Begitu Cepatnya Tamu Itu Datang dan Pergi

Serentak saja kudapati dirinya berkunjung ke rumah, bercengkrama, mengopi bersama, menceritakan keluh kesah dan carut marut kehidupan ini. Tampilannya sederhana, tidak mencolok, itu yang membuatnya menarik.

Betapa asik kudengarkan cerita-ceritanya, bak seorang ibu yang mendongengkan sebuah cerita kepada anaknya sebelum tidur. Kisah-kisah yang dibawakannya pun relatif, adakalanya senang dan adakalanya sedih. Dalam menanggapinya pun relatif, tergantung kondisi cerita yang dibawakannya. Tatkala sang fajar menampakan cahayanya, pelan-pelan ia izin dengan santun, raut wajahnya terlihat sedih, tanda berat tuk berpisah.

Dapat kuhitung berapa hari ia menyempatkan mengunjungi rumah, lagi-lagi dengan tiba-tiba. Selalu saja ada rasa bahagia yang tersimpan di lubuk hati, mengalirkan energi yang dapat membuat bibir ini tersenyum.

Sudah dua hari ia tidak hadir, rasanya ingin menghubunginya, tapi lewat mana?, ia sosok misterius yang sebelumnya tidak pernah kukenal. Kuputuskan untuk menunggu, sampai terlelap, dirinya tak kunjung datang, kudapati jam menunjukan pukul empat dini hari. Dirinya tak datang lagi.

Hari ini, dengan begitu yakin bahwa dirinya tak akan pernah datang kembali, aku tidur lebih awal. Tak kusangka ketukan pintu terdengar dari depan rumah, dengan bergegas membukakan pintu, kudapati senyumnya yang merona nan indah. Seperti biasa, ia membacakan cerita-cerita di hadapanku, sambil memakan makanan ringan yang kusuguhkan dan segelas coklat panas. Entahlah, ditengah keasyikannya bercerita tiba tiba ia pergi tanpa pamit, membuka pintu, keluar dan menghilang di tengah kegelapan malam.

Hari-hari kemudian kuputuskan tuk tetap menunggunya, tetapi ia sama sekali tak pernah menampakan batang hidungnya.

Semenjak itu ia tidak pernah muncul lagi.

‘ah’ betapa cepatnya tamu datang dan pergi.

Dan azan subuh pun berkumandang.