Bagaimana Cara Menyikapi Quarter Life Crisis?

Jangan mudah membandingkan kehidupanmu dengan orang lain, pencapaian tiap orang itu berbeda-beda.

Lulus menjadi sarjana di usia 21 tahun saat itu mengantarkan aku pada pertanyaan besar. Selanjutnya apa yang harus aku lakukan? Umumnya, orang-orang akan mencari pekerjaan dengan ijazah yang sudah dikantonginya. Ada juga yang memilih menikah dan memulai kehidupan berumah tangga. Saat lulus aku masih memiliki cita-cita untuk bisa melanjutkan pendidikanku, tapi pemikiran untuk tidak membebankan orang tua lagi dan ingin merasakan bagaimana mendapatkan uang sendiri membuatku dilema saat itu.

Akhirnya aku memilih untuk mencoba bekerja dengan harapan siapa tau menemukan jodoh di sela kesibukanku bekerja. Satu bulan aku bekerja, aku mulai merasa tidak nyaman, aku lebih menyukai mengerjakan tugas kuliah seperti dulu dibandingkan bekerja seperti saat itu. Kemudian, fokusku sedikit teralihkan ketika aku mulai mengenal seseoarang, aku mulai berharap untuk menikah saja ketimbang harus bekerja.

Namun, harapan untuk menikah pun sirna karena ditakdirkan untuk tidak berjodoh dengan dirinya. Melihat teman-teman yang seusia yang sudah memiliki kehidupan masing-masing membuat aku semakin dilema. Ada yang sudah menikah dan mempunyai anak, ada yang sedang merintis usaha, ada yang menjadi karyawan  di sebuah perusahaan, ada yang bekerja di pemerintahan, ada yang sedang mempersiapkan pernikahannya. Lalu, aku masih mempertanyakan keinginan dan tujuan hidupku sebenarnya.

Pada dasarnya, usia 20tahunan adalah fase peralihan antara fase remaja dan dewasa, biasanya memang rentan dilema terkait masalah pendidikan, karir, tujuan hidup, kemandirian finansial, ekspektasi orang tua, pertemanan, dan jodoh. Masa ini terkadang dianggap momok bagi sebagian orang, ada yang berusaha menjalani pekerjaan yang sebenarnya bukan passion dan keinginannya hanya karena ingin mandiri secara finansial.

Ada yang menikah hanya karena ingin secara finansial ditanggung oleh suami, ada yang menikah hanya karena mengikuti tuntutan lingkungan, dan masih banyak contoh kehidupan lain yang dijalani karena tuntutan bukan karena keinginan. Selain itu, lingkungan pertemanan yang semakin menyempit pun membuat kita semakin susah dalam meminta pertimbangan pada teman-teman.

Untuk kamu yang sedang merasa dilema akan tujuan hidup, renungilah lagi apa keinginanmu yang sebenarnya. Pertimbangkan lagi ketika mengambil keputusan apakah itu murni dari dirimu atau hanya karena tuntutan lingkungan. Lebih baik terlambat sedikit namun sesuai keinginan daripada lebih cepat tetapi menyesal belakangan. Jangan mudah membandingkan kehidupanmu dengan orang lain, pencapaian tiap orang itu berbeda-beda. Ada baiknya juga serig-sering sharing dengan beberapa orang, agar kamu bisa mempertimbangkan setiap keputusan yang kamu ambil

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang perantau yang sedang memperjuangkan masa depannya. Soon to be Psychologist. Tertarik dengan isu-isu kemanusiaan. Menyukai alam dan keindahannya.