Yuk Belajar dari Gulma agar Hidup Lebih Berguna

Dunia kadang berlaku tak adil bahkan membencimu. Namun ingat bahwa semua itu hanyalah tempaan untuk menguatkan.

Saya merupakan mahasiswa Fakultas Pertanian yang tak lama lagi akan mendapatkan ijazah pengakuan dari pihak fakultas untuk kerja kerasnya selama ini. Mulai dari mengerjakan laporan hingga praktikum mingguan. Menjadi mahasiswa pertanian erat dikait kaitkan dengan hal hal yang kotor.

Advertisement

Kotor disini bukan berarti najis atau bersahabat dengan tindakan amoral seperti yang ditayangkan segmen kriminalitas. Tetapi kotor disini diartikan sebagai sebuah kegiatan yang tak pernah lepas dari yang namanya tanah. M eski sudah dipelopori oleh produk kebersihan bahwa kotor itu baik, tetapi hal itu belumlah cukup untuk mengubah pemikiran masyarakat akan pertanian.

“Buat apa repot repot kuliah kalau nanti jadi petani juga” itulah kalimat terfavorit yang selalu dilontarkan kepada para mahasiswa pertanian. Anggapan semena mena yang mengatakan bahwa pendidikan tinggi akan langsung dirasa rugi jika nantinya malah jadi petani seperti yang didesa desa. Mau bagaimana lagi citra petani memang umumnya seperti itu.

Tetapi sekedar informasi, pertanian tak hanya soal itu saja. Bahkan menjadi petani adalah pekerjaan yang teramat mulia selain juga menjadi artis youtube. Bayangkan, nasi yang kamu makan di KFC itu berasal dari padi yang ditanam oleh para petani. Jika padi itu tak ditanam, mungkin kamu hanya akan makan tusuk gigi KFC saja. Loh, ayamnya kan ada? iya, tapi ayam kan juga butuh makan yang diperoleh dari hasil pertanian.

Advertisement

Oleh karena itu saya akan membagikan berbagai pelajaran setelah lama berkuliah di fakultas pertanian ini kepada anda sekalian. Tenang saya tak akan mengajarkan hal yang sederhana seperti teknik kultur jaringan menggunakan media Murashige & Skoog atau membuat isolat Trichoderma yang mungkin kalian akan pelajari langsung dari petaninya. Saya disini akan membagikan sebuah pandangan filosofis akan kehidupan yang saya dapatkan semenjak bergelut dalam dunia pertanian.

Dalam kegiatan budidaya tanaman, selain ancaman hama dan penyakit, gulma juga merupakan ancaman yang dapat menurunkan produktivitas. Gulma sendiri merupakan tanaman yang tumbuh liar dalam lingkungan lahan atau area yang jika tumbuh pada tempat yang sama dengan tanaman budidaya maka akan mengakibatkan penurunan hasil. Hal ini dikarenakan, gulma juga membutuhkan nutrisi seperti tanaman lainnya. Sehingga ia akan menjadi kompetitor terberat bagi tanaman utama yang dibudidayakan untuk mendapatkan nutrisi.

Advertisement

Terlihat keberadaanya sangatlah tidak kehendaki bukan? ya memang dalam pembudidayaan hal ini perlu diberikan penanganan. Maka apa yang dapat kita petik pelajaran dari sebuah gulma yang sepanjang hidupnya hanya mengganggu saja?

Gulma itu adalah tumbuhan yang meskipun sudah dicabut, dihilangkan ataupun dienyahkan dari peradaban lahan, tetap saja bisa tumbuh kembali suatu saat nantinya. Artinya apa, bahwa gulma tak pernah paham akan kata menyerah. Ia terus tumbuh meskipun selalu ada ancaman pestisida yang siap membunuhnya. Semangat pantang menyerah inilah yang patut kita teladani dari sebuah tumbuhan tak berakal untuk menjalani hidup kita sebagai manusia yang diberikan karunia akal.


Ya, dunia ini memang kadang kejam. Dunia kadang berlaku tak adil bahkan membencimu. Namun ingat bahwa semua itu hanyalah tempaan untuk menguatkan. Layaknya gulma, meski selalu ditolak keberadaanya oleh petani, ia tak pernah letih untuk kembali mendapatkan nutrisi untuk hidupnya.


Tumbuhan ini berkembang dan tumbuh dengan cepat dalam waktu yang singkat. Sehingga gulma dapat menyaingi jumlah tanaman utama bila dibiarkan saja. Inilah yang setidaknya harus kita contoh. Apalagi dalam mencari jati diri dan kebenaran tujuan hidup di muka bumi ini. Gulma dapat berkembang dengan cepat sehingga ia bisa mendapatkan kesempatan mendapatkan nutrisi lebih banyak. Begitu pula kita, kita mesti berkembang agar mendapatkan kesempatan dalam kehidupan ini.

Untuk meningkatkan keahlian kita, untuk lebih bisa mengatur emosi, untuk menjadi lebih dewasa. Karena jika kita tak berkembang dan hanya seperti ini saja tak ada perubahan, maka kita akan terlupakan. Tak perlu cepat cepat seperti gulma, karena anda memang bukan gulma.


Tetapi jalani setiap prosesnya. Jalani perkembangan yang anda rasakan dan tentukan. Apakah saya siap untuk bersaing dalam kehidupan ini?


Menurut beberapa pakar sebenarnya gulma itu adalah tumbuhan yang salah tempat atau hanya kurang bermanfaat. Dengan segudang kerugiaan yang diakibatkannya, maka tak heran gulam menjadi prioritas dalam penanganan pertanian. Gulma layaknya benalu, mereka sama sama merugikan. Maka jangan menjadi pribadi yang hanya dapat memberi beban. Sebagai manusia yang dianugerahkan dengan segala kelebihan dibanding gulma apalagi benalu, semestinya kita jadi lebih berguna. Menjadi berguna bagi dunia ini beragam bentuknya.


Berguna tak hanya untuk mereka yang mengabdikan diri sebagai guru, tak hanya untuk mereka yang merawat pasien di rumah sakit, berguna itu adalah apa yang kamu dapat lakukan bagi dunia ini.


Tak perlu sama dengan yang lain, cukup yang bisa kamu berikan, maka kamu adalah sebenar benarnya penjaga kehidupan.

Setelah berbagai pernyataan negatif akan gulma, tentunya tak adil bagi kita manusia yang dituntut berlaku adil bahkan bagi golongan yang dibenci sekalipun untuk menghakimi keberadaan gulma. Gulma memang merugikan, tetapi sebenarnya gulma hanyalah tumbuhan yang salah tempat dan tak berguna ditempatnya. Ingat, ditempatnya. Ya, kenyataanya jika kamu mengumpulkan gulma yang banyak dan diberikan kepada sapi, maka gulma itu berguna.

Lagi, kamu menanam cabe di lahan mayoritas jagung, maka cabe itu termasuk gulma. Karena keberadaannya bukan pada tempatnya dan tentunya mengganggu produktivitas tanaman utama jika kamu memang fokus untuk meningkatkan hasil produksi dari jagung. Jadi apa? ini masalah sudut pandang.


Tak semua yang terlihat buruk itu seluruhnya buruk. Kita mesti belajar untuk melihat masalah dari berbagai sisi.


Menghakimi dengan standar sendiri akan kelakuan orang lain tanpa ingin mengetahui sebabnya adalah hal yang tidak bijak. Jangan mudah marah, apalagi memutuskan segala sesuatu dengan mudahnya. Kita ini insan, bukan gulma.

Ternyata alam sudah memberikan pembelajaran. Pelajaran akan kehidupan bagi mereka yang berpikir. Apakah sama orang yang berpikir dengan orang yang tidak berpikir? Itulah kenapa alam selalu menjadi pintu pencerahan. Tak heran orang orang dulu suka membaca alam, karena alam adalah tulisan Tuhan untuk memberikan pembelajaraan kepada setiap manusia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang yang menatap langit yang sama denganmu

CLOSE