siapa-siapa, tidak ada yang peduli siapa mereka sampai mereka menunjukkan kemampuan penciuman special mereka, terbukti ke kelas yang lebih tinggi mereka bisa menjadi sebuah pion bisnis yang berguna.

Jadi, dari 3 cerita yang saya telah baca dan menonton, saya dapat menyimpulkan bahwa ketiga cerita ini sangat bagus sebagai komentar sosial bagai masyarakat yang membawa cerita independen yang menarik dan seru. Namun, cerita ini juga dapat terhilang jika para pembaca tidak menggali lebih dalam kepada pesan moral dari ceritanya.

Ternayata benar, teori kontrak sosial oleh J.J. Rousseau dapat digunakan oleh siapa saja untuk menganalisis karya sastra dalam era apapun dan negara apapun. Dapat dilihat pengaruh J.J. Rosseau dalam ketiga variasi media ini,

Sastra selamanya dan akan terus ada melalui rahang waktu. Bahkan penulis modern dapat membaca literatur dan membuat yang baru. Dengan setiap teks baru, sastra dapat berlanjut dalam masyarakat manusia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE