Keputusanmu Menolak Cintaku, Menyelamatkan Masa Depanku

Di penghujung semester, tahun terakhir kuliah ada kalanya hati sedikit risau mengingat kebingungan langkah yang harus ditempuh setelah lulus. Di penghujung ini juga rasanya Aku, Rudolf ingin menyatakan sesungguhnya rasa yang selama ini terpendam pada seorang gadis. Teman sekampus yang sering ku pandangi selama ini. Seorang gadis yang masih sendiri ini selalu membuat aku salah tingkah ketika berada di dekatnya.

Advertisement

Tentu saja saya sudah mengincarnya sejak awal kuliah, tetapi mengingat kehidupan yang sangat tidak mendukung untuk menjalani sebuah relasi, saya pending.

Pernah kubulatkan tekad untuk mengajaknya jalan sekedar melepaskan aktivitas sehari-hari yang penuh dengan satu kata 'REVISI'. Tetapi permintaan ditolak dengan alasan sibuk mengerjakan tugas akhir. Tidak menyerah sampai disitu, kucoba melakukan hal yang sama untuk kedua sampai ketiga kalinya, selalu saja ada alasan untuk berkata 'Tidak'. Apakah aku harus menyerah sampai disini?

Oh tidak… Aku bukanlah tipe orang yang mudah menyerah. Aku bagai air yang selalu mengalir dan selalu mencari celah untuk berjalan sekalipun dibendung.

Advertisement

Beberapa hari sebelum sidang pertanggungjawaban Tugas Akhir dengan beraninya aku menemuinya dengan tiba-tiba. Aku mengatakan yang sesungguhnya dengan bibir kaku, kaki tangan bergetar, tubuh panas dingin, jantung berdegup kencang.Tidak panjang lebar caraku mengungkapkannya. Gadis berhijab itu hanya mengucap tiga kata "aku tidak bisa". Rentetan kata kata tersebut membuat bulu merinding,hati patah, air mata berlinang.

Aku tidak bertanya apa apa lagi. Dengan berat kuangkat kaki kiri, berputar 180 derajat melangkah meninggalkanya dengan hati yang serasa tercabik-cabik. Kuharap dia punya alasan yang konkrit tanpa ku ketahui.

Advertisement

Aku hanya bisa pasrah dan mengucapkan terima kasih kepada gadis berhijab yang menolak cintaku, seandainya pun kau menerimaku akan sulit rasanya untuk menjalani hari hari kita, di samping berbeda keyakinan (agama) aku juga makhluk yang tidak bermateri, di pandang sebelah mata, tak punya reputasi.

Kini kusadari akan arti kehidupan, akan ku lupakan segala yang pernah terbayang dalam pikiranku, ku mengubah persepsi hidup. Sekarang aku fokus berbenah diri mencapai masa depan yang cemelang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Lahir dari Rahim seorang Ibu yang sangat Mulia, pendiam tapi ramah, Pencari ilmu sampai kekolong langit.

28 Comments

  1. nuraini39 berkata:

    ko merinding banget ya ceritanyaaaaaaaaaa 🙁

  2. Ga jelas…..ga ada efek ceritanya…nggantung

  3. iya,, benar. saya masih pemula.ini sebuah pelajaran

  4. Gak jelas bgt arah nya kemana.

  5. nuraini39 berkata:

    Irwan Tono Halawa iyaaaa.. dan baru sadar saat kehilangan

  6. Nur Aini iya memang begitulah…terimakasih sudah membaca artikel saya

CLOSE